Kapal Jalak Setro

295 20 0
                                    


Melihat temannya yang mengerang kesakitan, bukannya langsung menolong, tapi mereka saling berpandangan.

Tiada kata yang terucap, tak ada perintah, tapi mereka langsung bangkit, dan berjalan mengurung Panji.

" siapa kau sebenarnya ? "

" Panji, prajurit Majapahit "

Jawaban yang singkat, tapi sudah cukup membuat panas kuping mereka.

Satu persatu mereka langsung bergantian mengayunkan pedangnya kearah Panji.

" hey...., apa salahku jika aku prajurit Majapahit ? "

" kami bajak laut, dan tidak ingin kamu tangkap "

" tunggu dulu penjelasanku"

" tidak perlu "

Pedang kembali mengayun kearah Panji, silih berganti mereka mengayunkan pedangnya.

" berhenti, biarkan dia bicara dulu "

Orang ini tidak terlihat dari tadi, tapi saat muncul, dan sekali ucapan, langsung dipatuhi oleh mereka.

Rambutnya lurus sepinggang, kepalanya diikat dengan kain batik, sementara jalannya diikuti gerakan tubuhnya, melambangkan kesombongan.

" prajurit keparat....., kau buat kerusuhan di kapalku "

" aku ingin minta tolong kepadamu "

Dia mendekatkan wajahnya kearah Panji, dengan tangan diletakkan dekat telinganya.

" apa kau bilang.., minta tolong, kau ini siapa ? "

" aku mengejar kapal dengan layar bergambar kayu menyilang "

" kapalmu ada dimana ? "

" aku mengejarnya dengan perahu "

Mendengar jawaban Panji, para bajak laut ini langsung tertawa terpingkal-pingkal.

" dasar prajurit goblok, dengan perahu yang kami tabrak tadi ? "

" benar "

" otakmu dimana...?, apa yang dibawa kapal itu ? "

" surya Majapahit yang terbuat dari emas "

" oh....emas, emas, naikkan layar, kita kejar kapal itu "

Layar sudah terbentang, angin laut segera mendorong layar untuk menggerakkan kapal.

Kapal bergerak naik turun membelah ombak yang datang dari depan.

Jalak setro berdiri di atas anjungan, mengarahkan kemudi, dan melihat tanda tanda kapal yang dikejar.

" hey prajurit.., apa kamu yakin jika kapal itu yang membawa emas ? "

" aku yakin "

Berbeda kepentingan dalam satu kapal, Panji memanfaatkan kapal Jalak setro, sementara Jalak setro sendiri ingin mengambil emas itu.

Kapal terus berguncang oleh ombak yang menghantam, sementara Panji mulai merasakan mual mual.

Tidak ada yang menolong dirinya di kapal ini, cuma tawa cekikikan yang terdengar.

Panji berjalan sempoyongan, muntah muntah, dan tubuhnya rasanya lemas.

" kenapa aku ini ? "

Kepalanya pusing, dan pandangannya mulai kabur, rasanya dia sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri.

" hey minum "

" apa ini ? "

" air laut "

" kau gila, kau suruh aku minum air laut ? "

" terserah kalau begitu "

Jalak setro pergi dengan meninggalkan kendi berisi air laut disebelah Panji.

Panji merasa tidak ada pilihan lain, selain minum air laut tersebut, karena tidak akan ada obat yang bisa diminum, selain air laut itu.

" huwek....., asinnya minta ampun "

Karena sudah tak kuat lagi, dia baringkan tubuhnya dilantai kapal.

Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang