" saat kau kembali ke kota raja, bukan sambutan yang akan kau dapatkan, sekeras apapun yang akan kau katakan, mereka tidak akan percaya, dan yang pasti, tiang gantungan pasti yang akan kamu dapatkan "Nasehat Ki ajar pamenger itulah, yang akhirnya mengurungkan niat Panji untuk kembali ke kota raja Majapahit.
" tapi saya harus kembali ke kota raja, untuk menjelaskan semuanya "
" itu nanti, saat amarah telah reda "
Apa yang Ki ajar pamenger katakan ada benarnya juga, bagaimanapun untuk bisa meyakinkan gusti prabu Wikrama Wardhana tidaklah mudah.
" sebagai prajurit Majapahit, bekal apa yang kau miliki ? "
" cuma keberanian "
" keberanian saja itu tidak cukup, apa kau memiliki keris bertuah ? "
Panji cuma menggelengkan kepala, dia memang tidak memiliki apa apa, selain tekad dan keberanian.
" ikuti aku "
Tanpa banyak kata, Panji cuma mengikuti dari belakang, kemana langkah kaki Ki ajar pamenger berjalan.
" lihat batu itu "
Sebuah bongkahan batu yang boleh dikatakan besar, sekitar dua belas langkah didepan Ki ajar pamenger.
" lihatlah "
Panji dengan serius mengamati apa yang akan Ki ajar pamenger lakukan.
Sesaat kemudian, dia terlihat mengatur pernapasannya, kedua tangannya bergerak seperti orang yang sedang menari.
Dalam hitungan jari, dia langsung menghempaskan telapak tangan kanannya ke tanah.
Batu yang berjarak dua belas langkah di depannya itu langsung terlempar ke udara.
Belum sempat batu itu jatuh ke tanah, dia langsung merentangkan kedua tangannya.
Bongkahan batu besar itu langsung pecah berkeping-keping keping, dan jatuh berhamburan ke tanah.
" Ki...,jurus ini bisa membunuh orang tanpa menyentuhnya "
" ini namanya jurus tapak bumi "
" anda sangat sakti "
" tidak Panji, ada orang yang pastinya lebih sakti dariku diluar sana "
Panji mencoba mengingat sesuatu, dahulu gurunya juga mengajarkan jurus ini kepada Danu amarta.
Pada saat itu dia belum sempat diajari oleh gurunya, cuma yang jadi pertanyaan, apakah Danu amarta, menguasai jurus ini, atau tidak ?.
" aku akan mengajarimu "
Tidak bisa digambarkan apa yang Panji rasakan saat itu, semuanya menjadi satu.
Apapun yang Ki ajar pamenger katakan, Panji tidak ingin melewatkan satu kata sekalipun.
" satukan semua kekuatan pikiran, dan apapun itu yang terasa mengalir di tubuhmu, alirkan pada kedua telapak tanganmu "
Panji berusaha untuk fokus dengan apa yang setiap Ki ajar pamenger katakan.
Panji mulai merasakan hawa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya, keringat mulai membasahi seluruh tubuh.
Dia mencoba melawan hawa panas yang dirasakan, namun Ki ajar pamenger mencegahnya.
" jangan dilawan Panji,biarkan hawa panas itu menjalar ke seluruh tubuhmu "
akhirnya Panji mulai mencoba untuk bisa menahan hawa panas yang dia rasakan.
Panji mencoba terus menahannya,dan dia merasakan hal ini berlangsung cukup lama.namun belum ada tanda tanda kalau Ki Ajar pamenger akan mengakhiri hal ini.
Kini dia merasakan telapak tangannya terasa berat, seperti memegang sebuah batu.
" sekarang coba hempaskan telapak tanganmu ke tanah "
" baiklah Ki"
Ki Ajar pamenger melompat agak jauh untuk menghindari pukulan tapak bumi Panji.
"cobalah sekarang"
Panji menganggukan kepala, lalu dia mengambil nafas dalam dalam, dia hembuskan dengan teratur.tak lama kemudian tangan kanannya di angkat diatas kepala, kini dia telah bersiap mengeluarkan jurus tapak bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya
Historical FictionPanji raka jaya,seorang prajurit majapahit yang begitu setia mengabdi dan mendharma baktikan hidupnya untuk majapahit.tanpa melihat majapahit yang sedang dilanda kemerosotan dan menuju kehancuran. baginya majapahit tetaplah kerajaan besar,dan tidak...