Dengan berjalan tertunduk, Panji meninggalkan rumah rakryan Danang wirtana, dia tidak ingin ada orang lain yang mengenali darinya.
" aku tidak menjamin keselamatanmu selepas keluar dari rumahku, jangan pernah lagi menengok kebelakang "
Kesempatan tidak akan datang dua kali, tidak dibunuh rakryan Danang wirtana, menjadi kesempatan besar bagi Panji untuk kembali ke Majapahit.
" aku harus pergi ke Canggu, karena disana banyak orang asing "
Panji mempercepat langkah kakinya, untuk menuju Canggu, dia harus berjalan kaki setengah hari dari kota raja.
Dari siang hingga petang kaki Panji terus melangkah, dia ingin segera sampai ke Canggu.
" hari sudah gelap, dan Canggu tidak terlalu jauh, sebaiknya aku lanjutkan "
Malam telah datang menyelimuti area pelabuhan, sementara pelita pelita mulai menyala pada tiap tiap perahu yang bersandar.
Dalam keremangan malam, rasa keputus asaan mulai bermain main dalam pikiran Panji.
" apa ada jaminan aku akan diampuni, jika berhasil membawa benda itu kembali ? "
Keragu raguan akan ucapan rakryan Danang wirtana, muncul di benaknya.
Berbagai pemikiran tersebut, tanpa dia sadari membawanya menuju alam mimpi.
Panji terbangun saat terpaan sinar matahari pagi menyinari wajahnya.
" sudah pagi rupanya "
Hilir mudik perahu menghiasi pelabuhan Canggu pada pagi hari, pelabuhan yang dibangun pada masa kerajaan Airlangga ini, menjadi urat nadi perekonomian Majapahit.
Panji buta akan pencariannya, cuma ada setitik keterangan, jika benda itu akan dibeli oleh orang asing.
Orang asing seperti apa ?, dia sendiri tidak mengerti, namun itu tidak menghalangi tekadnya untuk menemukan kembali benda tersebut, meski ada keragu raguan sebelumnya.
Satu demi satu orang asing yang ada di pelabuhan tidak luput dari pengamatan dirinya, namun sejauh ini tidak ada hal janggal yang dia temukan.
Tidak ingin sia sia dalam pencarian, seorang margabhaya menjadi sumber pertanyaan bagi Panji.
Dari margabhaya didapat keterangan, bahwa pedagang asing banyak di pelabuhan Gresik dan Tuban.
Dengan menumpang perahu dagang, Panji pergi ke pelabuhan Gresik, sesuai dengan petunjuk margabhaya.
" siapa namamu anak muda ?"
" Panji "
Mendengar Panji menyebutkan nama, dia langsung terkejut, namun dengan cepat orang itu menutupinya.
" aku dengar seluruh prajurit Majapahit sedang mencari orang yang bernama Panji dan Danu amarta "
" itu bukan saya, namanya saja yang sama "
Tidak banyak yang Panji katakan, karena baginya lebih baik diam daripada banyak ucapan.
Bukan tanpa alasan, hal ini harus dia lakukan terhadap orang yang baru dia kenal, untuk menjaga dari hal yang menurutnya nanti malah menyusahkan.
Perahu bergerak mengikuti aliran sungai Mas, sebuah sungai percabangan dari sungai Brantas.
Demi mendapatkan sedikit makanan, Panji harus ikut mendayung perahu tersebut.
" apa rencanamu nanti di Gresik ? "
" saya ingin berlayar "
Jawaban singkat ini tidak membuat pemilik perahu itu serta merta langsung percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya
Historical FictionPanji raka jaya,seorang prajurit majapahit yang begitu setia mengabdi dan mendharma baktikan hidupnya untuk majapahit.tanpa melihat majapahit yang sedang dilanda kemerosotan dan menuju kehancuran. baginya majapahit tetaplah kerajaan besar,dan tidak...