Pertarungan Bukit Kapur 2

340 19 3
                                    


"apa cuma ini kemampuanmu Mahesa ranu ? "

" kau belum melihat kemampuanku yang sebenarnya Gagak soca "

" ayo tunjukkan padaku "

Dengan keris terhunus kedepan, Mahesa ranu melompat dan menyerang Gagak soca.

Serangan yang tidak ada artinya bagi Gagak soca, karena dia mampu menangkis, dan sekaligus balas menyerang.

" bagaimana ini, aku tidak mampu untuk menghadapinya  "

Keluh Mahesa ranu.

" Mahesa ranu, biarkan aku yang menghadapinya "

" jangan sok pahlawan kau di depanku Panji "

" biarkan aku yang menghadapinya "

" kalau kau ingin mati Panji, harusnya aku membunuhmu saat kita ketemu "

" aku akan mencobanya '

" misi kita Danu amarta, bukan dia "

" sudahlah, tidak usah banyak bicara "

Walau masih marah kepada Panji, tapi Mahesa ranu tidak ingin kehilangannya.

" kampret sialan.., kau kira aku apa, sehingga kau hadapkan pada prajurit rendahan seperti dia "

" tutup mulutmu Gagak soca"

" sekarang terimalah kapak saktiku "

" lemparkanlah Gagak soca "

Bertahun tahun menjadi ksatria yang disegani, baru kali ini Gagak soca diremehkan oleh seorang prajurit rendahan.

Hal ini tentu membuat Gagak soca sangat marah, dengan sekuat tenaga dia lemparkan kapaknya lurus kearah Panji.

Kapak berputar dengan cepat, Panji mencoba untuk tenang, namun Mahesa ranu sudah sangat khawatir melihatnya.

" aku akan menangkisnya "

Itu yang ada dalam benak Panji, saat kapak itu bergerak kearahnya, dia tetap berdiri tanpa bergeming sedikitpun.

Keyakinan Panji pada saat itu sangat tinggi, namun saat kapak itu berbenturan dengan kerisnya, dia sangat terperangah.

Kerisnya patah, dan kapak itu ternyata sudah ada dalam genggaman pemiliknya.

" ini baru permulaan prajurit "

Belum hilang apa yang Panji rasakan, tiba tiba kapak itu kembali meluncur kearahnya.

Tak ada yang bisa lagi diucapkan oleh Panji, selain langsung bergerak menghindarinya.

Saat kapak itu sudah kembali pada genggaman tangan Gagak soca, dia langsung menerjang kearah Panji.

" aduh, mati Panji "

Mahesa ranu rasanya tidak ingin melihat pertarungan itu, pikirannya sudah sangat yakin jika Panji akan mati oleh kapak Gagak soca.

Apa yang menjadi keyakinan Mahesa ranu, dan juga Gagak soca ternyata keliru.

Dengan tangan kosong, Panji mampu menangkis dan menghindari tiap sabetan kapak tersebut.

" aku tidak pernah menghadapi lawan setangguh dia "

Sudah tidak terhitung kapak Gagak soca mengayun ke Panji, namun ternyata Panji masih mampu menghindari.

" ini saatnya "

Panji melompat kebelakang dengan mengatur irama napasnya.

Saat kedua kakinya berpijak ketanah, dengan cepat dia langsung menghempaskan telapak tangannya ke tanah.

Sempat terkejut melihat ini, namun sebagai seorang ksatria, Gagak soca langsung menyadari, jika lawannya memiliki ajian tapak bumi.

Tubuhnya sempat terangkat ke udara, namun tidak sampai terlempar jauh.

" ajian tapak bumi "

" benar, apa kau takut Gagak soca ? "

" simpan ucapanmu itu prajurit muda "

Panji memperhatikan apa yang akan Gagak soca lakukan, kapak yang semula dalam genggaman, dia tancapkan ke pohon.

Dia mengatur napasnya untuk mengalirkan tenaga dalam yang dimiliki, sesaat kemudian, Gagak soca lalu menghentakkan kakinya ketanah.

Panji langsung menyadari, yang Gagak soca keluarkan ini hampir sama dengan jurus tapak bumi miliknya.

Tanpa pikir panjang, dia langsung  menghempaskan kedua tangannya ke tanah.

Hal yang semula tidak terduga terjadi, tubuh Gagak soca terpental ke udara.

Kembali kedua kakinya sanggup menopang tubuhnya saat jatuh ke tanah.

Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang