" ini tidak mungkin "Cuma itu ungkapan yang keluar dari mulut Danu amarta.
Pukalun naga yang dia lepaskan, mampu ditahan oleh Panji.
Tidak ingin berlarut dalam tanya yang tidak terjawab, Danu amarta langsung melompat keluar kedai.
Dua orang yang sebelumnya mengeroyok Panji, kini sudah terbaring di tanah, dan tidak bergerak lagi.
Danu amarta menyadari, jika Panji hari ini, bukanlah Panji yang dulu.
Dengan mengerahkan semua tenaga yang dia miliki, beberapa tinjunya telah dia lepaskan dengan gerakan yang cepat.
Panji terlihat begitu tenang menangkis semua pukulan pukulan Danu amarta.
" ini sulit dipercaya "
Tapi bagaimanapun juga, Danu amarta harus bisa menghabisi Panji, jika tidak, itu sama saja membiarkan ada duri dalam daging.
Sudah melepaskan pukulan dan tendangan berkali kali, tidak ada satupun yang bisa mengenai Panji.
" melepaskan pukulan naga, mungkin hasilnya akan lebih baik ? "
Pikir Danu amarta.
Melihat gerakan yang Danu amarta lakukan, Panji sudah mengerti, jika dia akan melepaskan pukulan naga lagi.
Danu amarta mengatur pernapasan, kemudian seluruh tenaga yang mengalir di tubuhnya dia gerakkan pada telapak tangan.
" kali ini kau tidak akan selamat Panji "
" aku ingin tahu, seberapa besar tenaga yang kau keluarkan "
" bangsat...., terima ini Panji"
Saat pukulan itu dilepaskan, Panji merasa dorongan tenaga yang Danu amarta keluarkan memang lebih besar.
Meski demikian, Panji masih mampu menahan pukulan tersebut.
Danu amarta kian membabi buta melepaskan pukulan, hingga dia lupa, secara perlahan tenaganya mulai terkuras.
" kenapa kau cuma bertahan Panji ?, ayo tunjukkan apa yang kau miliki "
Saat sudah fokus untuk melepaskan pukulan, bayangan masa kecil mereka berdua, masuk kedalam pikiran Panji.
" karena harta, kau lupa masa masa kita bersama Danu ? "
" aku tidak lupa Panji, kita miskin, aku benci jadi orang miskin "
" baiklah, jalan kita berbeda, kau pengkhianat, dan aku prajurit "
Panji berusaha keras mengenyampingkan urusan saudara, dia lebih mengingat peristiwa di sungai Brantas.
Panji berharap, dengan mengingat terus kejadian itu, maka rasa benci pada Danu amarta akan menguasai dirinya.
Secara perlahan, kebencian pada Danu amarta muncul pada saat itu juga, perasaan dendam dia tumbuhkan, karena hampir mati kalau tidak ditolong seseorang.
Merasa sia sia dengan apa yang dilakukan, Danu amarta berlari kearah Panji, dengan tangan tergenggam erat.
" mati kau Panji..."
Teriaknya begitu keras, tubuhnya melompat dan melayang di udara, sementara tangan kanan yang tergenggam telah siap melepaskan pukulan.
" kita adu kekuatan Danu "
Danu amarta sangat tertantang dengan ucapan Panji, dia sangat yakin jika akan beradu pukulan.
Namun itu cuma ucapan, pada kenyataannya, Panji menghindari pukulan tersebut, dan ganti membalas.
Danu amarta tersentak kaget, karena dia tidak siap saat Panji menyerangnya.
Pukulan yang keras, mendarat telak di wajahnya, tubuhnya terlempar kebelakang
Belum sempat tubuhnya jatuh ketanah, Panji kembali menghujani dirinya dengan beberapa pukulan.
Tubuhnya langsung terhempas di tanah, saat mencoba untuk bangkit, semua tulang belulangnya seolah olah sudah remuk.
" bunuh aku Panji "
" tidak, karena aku saudaramu, biarkan Majapahit yang memutuskan "
Danu amarta belum mau menyerah, dalam keadaan terbaring di tanah, dia masih berusaha menyerang.
" sudahlah Danu, itu tidak ada artinya, kapal apa yang membawa surya Majapahit ?"
Sejenak Danu amarta terdiam, namun apa yang dia dapatkan, dan apa yang dia pertahankan, kini terasa sudah tidak ada artinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya
أدب تاريخيPanji raka jaya,seorang prajurit majapahit yang begitu setia mengabdi dan mendharma baktikan hidupnya untuk majapahit.tanpa melihat majapahit yang sedang dilanda kemerosotan dan menuju kehancuran. baginya majapahit tetaplah kerajaan besar,dan tidak...