Tewasnya Jalak setro

406 19 0
                                    


" jurus tapak bumi "

Tidak ingin terbawa rasa herannya, Panji kembali mengalirkan semua energi yang ada di tubuhnya, dan menjadi satu di telapak tangan.

" mati kali ini kau Jalak setro.."

Saat telapak tangan kanan Panji menyentuh lantai kapal, keyakinan yang semula setinggi gunung, langsung sirna seketika.

" hey...apa yang kau lakukan ?, kita diatas kapal, tidak berada di daratan "

Jalak setro rasanya ingin tertawa melihat apa yang Panji lakukan.

" celaka aku "

Tidak ada yang dapat diandalkan oleh Panji saat ini, kecuali jurus jurus silat yang dia miliki.

" ayo serang aku Panji "

Dengan tangan kosong, tentu tidak mudah baginya menyerang Jalak setro, yang di tangannya masih menggenggam pedang.

Sekilas mata Panji melihat ada daratan di kejahuan, meskipun itu tidak jelas.

" itu pasti pulau Jawa, berarti kita kembali ke Majapahit "

" aku lebih kenal lautan ini dari pada kamu Panji, jadi tidak perlu berbohong kepadaku "

Tidak mungkin menyerang Jalak setro, hal yang bisa dia lakukan cuma menunggu serangan.

Panji belum juga menggerakkan kakinya untuk menyerang, hal ini membuat Jalak setro kian berang.

" heladalah..., rupanya kamu sudah siap untuk mati "

" serang aku Jalak setro "

Otak Jalak setro langsung bergemuruh, ucapan itu telah membuat telinganya sangat panas mendengarnya, dia merasa sangat diremehkan oleh Panji.

" mati kau bangsat..."

Sabetan pedangnya lebih kuat dari sebelumnya, dia benar benar ingin mencincang tubuh Panji.

Ini yang memang Panji harapkan, namun sekaligus bisa jadi bumerang.
tapi, melawan atau tidak, yang pasti Jalak setro tetap akan membunuhnya.

Tidak cuma menghindar Panji harus bergerak kesana kemari untuk bisa lolos dari pedang Jalak setro.

" aku kesulitan untuk balas menyerang, aku harus menemukan pedang "

Baru saja otak Panji berpikir demikian, sebuah sabetan pedang Jalak setro, berhasil menggores kakinya.

" oh.....celaka aku "

Panji mencoba untuk tetap bisa berdiri, tapi luka yang ditimbulkan membuat kakinya tidak kuat menopang badannya.

" he...he..., mati kau kali ini prajurit Majapahit "

Senyum kemenangan terlihat jelas diwajah Jalak setro.

Dengan bertumpu pada kedua tangannya, Panji menggeser tubuhnya untuk mundur kebelakang.

Pada saat antara hidup dan mati, tangan Panji terasa menyentuh besi yang menurutnya adalah gagang pedang.

" oh...aku masih punya kesempatan untuk melawannya "

Dengan kedua mata terbuka lebar, Jalak setro langsung mengayunkan pedangnya kearah Panji.

Panji tidak tinggal diam, gagang pedang yang sudah tergenggam langsung diangkat untuk menangkis sabetan pedang Jalak setro.

" aku belum menyerah Jalak setro, ayo kita lanjutkan pertarungan "

Jalak setro kembali menebar senyum, baginya perlawanan Panji ini tidak ada artinya.

Seorang ksatria sejati, tidak akan menunjukkan kesaktiannya dihadapan musuhnya, walau terasa perih dan pedih.

Kembali Jalak setro mengayunkan pedangnya, dia merasa sudah saatnya mengakhiri pertarungan ini.

Serangannya kian menjadi jadi dengan amarah yang menyala nyala, karena setiap sabetannya, Panji selalu mampu menangkis serangan tersebut.

" keluarkan kemampuan terbaikmu Jalak setro "

Kian membabi buta, itulah yang dia lakukan dalam menyerang Panji, dan memang itu yang diharapkan.

" bangsat...., Panji masih bisa bertahan, kali ini aku tidak boleh gagal "

Pedangnya bergerak tidak tentu arah, dan Panji memanfaatkan kesempatan ini.

Dengan gerakan menghindar yang cepat, dan dibarengi sabetan pedang.

" ah...."

Jalak setro seperti merasa tercekik, karena tiba tiba dia merasa sulit untuk bernapas.

Tangan kirinya meraba lehernya, darah langsung mengalir membasahi tangannya.

" ini akhir riwayatmu Jalak setro "

Tangannya mulai merasa tidak kuat lagi memegang gagang pedang, dan pedang itu jatuh kelantai kapal.

Dia mencoba untuk tetap berdiri, namun kedua kakinya terasa lemas, dan tertunduk dilantai kapal.

Dalam hitungan jari, tubuhnya langsung ambruk, dan tidak bergerak sama sekali.

Panji mengalami hal yang sama, kakinya mulai terasa lemas, dan pandangannya mulai kabur.

" aku tidak boleh mati "

Kapal bergerak tanpa ada nahkoda, berjalan mengikuti arah angin yang membawanya mengarungi lautan, dan terdampar di sebuah pulau.

                  SELESAI

Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang