Pemandangan antara pelabuhan Gresik dan Tuban sangat berbeda, kapal yang berlabuh di pelabuhan ini terlihat lebih banyak.Ada kuda yang dipacu dengan cepat kearah Panji, dan Mahesa ranu.
Kuda itu dipacu dengan kencang, debu debu berterbangan saat derap kaki kuda itu bergerak.
Seorang prajurit Majapahit terlihat memacu dengan kencang, namun Panji tidak mengenal prajurit tersebut.
Tapi ini sebaliknya dengan Mahesa ranu, bibirnya sedikit terbuka kala melihat prajurit itu datang.
" Satyo "
ucapnya lirih, Panji menangkap ucapan tersebut, dan tahu siapa prajurit yang menunggang kuda tersebut.
Saat posisi dekat, Satyo langsung melompat dari kudanya, dan memberi hormat kepada Mahesa ranu.
Dari pembicaraan keduanya Panji dapat mendengar, jika kapal yang akan membeli lambang surya Majapahit telah berlabuh di pelabuhan Tuban.
Dari pembicaraan Mahesa ranu dan Satyo tergambar jelas ciri ciri kapal tersebut, dengan tanda gambar kayu menyilang pada layarnya.
Atas petunjuk dari Satyo, para prajurit Majapahit, termasuk Panji langsung bergerak menyusuri pelabuhan Tuban.
Tapi tidak semua kapal yang ada di laut Tuban bersandar di dermaga, ada puluhan kapal yang lain berhenti agak jauh dari dermaga.
" semua layar tentu sudah diturunkan, bagaiman bisa aku melihat layar yang bergambar kayu menyilang ?"
Lalu lalang orang dengan berbagai warna kulit hilir mudik mencari barang yang bisa diperjual belikan.
Kesulitan, itu yang mulai Panji rasakan, tidak ada satu titik terang yang bisa mengarahkan petunjuk pada kapal yang dicari.
Sudah mencari, tapi belum juga terlihat, jika berdiam diri, malah tidak akan pernah ketemu yang dicari.
Meski lelah dalam pencarian, Panji harus kembali melangkahkan kaki untuk menemukan kapal tersebut.
Namun dia merasa buta dengan apa yang dicarinya, secuil keterangan dari Satyo, boleh dikatakan bukan petunjuk yang jelas.
Tapi keterangan itu akan menjadi jelas, jika kapal itu sudah berlayar, karena layar akan terkembang, dan sudah pasti gambar layar itu akan terlihat.
Merasa sudah lelah dengan apa yang dicari, ingatan Panji tertuju pada Danu amarta.
" kenapa tidak aku cari Danu amarta, jika orang yang membelinya datang pada hari ini ? "
Dalam pikiran Panji, Danu amarta pasti keluar menemui pembelinya, meski dia juga punya tanda tanya besar, apa mungkin benda itu belum dijual?.
Beberapa kapal memang terlihat meninggalkan pelabuhan Tuban, tapi dari bentangan layarnya jelas terlihat, jika layarnya tidak sesuai dengan cerita Satyo.
Beberapa prajurit yang disebar oleh Mahesa ranu untuk mencari kapal tersebut juga mengalami hal yang sama dengan Panji.
Mereka mula putus asa, dan hingga fajar tenggelam, tidak ada petunjuk yang bisa mereka dapatkan.
" kita lanjutkan esok hari, mungkin kapal itu datang esok hari "
Ucap Mahesa ranu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya
Historical FictionPanji raka jaya,seorang prajurit majapahit yang begitu setia mengabdi dan mendharma baktikan hidupnya untuk majapahit.tanpa melihat majapahit yang sedang dilanda kemerosotan dan menuju kehancuran. baginya majapahit tetaplah kerajaan besar,dan tidak...