Kembali ke Majapahit 2

693 36 0
                                    


Panji merasa tidak percaya dengan apa yang telah Danu amarta persiapkan, dari perjalanan yang sulit, sungai, dan perahu yang telah ada disitu.

" kita akan menyusuri sungai ini Panji "

Panji tidak membantah, dia cuma menuruti setiap ucapan yang Danu amarta perintahkan.

" jalan yang sulit, sungai, dan rencana menyeberangi berganti menjadi mengarungi "

Keluh Panji yang kian tidak mengerti rencana Danu amarta sebenarnya.

" kita berangkat saat matahari tenggelam "

Tidak ada yang membantah perintah Danu amarta, mereka cuma mengikuti setiap kata katanya, meski dalam hati mereka mempertanyakan jalan yang mereka lalui.

" Danu..., apa muat perahu ini ? "

" sudahlah.., ayo naik "

Sungguh perjalanan yang melelahkan, air sungai yang surut, dan harus mendorong perahu terlebih dahulu.

Untuk naik ke atasnya, harus melalui lumpur bekas aliran sungai yang telah surut.

Perahu yang terlalu kecil, mereka harus duduk berdesakan untuk berbagi tempat.

" Danu, perahu ini terlalu kecil, dan bisa terguling "

" sudahlah, jangan mengeluh "

Untuk bergerak saja rasanya sulit, menselonjorkan kaki saja tidak bisa.

Perahu bergerak dengan pelan, matahari sudah tidak kelihatan, sementara semuanya masih terdiam dengan pikirannya masing masing.

Dalam keremangan cahaya bulan, perahu melaju dengan pelan, mereka saling bergantian dalam mendayung perahu.

Mungkin sudah merasa letih, sehingga tidak terdengar suara dari mereka.

Selalu waspada, di manapun kakinya menginjak, itulah pedoman Panji dalam setiap misi yang dia emban.

Dalam keremangan cahaya bulan, Panji melihat sesuatu yang menurutnya mencurigakan.

" Danu, ada yang mencurigakan "

Danu amarta tidak menghiraukan perkataan Panji, dalam pikirannya, jalan kembali yang mereka tempuh aman dari musuh.

" byur......"

Terdengar seperti sebuah benda yang tercebur ke sungai, sontak hal ini sangat mengejutkan mereka.

Ternyata salah seorang diantara mereka tercebur ke sungai, dengan cepat mereka menarik tubuh temannya itu.

Namun alangkah terkejutnya mereka, saat tubuh prajurit tersebut diangkat keatas perahu.

Sebuah busur anak panah telah menembus tubuh prajurit malang tersebut.

" ayo....dayung lebih cepat "

Tiba tiba dari tepian sungai, puluhan busur anak panah langsung menghujani mereka.

" cepat....cepat..."

Seperti tidak ada artinya mereka bergerak, karena musuh seolah olah sudah menanti kedatangan mereka.

Tidak ada perlawanan yang bisa mereka berikan, selain cuma bertahan diatas perahu, dan menanti datangnya kematian.

" lebih cepat....."

Teriakan Danu amarta memecah kesunyian malam,
Kini tangan mereka juga dimasukan ke air, untuk disibak sibakkan, dengan harapan perahu akan melaju lebih cepat.

" kita menepi, dan lawan mereka "

" kalau kau merasa ksatria, hadapi saja mereka sendiri "

" kita mencebur ke sungai.."

Satu demi satu para prajurit itu mulai berjatuhan ke sungai, mereka terkena anak panah.

" Danu, lakukan sesuatu "

Danu amarta masih diam, entah apa yang sedang dipikirkan, sementara beberapa prajurit yang bersamanya telah meregang nyawa.

" kita masuk ke sungai, dan tetap berpegangan pada perahu "

Mereka langsung berlompatan ke dalam air, sementara tangan mereka masih berpegangan pada perahu yang mereka gunakan sebagai perlindungan.

Para prajurit Majapahit mulai  panik menghadapi situasi saat ini, tanpa perlawanan, cuma pasrah akan keadaan.

Beberapa prajurit tubuhnya mulai mengambang di air, mereka ternyata sudah tidak bernyawa.

Cukup lama mereka berada didalam air, hingga akhirnya panah panah itu berangsur angsur mulai berkurang.

Panji menarik nafas lega,karena akhirnya mereka berhasil lolos dari serangan orang orang yang tidak dikenal tersebut.

" apakah mereka prajurit Wirabhumi ? "

" jangan kau tanyakan kepadaku, karena aku sendiri tidak tahu Panji "

Setelah dirasa cukup jauh dari para penyerang misterius tersebut, para prajurit Majapahit kembali naik keatas perahu.

Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang