Angin laut berhembus kencang, beberapa kapal mulai membuka layarnya, pertanda akan berangkat untuk mengarungi samudera.
Gelapnya malam, membawa kesulitan tersendiri bagi Panji.
" kapal itu harus ketemu malam ini "
Malam memang menghalangi pandangan, namun dalam keadaan seperti ini, naluri harus dikedepankan.
Jika mengandalkan obor yang dia pegang, itu juga tidak bisa diharapkan, karena cahaya obor cuma bisa menerangi sekitar sepuluh langkah di sekelilingnya.
Belum juga menemukan kapal yang dia cari, tapi sudah menemui hal yang membuatnya sangat terkejut.
Sebuah obor tiba-tiba melayang menuju kearahnya, Panji sempat terkejut melihat ini, namun gerak refleksnya cepat bertindak.
" siapa yang melempar obor ini ? "
Dalam keremangan cahaya, seseorang dengan membawa pedang berjalan dengan tenang kearahnya.
" Aryo suto "
" rupanya kau masih hidup "
" aku punya sembilan nyawa "
" hari ini aku akan mencabut semuanya Panji "
" majulah "
Dalam hitungan jari, Panji menunggu apa yang akan Aryo suto lakukan, dan benar saja, seperti yang diperkirakan, dia melompat dengan mengayunkan pedangnya.
" aku sudah tahu apa yang akan kau lakukan Aryo suto"
Pedang Aryo suto berkelebat dengan cepat, sekilas Panji mampu melihat gerakan pedang tersebut.
Pedang yang terus bergerak kemana Panji berdada, desingannya begitu jelas terdengar.
Hal ini cukup menggambarkan, jika pedang itu diayunkan sekuat tenaga oleh Aryo suto.
Merasa serangan yang dia lakukan tidak berhasil, Aryo suto langsung menancapkan pedangnya ke tanah.
Dari balik punggungnya dia mengeluarkan sebilah keris, namun keris yang dia keluarkan ukurannya tidak semestinya.
Keris itu tidak terlalu panjang, tidak seperti keris keris Majapahit pada umumnya.
Panji diam, dia masih mengamati apa yang sedang dilakukan oleh Aryo suto.
Kedua mata Aryo suto memelototi keris tersebut, sementara kedua tangannya memegangi gagang keris.
Keris mengeluarkan asap tipis yang berwarna hitam, secara perlahan asap membentuk menjadi tubuh yang mirip manusia.
Panji tidak tinggal diam, sebelum asap berbentuk manusia itu menyerang dirinya, maka dia langsung mendahului.
Sekuat tenaga dia melepaskan pukulan naga yang menjadi jurus andalannya, namun sia sia.
Pukulan yang dia lepaskan bagai mengenai ruang yang kosong, padahal dia melepaskan kekuatan penuh.
" oh......, mahkluk apa ini ? "
Hembusan angin laut yang menerpa, kian menyulitkan bagi Panji untuk melihat lawannya itu.
" Panji...., sekarang giliranku menyerang "
Ucapan Aryo suto itu, sedikit banyak telah membuat Panji khawatir, bagaimanapun juga, menghadapi musuh yang bukan dari golongan manusia, bukanlah perkara mudah.
Sekilas Panji melihat gerakan asap hitam tersebut, namun sepertinya langsung hilang terseret angin.
" aku tahu sekarang "
Panji merasa kencangnya angin sangat berpengaruh kepada lawannya itu.
Apa yang Panji pikirkan ada benarnya, karena Aryo suto terlihat sangat kesulitan mengendalikan mahkluk tersebut.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Panji langsung mengeluarkan jurus tapak bumi.
Saat telapak tangan Panji menyentuh tanah, tubuh Aryo suto langsung terlempar ke udara.
Ingin segera mengakhiri perlawanan lawannya itu, saat tubuh Aryo suto belum jatuh ketanah, Panji langsung menghantamnya dengan pukulan naga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya
Historical FictionPanji raka jaya,seorang prajurit majapahit yang begitu setia mengabdi dan mendharma baktikan hidupnya untuk majapahit.tanpa melihat majapahit yang sedang dilanda kemerosotan dan menuju kehancuran. baginya majapahit tetaplah kerajaan besar,dan tidak...