Panji membaringkan tubuhnya, sementara tidak jauh dari tempatnya, ada dua orang prajurit yang mengawasi dirinya.Mereka terlihat memejamkan mata, tidur atau pura pura tidur, dia sendiri tidak tahu.
Yang pasti, saat ini dia terus diawasi, dan para pengawas dirinya setiap saat berganti ganti.
Belum sempat mata Panji terpejam, datang seorang prajurit dengan langkah tergesa gesa, dan menyuruh prajurit yang mengawasi dirinya untuk bangkit.
Tanpa basa basi, prajurit itu langsung bergegas menuju dirinya.
" hey..., ayo bangun "
Dengan gerakan seperti orang malas, Panji bangun dari tidurnya, namun prajurit ini tidak sabar, dengan cepat ditariknya tangan Panji untuk membantunya cepat berdiri.
" ayo ikut "
" kemana ? "
" tidak perlu banyak tanya "
Ternyata Mahesa ranu dan sejumlah prajurit telah menanti dengan kuda kuda mereka.
" mau kemana mereka ? "
Melihat kedatangan Panji dan tiga orang prajurit, mereka langsung naik ke punggung kuda masing masing.
" bawa dia bersamamu "
Tunjuk Mahesa ranu pada salah satu prajurit.
Mereka menunggang kuda masing masing, kecuali Panji, dia harus berbagi tempat dengan salah satu prajurit.
" mau kemana kita ? "
Seolah olah menjadi rahasia, pertanyaan Panji tidak dijawab oleh prajurit yang bersama dirinya.
Berhias bintang di langit, dan cahaya remang bulan, derap langkah kaki kuda mereka berjalan.
Menembus keremangan malam, menjauhi suara deburan ombak, yang makin jauh makin hilang.
Bagai bergerak dalam senyap, derap kaki kuda mereka hampir tidak terdengar oleh orang orang yang terlelap dalam mimpi.
" mau kemana ini ? "
Berulang kali pertanyaan itu ada dalam benak Panji, namun tidak memakan jawaban, yang ada cuma terkaan.
Jalan mulai berbukit, sesekali kuda kuda mereka mulai kesulitan untuk melewati tanjakan.
" ini jalan menuju Tuban "
Seiring jalan yang mereka lalui, akhirnya Panji paham dengan jalanan ini.
" kita istirahat disini, esok hari kita lanjutkan perjalanan "
Naluri dirinya sebagai prajurit pembuka jalan mulai berpikir, jika tempat ini tidak aman bagi mereka.
" bukannya aku meragukan kemampuanmu, namun menurutku, tempat ini tidak aman bagi kita "
" tidak aman bagaimana Panji ?, binatang buas, musuh, yang benar saja, disini tidak ada musuh "
Mahesa ranu tidak menerima saran yang Panji katakan.
Malam kian larut, beberapa prajurit ada yang berjaga, sementara yang lainnya ZX sudah terbuai dalam mimpi indah.
Suara ayam hutan mulai saling bersahutan, pertanda fajar akan tiba.
Para prajurit Majapahit kembali melanjutkan perjalanan menuju Tuban.
" aku melihat ada beberapa prajurit di sana "
" terima kasih resi "
Tanpa berpikir panjang, Panji langsung menuju arah yang pertapa itu tunjukkan.
" kali ini kau takkan bisa lolos dariku"
Dari atas bukit yang mereka lalui, terlihat kepulan asap putih dari kejauhan membumbung di angkasa.
" itu pasti perkampungan, kita kesana mencari makan"
Mereka langsung memacu kudanya menuju arah kepulan asap yang menurut perkiraan adalah lokasi perkampungan.
Kepulan asap itu ternyata agak masuk kedalam hutan, mungkin karena lapar, kuda kuda mereka langsung menerobos kedalam.
" itu pasti mereka "
Tanpa berpikir lagi, Panji langsung berlari menuju kepulan asap putih tersebut.
Ternyata mereka salah, yang didatangi bukanlah perkampungan, tapi sebuah perkemahan prajurit.
Melihat sesuatu yang dirasa janggal, Mahesa ranu langsung perintahkan para prajurit keluar.
Baru saja kepala kuda mereka berputar, muncul dari balik pepohonan hutan para prajurit yang lain.
" kita terkepung "
" mau kemana kamu ? "
Ujar seorang prajurit yang kedua tangannya sibuk memanggang daging binatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya
Ficção HistóricaPanji raka jaya,seorang prajurit majapahit yang begitu setia mengabdi dan mendharma baktikan hidupnya untuk majapahit.tanpa melihat majapahit yang sedang dilanda kemerosotan dan menuju kehancuran. baginya majapahit tetaplah kerajaan besar,dan tidak...