♛ 1 ♛

11.4K 533 271
                                    

Tidak.

Ini tidak baik.

Sama sekali tidak baik.

Aku tidak bisa berbaur dan membuat kelompok seperti mereka yang tampak tenang melakukan interaksi.

Mereka semakin akrab saja kalau dilihat dari bangkuku yang berada di barisan tengah paling belakang.

Untuk kesekian kalinya, aku merasa menjadi kerikil di antara tumpukan emas.

Jika saja mereka tak sengaja melihatku yang seperti kambing cengo begini, harga diriku bakal hancur.

Aku harus melakukan sesuatu.

Tersentak, ada seorang gadis sebaya yang menaruh tasnya di atas meja. Gadis itu menarik bangku dan mendaratkan bokongnya di sana.

Target yang bagus.

"A- Tas yang bagus!" Pujianku disertai senyum kikuk, berharap gadis itu membalas.

Dia melirik!

"Bagus?" Sebelah alisnya naik. "Lebih tepatnya cantik. Lo mau tau beli di mana?"

Aku manggut-manggut.

"Cali. For. Nia," ucapnya kemudian dan tersenyum.

Aku kembali manggut-manggut dan berpikir keras. Di mana California? Lupakan. Apa topik selanjutnya?

Oh... Nama!

"P-Perkenalkan, namaku Ai-"

"Ku?" Dia mengulangi salah satu suku kata ucapanku yang sempat dia potong. Kemudian, dia tertawa. "Lo dari desa mana, ...,"

Menggantungkan kalimat. Aku rasa dia tidak tahu namaku.

"Ailee."

"... Ya, Ailee," setelah berhenti tertawa, dia melanjutkan. "Oke, Ailee. Gue Meisie."

Oh, jadi nama dia Meisie. Nama yang cantik, seperti rupanya. Yang menjadi ciri khas Meisie adalah memakai aksesoris tubuh lengkap. Anting, kalung, cincin, gelang, dan gelang kaki-semua itu berwarna putih layaknya mutiara.

Meisie juga tak segan menggantung beberapa simbol cantik di resleting tasnya yang membuat tasnya menimbulkan bunyi gemerincing setiap kali dia melangkah.

Meski begitu, aku sangat senang.

Begitu aku mengulurkan tanganku, Meisie hanya menatapku heran. "Kenapa? Mau salim?"

Padahal aku berniat untuk mengesahkan perkenalan ini.

Menggeleng. "Enggak. Aku mau...,"

Apa ini?

Sementara hidung kujepit, aku mengedarkan pandangan. Mataku menangkap sosok gadis berjalan setengah melompat ke bangku depan mejaku. Dia menatapku dan Meisie secara bergantian. "Gue Mika dan gue punya parfum baru. Gak murahan, kok. Dibeliin pacar gue. Produk impor."

Saat gadis norak Mika ini menyebut produk impor, nada bicaranya sepelan berbisik.

Meisie memutar bola matanya. "Jangan salah. Gue juga punya cowok. Bukan lo doang,"

Black Prince [BBB Halilintar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang