♛ 9 ♛

2.8K 353 64
                                    

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

FanArt Cover © Aliciaart

Story © Ookami Shoujo To Kuro Ouji

Character © Animonsta
。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。.
.
.
~Happy Reading~
.
.
.

"H–Hali!"

Tiba-tiba saja tubuh lelaki itu melemas dan membuatnya terduduk lesu. Ailee yang terkejut langsung memaksa lengan kekar itu untuk merangkul lehernya dan membantunya berdiri.

Berhasil membawanya masuk rumah, pintu utama ditutup dan fokus mencari kamar Halilintar untuk membaringkannya di sana.

Suhu tubuh Halilintar memanas. Ya, Ailee dapat merasakannya. Napasnya tak teratur dan berkeringat dingin. Demamnya tambah parah.

Tepat di bawah tangga, Ailee berdongak. Di lantai atas terpampang jelas pintu kamar yang terdapat lambang kilat. Itu pasti kamar Halilintar. Tapi bagaimana cara seorang gadis membawa lelaki setengah sadar ke sana?

"Hali, aku mau kamu kuat sementara, kita harus ke kamarmu." ucap Ailee, melihat ekspresi Halilintar yang memucat.

Halilintar mengangguk pelan, dengan senyum yang tersamar.

Perlahan, mereka mulai menaiki anak tangga. Ailee harus memusatkan seluruh tenaganya pada kedua lututnya, karena sebagian berat tubuh Halilintar dia tanggung, apalagi dengan langkah Halilintar yang tertatih begitu. Makin dibuat rumit perjuangannya.

Sampai. Halilintar berbaring dengan sedikit tenang. Sementara Ailee turun kembali, memeriksa apakah di rumah itu ada P3K atau tidak.

Dan ternyata ada. Di ruangan dapur, kotak itu terpajang di dinding. Ailee segera mengambil obat demam dan plester dingin untuk Halilintar.

"Halilintar, udah makan?" tanya Ailee begitu sampai di ambang pintu kamar.

Halilintar melirik sekilas, lalu memejamkan matanya lagi.

Apa-apaan?

Gadis itu kesal karena merasa diabaikan. Dia melangkah ke pinggir ranjang dan mengulangi pertanyaannya. "Halilintar! Udah makan?"

"Jangan panggil gue dengan sebutan itu."

Ailee mengangkat sebelah alisnya. "Lalu? Namamu 'kan Halilintar? Mau kupanggil Gempa emangnya?"

Halilintar mendengus. "Gue mau lo manggil gue seperti yang lo lakuin di tangga."

"Hali?"

"Iya, apa?"

Merasa dipermainkan, langsung saja Ailee menempelkan plester dingin itu di kening Hali. Hali sedikit mendesah karena Ailee 'menemplokkan' plester itu, bukan 'menempelkan'.

"Obat demamnya masih banyak ternyata, jadi aku gak perlu ke apotek," ujar Ailee. "Pasti kamu belum makan, 'kan?"

"Hm."

"Biasanya siapa yang masak? Kamu punya pembantu?"

"Gempa."

"Ah, aku hampir lupa sama mereka. Kok, mereka belum pulang?"

"Gempa sibuk dengan OSIS, dan gue gak mau tau soal Taufan."

Ailee berdecak. "Gak boleh gitu sama adik sendiri. Tunggu sini, aku mau buat bubur."

"Gak suka bubur."

"Terus kamu mau makan apa? Batu goreng?"

"Donat lobak merah."

Black Prince [BBB Halilintar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang