♛ 10 ♛

2.6K 329 18
                                    

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

FanArt Cover © Aliciaart

Story © Ookami Shoujo To Kuro Ouji

Character © Animonsta
。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。.
.
.
~Happy Reading~
.
.
.

"Kenapa lo mau lepas dari pangeran sadis itu?" Keana angkat bicara setelah mendengar cerita dari Ailee.

Gadis lugu itu menghela napas panjangnya seraya mengamati tukang kebun sekolah yang tengah memotong rumput dari atas.

Menggantungkan jawaban, pikiran Ailee terbesit satu wajah. Wajah milik pacar bohongannya, Hali. Dia seketika tersenyum. Itulah wajah yang terkadang membuatnya terkesima, lain dengan sikapnya yang justru bertolak belakang.

"Bertahan dulu, siapa tau dia juga suka ama lo."

Ailee melirik sekilas. "Tunggu, tunggu. 'Juga'? Memangnya aku suka sama dia?"

Cengiran Keana membuat Ailee gusar. "Pertama, lo harus ngaku ke gue kalau Halilintar ganteng. Dua, lo baper 'kan sama tingkahnya dia?"

Keana memang ahlinya membuat Ailee diam seribu bahasa, kini dia tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya bel tanda istirahat usai berdering.

Mengangkat dagu dari besi balkon, Ailee berjalan menjauh. "Aku ke kelas dulu. Sampai nanti!"

Di belakang, Keana menatap punggung mungil itu sembari menggelengkan kepala. "Dasar labil."

"Siapa yang labil?"

Keana terperanjat. Secara otomatis, kepalanya menoleh ke belakang dan mendapati sosok Gempa yang tersenyum. "Eh, Gempa. Sejak kapan di situ?" Keana bertanya balik.

"Sepuluh detik yang lalu," jawabnya. "Habis ngobrol dengan pacarnya Kak Hali, ya?"

Keana sekilas melirik ke arah lain dan mengangguk paksa.

Gempa ber-oh pendek. "Kalau begitu, ayo, masuk. Pak Helmi sedang menuju ke sini."

Memang sudah waktunya pulang sekolah, tapi ini hari Selasa, hari di mana Ailee mendapat giliran piket.

Bayu—ketua piket hari Selasa menyuruhnya untuk mengelap kaca. Ailee menerima dan mengerjakan apa yang diperintahkan ketua piketnya. Hampir selesai, ember berisi air kotor bekas lap kaca tiba-tiba tumpah tersenggol salah satu partner piket perempuannya—Desi. Dan itu mengenai sebagian kecil rok Ailee.

"Oops! Sorry...," Desi meminta maaf dengan nada mengejek. "Yah, nanti joknya Halilintar basah, dong? Mau gue ambilin sarung?" candanya.

Tari dan Peni ikut mengerubungi. "Kok, bisa? Lo apain, Des?" tanya Tari.

Peni memberikan lap kering bersih pada Ailee. Sementara Tari dan Desi masih berbincang dengan suara keras.

"Kasih peringatan doang gak boleh, ya? Tar, lo itu temannya Ailee atau gue, sih? Lo 'kan tau gue cinta sama Halilintar dari pertama kali ketemu." terang Desi.

"Itu bukan cinta. Itu posesif. Lagipula lo bukan siapa-siapanya Halilintar, Ailee lebih berhak dibanding lo. Dan kalau lo memang benar cinta sama Halilintar, buktiin dengan cara mengikhlaskannya dengan Ailee."

Desi berdecih, melempar sapu ke sembarang arah. "I'm done."

"Desi!"

Teriakan Bayu sama sekali tak digubris. Empat pasang mata hanya diam melihat gadis emosional itu keluar kelas dengan langkah gusar. Baru saja melihat kepergian Desi, Tama mengetuk pintu.

"Ada apa?" tanya Bayu.

Mata Tama menjelajahi isi kelas "Gue cari Ailee. Ada?"

"Aku!" yang tersummon mendekat. "Kenapa?"

"Makasih, ya, kemarin udah nganter hasil ulangan harian ke Halilintar. Sekarang giliran gue yang nganter."

"Eh? Nganter apalagi?" tanya Ailee. Matanya melirik sebuah buku besar kuno yang terdapat watermark perpustakaan SMA Galaksi.

"Tugas Sejarah, baru aja dibagikan, disuruh merangkum. Dan Halilintar gak masuk lagi hari ini."

Hening sejenak, sampai akhirnya Tama pamit.

"Tunggu." langkah Tama terhenti oleh perintah Ailee. "Aku aja yang nganter. Ada... Ada barangku yang tertinggal di rumah Hali."

Tama melirik sekilas buku itu dan tersenyum. "Cie."

Sebelah alisnya terangkat. "Kok, cie?"

"Manggilnya udah pakai Hali aja, nih?"

"Ih, Tama!"

Tok-tok!

Ailee menghela napas. "Tenang, Lee. Yang buka pintu pasti Hali."

Ceklek.

"Eh, kakak ipar!"

"—Eeeh?!"

Sosok sok akrab itu langsung memeluk paksa. Ailee yang baru saja menenangkan diri kembali syok.

Dugaannya salah. Itu Hali KW.

Taufan melepas pelukannya dengan wajah ambigu. "Mau ngapain sama Bang Hali, hayo?"

Mata gadis itu membulat. "E-Enggak!" sergahnya sambil memperlihatkan sebuah buku yang diberi Tama tadi. "Aku cuma mau kasih ini."

Buku itu direbut paksa. "Apa, nih?"

"Itu bahan untuk merangkum." jawab Ailee pasrah. Matanya berusaha mengintip ke dalam.

Taufan setelah menyadari itu ekspresinya tambah ambigu. "Mau ngasih bahan rangkuman atau berduaan?"

Ailee memalingkan wajahnya. "S-Sebenarnya ... aku mau ... ."

"Masuk." sebuah suara serak memotong pembicaraan. Kedua pasang mata polos itu melirik ke sumber suara.

"Eh, iya. Ayo, Lee, masuk. Kita—"

"Gue nyuruh lo."

Taufan celingak-celinguk dan menunjuk dirinya sendiri. "G-Gue, Bang?"

Melihat wajah Hali yang terlihat sangar, Taufan buru-buru kabur lewat kolong Hali. "Bye-bye, kakak ipar yang cantek!"

Hening.

Tatapan Hali begitu tajam hingga Ailee tak berani membalasnya.

"Pergi dari kehidupan gue."

Desir darah mengalir deras di sekujur tubuh. Aura mengintimidasi yang diisukan orang-orang memang benar adanya.

Kekehan Ailee memecah suasana. "Bercanda kamu lucu. Bahan rangkuman kamu ada di Taufan, jadi jangan lupa dikerj—"

"Pergi,"

"H—Hah?"

Rasa penasarannya tumbuh. "Kamu kenapa?"

"Sekarang."

To Be Continued ...

Black Prince [BBB Halilintar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang