Perasaanku kacau balau. Hatiku terasa hancur setiap kali mendengar rintihan Ibuku yang kesakitan. Ingin sekali aku membantunya agar cepat sembuh, namun semua orang di rumah ini seakan menghalangiku! berkali -kali aku menyuruh Jillian untuk memberikan obatku kepada ibu, tapi dia hanya tersenyum dan tidak menuruti kata-kataku.
Kenapa? Aku saja bisa sembuh dengan obat itu, kenapa ibu tidak?
Kak Naza pun juga sama saja, ia melarangku yang ingin tidur bersama ibu di kamarnya, padahal kan ibu selalu senang bila aku berada di sampingnya dan memeluknya. Ada saja alasan konyol mereka semua untuk melarangku!
Hanya nenek Mey yang mengerti diriku, aku sangat menyayanginya. Nenek Mey adalah orang pertama yang segera datang begitu mendengar Ibu jatuh sakit. Aku ingat ketika dirinya membawa banyak barang di punggungnya sambil berlarian menuju kamar Ibu, padahal dirinya sudah sangat tua. Aku berusaha untuk menolongnya membawa barang-barang itu, namun nenek Mey berkata bahwa aku tidak cukup kuat untuk membantunya. Sebagai gantinya, aku diberi buah beri, agar aku dapat cepat tumbuh menjadi lelaki yang dapat membantunya kelak.
"Collin? Kenapa melamun?"
Aku tersentak mendengar suara serak guru belajarku. Ia adalah seorang pria keriput berambut hitam yang memiliki bau wangi yang menyengat. Aku ingat di saat pertama kali dirinya datang, kak Gwei diam-diam menutup hidungnya.
Ia mendekatkan wajahnya padaku, membuatku melihat pantulan diriku dari matanya yang hitam. Sontak aku sedikit menjauh, bersandar di kursi sambil mengambil napas.
Apa-apaan sih dia?
Sungguh, ditengah penderitaan Ibu, masih saja dirinya mengingatkan kak Naza untuk membawaku belajar. Padahal aku tidak bisa fokus. Aku belajar dua kali dalam satu minggu, ibuku membayar guru belajarku untuk membimbingku selama empat jam. Bukanya aku tidak menyukai belajar, namun aku kurang setuju dengan sistem yang guru belajarku terapkan, bagaimana bisa seseorang dipaksa untuk tetap fokus dalam waktu selama itu? Aku lebih memilih sesi belajar yang lebih santai, berapa lama pun juga tidak masalah asalkan aku sesekali dapat beristirahat dan berjalan-jalan untuk meringankan pikiran.
Oleh karenanya, aku sengaja memilih ruang belajar yang terletak di puncak menara timur. Sebab butuh waktu setidaknya lima belas menit sebelum guru belajarku dapat sampai ke ruangan ini. Dengan begitu, waktu belajarku dengannya berkurang tiga puluh menit. Dan orang yang sibuk seperti dia tidak mungkin mau mengganti waktunya yang terbuang, karena masih banyak murid-murid yang menanti pelajarannya di luar sana.
"Tidak apa-apa," jawabku singkat sambil membuang napas panjang. Pandanganku kembali fokus ke arah buku-buku tebal yang terbuka, berserakan di atas meja kayu berwarna putih. Sesekali aku mendengar suara burung hantu dari jendela-jendela yang terbuka di atas ruang belajar. Tak lama terdengar helaan nafas guruku.
"Dengar Collin. Aku tahu hari ini adalah hari yang berat buatmu. Namun kewajiban tetaplah kewajiban, kau HARUS tetap belajar, apapun yang terjadi." aku hanya bisa menatapnya ketika guruku menekan kalimatnya tersebut, seakan dia ingin membuatku sadar akan posisiku sebagai pangeran kerajaan ini.
"Karena itu, kalau kau ingin waktu belajar kita cepat selesai sebelum malam tiba, kau harus FOKUS supaya bisa segera menemui ibumu. Mengerti?"
Perkataan guru belajarku ada benarnya. "Baiklah!" aku membalas dengan cepat.
"Baik, Collin, ada berapa ras yang terdapat di benua kita?"
"Tujuh,"
"Apa saja itu?"
"Human, Elf, Dryad, Mermaid, Dwarf, Satyr, Giant,"
"Apa mayoritas ras yang hidup di kerajaan kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ancient's Realm: Stallions & Serpents
Фэнтези=-=-=-=-= BUKU PERTAMA DARI SERIAL "ANCIENT'S REALM" =-=-=-=-= Setiap cerita mempunyai dua sisi. Orang-orang melihat kerajaan Varamith sebagai kerajaan terbesar dan terkaya, dipimpin oleh sosok yang murah hati dan dicintai banyak orang. Semuanya ter...