Chapter 8.2: Andini

40 6 0
                                    

Aku duduk terjaga di samping tempat tidur anakku. Matanya sembap... kendati dirinya tengah tertidur, ia masih saja menggenggam erat tanganku.

Nak, aku tidak akan pergi... tidurlah dengan tenang... kau aman di sini...

Ingin sekali aku mengucapkan itu kepadanya.

Melihatnya yang terbaring dengan matanya yang sayu membuatku semakin kesal dengan diriku sendiri. Ibu macam apa aku? Kenapa aku tidak bisa menjaga anakku dengan baik? Seharusnya aku berada disana ketika semua itu terjadi, tidak pantas bagi anak seusianya mengalami kengerian semacam itu!

Selang beberapa saat, suamiku Varam masuk ke kamar. Aku terus menatapnya dan ia menatapku balik sambil datang mendekat.

Pandangan suamiku pun sama sepertiku, ia terus menatapku dengan tatapan bersalah.

"Andini, maafkan aku...," katanya sambil duduk disebelahku.

Ia seharusnya tidak perlu meminta maaf, setidaknya kepadaku. Jika ia ingin meminta maaf... ia seharusnya mengatakannya kepada Collin! "Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, Varam...." balasku sembari membuang muka, kembali menatap buah hatiku.

"Aku telah memerintahkan orang-orang untuk menyelidiki hal ini, aku berjanji ini tidak akan terulang lagi,"

Betulkah? Aku sangsi.

Sekali lagi aku menatapnya, aku pandangi betul tatapannya yang sekarang terpancar sepercik keraguan yang pastinya hanya aku yang dapat mengetahuinya.

Sesungguhnya, dia takut dan ragu, sama sepertiku. Yang kita hadapi ini bukanlah sembarang musuh... ini adalah sesuatu yang lain. "Aku tidak tahu, Varam....," aku menjawab jujur. "Berat bagiku melihat Collin menjadi korban," aku bangkit berdiri sambil berjalan menuju perapian, memaksa diriku untuk berhenti menatapnya dengan penghakiman.

"Aku tahu, aku tahu apa yang kau rasakan," Varam mendekatiku, "Tapi lihatlah Collin, dia selamat dari serangan itu," Varam memegang tanganku dan berkata, "Percayalah padaku,"

"Apa yang akan kau lakukan, Varam?" aku bertanya sambil menatapnya tajam.

Aku melihat dirinya mencoba mencari-cari jawaban yang tepat.

"Aku-"

"Tidak," aku langsung memotong perkataannya. "Sesungguhnya kau tidak perlu menyatakan janji yang belum pasti kau tepati!"

Seketika aku melihat dahinya mengerut, pandangannya jadi semakin sedih. Oh Tuhan... apakah aku lagi-lagi melampaui batas? Sejujurnya aku pun kasihan padanya, tapi...

"Andini, tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki keadaan ini...," balasnya. "Aku akan melipatgandakan jumlah prajurit yang berjaga-jaga di istana, dan aku akan sesegera mungkin menemukan tempat para ghoul itu berkumpul, kita akan-"

"Varam, ini bukan waktunya untuk bertaruh," aku potong perkataannya. Dengan lengan kananku, aku tunjuk Collin yang kini telah tertidur pulas di atas ranjang. "Dia adalah anakmu! Dia hanya punya satu kali kesempatan untuk hidup!"

Pandangan suamiku kini mulai berkaca-kaca, ia terlihat lesu dan wajahnya tertunduk sayu. Tapi apa boleh buat... pada saat-saat seperti ini aku harus jujur, ini demi kedua anakku!

"Andini, kau tahu bahwa kalian adalah segala-galanya bagiku," balasnya. "Aku akan melakukan apapun demi kalian. Aku akan mempertaruhkan segala sesuatu yang ada di kerajaan ini, untuk kalian...,"

Ia kini menggenggam erat kedua lenganku.

"Kalian adalah kekuatanku," lanjutnya. "Dan aku tidak akan membiarkan satu orang pun yang berniat jahat kepada kalian datang mendekat, tidak lagi!"

Ancient's Realm: Stallions & SerpentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang