Chapter 5.3: Pandemonium III

22 6 0
                                    

Silver Canyon adalah sebuah ngarai panjang yang terbentang dari utara desa Tallos jauh sampai ke dekat wilayah kota Argentburg. Ngarai ini terdapat pada dataran tinggi nan gersang, yang memiliki kedalaman sejauh ratusan kilometer, berbeda jauh dengan lebarnya yang hanya berkisaran seratus dua puluh meter. Belum pernah ada yang dapat melihat dasar dari ngarai tersebut, sebab angin kencang yang terus berhembus dari bawah ngarai membuatnya mustahil untuk dikunjungi.

Di dekat bibir ngarai, para calon prajurit sedang berdiri dengan griffin yang telah disiapkan oleh Diadum di samping mereka masing-masing. Menunggu instruksi dari sang jenderal yang terlihat berjalan dengan penuh percaya diri menghampiri keluarga Raja, mereka terus bersiap siaga sambil memegang tombak mereka masing-masing dengan mantap.

Dijaga ketat oleh Nazarella dan beberapa anak buahnya, Varam, Andini, serta Collin tengah duduk di sebuah tempat khusus yang telah disiapkan di atas sebuah dataran tertinggi sehingga mereka dapat melihat dengan jelas kondisi di sekitar tanpa terhalang oleh apapun.

"Kok tidak ada yang menonton selain kita, ayah?" tanya Collin.

"Hari sudah sangat larut, nak." jawab Varam singkat.

Tak lama, datanglah Diadum dengan napasnya yang terengah-engah, "Paduka Raja, Paduka Ratu, Pangeran kecilku," hormatnya.

"Apakah semuanya telah disiapkan dengan baik?" tanya Andini.

"Semuanya sempurna, Paduka Ratu," jawab Diadum. "Oh, dan selamat atas kehamilanmu, Paduka Ratu, aku tak sabar menunggu kehadiran sang bayi kecil!"

Andini tertawa. "Terima kasih, Diadum."

Diadum membalas tawa Andini dengan senyuman manis sebelum ia menoleh kepada Varam dan berkata, "Paduka Raja, ini adalah rangkaian acara terakhir sebelum upacara peresmian. Aku pribadi ingin restumu untuk segera memulai tes ini."

Varam mengangguk. "Ya, kau dapat memulainya."

Segera setelah Diadum mendapat restu, ia membalikkan badannya sebelum berseru dengan sangat kencang, "Bersiaplah!" suaranya membuat Collin sedikit kaget. Diadum membalikkan badannya sekali lagi untuk mencubit dagu Collin sebelum beranjak turun. "Selamat menikmati pertunjukan, pangeran kecilku!"

Collin membalasnya dengan tertawa.

Setelah Diadum turun, Varam mengelus perut istrinya. "Bagaimana keadaanmu? Kau tidak kedinginan, kan?"

"Aku baik baik saja, mantel bulu ini sangat hangat," jawab Andini. "Collin, apakah kau kedinginan?" Andini lanjut bertanya setelah menengok ke arah putranya.

Collin menggelengkan kepala. "Tidak bu!"

"Collin, apa nama yang ingin kau berikan untuk adikmu?" tanya Varam dengan senyum lebarnya.

Collin terlihat berpikir sebelum berkata, "Barry!"

"Barry? Ada apa dibalik nama itu?" tanya Andini.

"Kan aku suka buah beri!" sahut Collin spontan.

Varam dan Andini tertawa terbahak-bahak.

"Lalu, bagaimana jika Barry adalah bayi perempuan?" tanya Varam.

Collin terlihat kembali berpikir, "Aku tidak tahu, mungkin... Maya?"

"Maya? Terdengar seperti nama Leilatian," Andini berkomentar.

"Aku ambil dari nama nenek Mey, sebab beliaulah yang pertama kali memperkenalkan-ku dengan buah beri!" jelas Collin.

Andini tersenyum sebelum mencium kepala anaknya.

Tak terasa, para calon prajurit telah berangkat dengan griffin mereka masing-masing. Mereka terbang tinggi sebelum menukik masuk ke dalam ngarai.

"Apa yang akan mereka lakukan di dalam ngarai, ayah?" tanya Collin.

Ancient's Realm: Stallions & SerpentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang