Chapter 7.3: Cai II

28 6 0
                                    

Aku membuka kedua mataku. Kepalaku terasa sangat berat, aku hanya menatap langit-langit yang penuh dengan ukiran klasik khas kerajaan Varamith. Di sekitarku memiliki bau rempah yang kuat, namun melegakan napas. Ah, aku pasti di klinik istana Purevalient.

Perlahan, aku mendudukkan badanku. Kepalaku pusing sekali. Apa yang terjadi?

"Nyonya Cai, anda sudah sadar?" tanya sebuah suara kental yang tak asing di telinga. Suara itu berasal dari samping kananku.

Ketika aku menengok, aku melihat seorang pria berbaju putih dan berambut cokelat, ia sedang duduk diatas sebuah kursi batu di ujung ruangan, di sebelah jendela besar tempat sinar matahari masuk.

Siapakah sosok itu? Kenapa dia memanggilku nyonya?

"Apa yang terjadi padaku?"

Pria itu berdiri mendekatiku, "Semalam, seekor kelabang menggigitmu, nyonya."

Semalam? Ah, benar juga! Rupanya aku selamat!

"Kau tahu nyonya Cai, pria itu tak sekalipun meninggalkanmu." tetiba aku mendengar suara lain dari sisi kananku. "Pria itu lah yang telah menyelamatkan nyawamu." Dari balik tirai-tirai sutra berwarna hitam, datanglah tabib kerajaan yang kemudian duduk di sampingku.

Aku kembali menengok dan menatap pria berambut cokelat itu, "Benarkah begitu?" tanyaku.

Pria itu hanya tersenyum. "Maafkan kelalaianku, nyonya Cai." katanya sambil bangkit dari kursinya dan menghampiriku. "Kalau saja aku lebih waspada, mungkin semua ini tidak akan terjadi." Ia kemudian duduk di atas kursi kecil di sebelah ranjangku.

Oh... rupanya dia adalah prajurit yang mengawal-ku semalam... dari dekat, aku dapat melihat matanya yang berwarna cokelat tua, seperti batang kayu. Kulitnya pun terlihat bersih dan terawat... sial, tampan juga dia! Aku jadi malu dengan tingkahku malam itu!

"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf. Aku berhutang nyawa padamu," kataku kepadanya.

Pria itu kembali tersenyum, memamerkan pipi lesungnya.

Dia... sangat manis jika tersenyum.

"Siapa namamu?" aku bertanya.

"Arion," balasnya dengan senyuman yang menyingkap gigi-giginya yang putih mengkilap.

Sial! K-kenapa dia jadi tampan sekali?! Dan... dan kenapa jantungku berdegup kencang! Tunggu, tunggu, aku harus menjaga diri. Aku tak boleh terlihat canggung! Kau pasti bisa, Cai!

"Arion... aku kira kau seorang Elf, namun setelah melihatmu tidak memakai penutup kepala, aku ternyata keliru...,"

Basa basi apa itu!? Oh Tuhan, andai aku dapat menarik kata-kataku! Sungguh pertanyaan yang tidak penting!

Sambil memegang kupingnya, ia tertawa. "Kau tidak sepenuhnya salah, nyonya Cai. Ibuku adalah seorang Elf, sedangkan ayahku, ia seorang Human."

Baik, apa yang sudah terlewat, biarlah terlewat. Sekarang, aku tidak boleh lagi gegabah seperti tadi. Aku harus bersikap sewajar mungkin!

"Ah, seorang Hybrid rupanya," aku mengangguk-angguk.

Tidak ada balasan darinya. Kami bertiga hanya terdiam tanpa kata-kata. Sangat sunyi dan canggung, setidaknya bagi diriku.

Aku menarik napas panjang, sesekali melihat tabib yang mengamati denyut nadiku. Aku pun juga sempat melihat ke arah Arion, dan alangkah kagetnya aku ketika kami berpapasan mata, dan dia langsung tersenyum kepadaku. Oh Tuhan! Aku seperti sedang terjatuh! Kenapa dia melakukan ini! Jantungku semakin berdegup kencang!

Ancient's Realm: Stallions & SerpentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang