Chapter 5.2: Pandemonium II

27 6 0
                                    

Sebuah cahaya muncul dari balik kabut. "ITU MEREKA!" kata seorang prajurit berseragam merah yang menunjuk ke arah laut lepas. Disusul dengan beberapa cahaya lain, para armada kerajaan satu per satu muncul menerangi gelapnya langit.

Ada enam buah kapal besar yang dipenuhi dengan pasukan berseragam perak dan merah. Beberapa diantara mereka terlihat siap siaga dengan senjata mereka masing-masing, sedangkan yang lain terlihat memegang obor yang menyala-nyala.

"Pesanmu tersampaikan dengan baik," ujar Aubrey yang datang menghampiri Gweihaven, menunggu kehadiran para armada.

"Banyak yang harus kita bicarakan dengan raja dan para anggota dewan," balasnya.

"Kau harus ingat untuk tenang, Gwei."

Gweihaven memutar kepalanya untuk menatap Aubrey. "Apa maksudmu?"

"Pikiranmu menjadi tak jernih apabila kau dalam keadaan gusar,"

"Aku sudah tenang!"

Aubrey menggelengkan kepalanya. "Benarkah begitu? Apakah kau sadar betis kita terendam air saat ini?"

Gweihaven tak menjawabnya.

"Lihat kan. Kau sangat gegabah!" lanjut Aubrey. "Ayo Gwei, kita kembali ke tepian, kita tunggu mereka melabuh."

Masih tak berkomentar, namun Gweihaven mengikuti perkataan Aubrey dengan memutar badannya dan berjalan ke arah tepi pantai.

"Maafkan aku Gwei. Seharusnya kaulah yang paling pintar diantara kami semua. Namun jujur saja, jika kau tidak tenang, semuanya akan jauh berbeda."

"Tidak, Aubrey. Maafkan aku." balas Gweihaven.

Beberapa menit berlalu sebelum akhirnya satu per satu kapal dapat menepi. Tanpa menunggu lama, Gweihaven segera berjalan menuju kapal terdekat dan segera naik. Aubrey dan beberapa prajurit lainnya menyusul di belakang.

"Tuanku," sambut seorang kapten yang berdiri di samping tangga tempat Gweihaven naik.

Gweihaven mengangguk. "Ayo, kita segera pergi dari sini,"

"Apa yang terjadi disini, Tuanku? Perlukah kita mengirim pasukan untuk menyisir seluruh isi pulau?" tanya sang kapten.

"Tidak. Tidak perlu, pulau ini sudah kosong. Aku akan ceritakan detailnya dalam perjalanan. Sekarang, kita haru-"

"AYO CEPAT BERANGKAT!! Kita tidak punya banyak waktu! Angkat jangkar kalian. SEKARANG!" Teriakan Aubrey yang sangat keras memotong perkataan Gweihaven dan membuat terkejut kapten kapal.

Melihat tingkah Aubrey, sang kapten segera berlari meninggalkan Gweihaven dan membantu Aubrey menginstruksikan para awak kapal untuk segera bersiap berangkat.

"Lebih baik aku yang terlihat panik, bukan?" goda Aubrey.

Gweihaven tersenyum kecil.

Setelah semua kapal kembali berlayar dan sedikit menjauh dari pulau Elioa, kabut yang menyelimuti mereka secara perlahan mulai menipis. Melihat keanehan ini, Gweihaven dan Aubrey segera beranjak menuju buritan kapal untuk melihat keadaan.

"Apa apaan ini?" tanya Aubrey terheran-heran melihat kejanggalan di sekelilingnya.

Gweihaven menunjuk ke arah langit-langit di atas pulau Elioa. Di sana terlihat sepuluh makhluk menyerupai kelelawar terbang ke arah yang berlawanan dengan para armada kerajaan. Setelah makhluk-makhluk itu hilang ditelan awan, Gweihaven menghantam pagar kapal, "Kita diawasi...."

---

Ketika tes ketiga hampir di mulai, Cai si penasihat Raja, justru memiliki rencana lain. Ia sedang dalam perjalanan dengan sebuah kereta kuda menuju istana Purevalient. Cai sengaja membawa seorang prajurit wanita untuk menemaninya duduk di dalam kereta, ada juga dua orang prajurit lainnya yang mengendarai kudanya untuk mengawal kereta kuda itu.

Ancient's Realm: Stallions & SerpentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang