=-=-=-=-=
BUKU PERTAMA DARI SERIAL "ANCIENT'S REALM"
=-=-=-=-=
Setiap cerita mempunyai dua sisi.
Orang-orang melihat kerajaan Varamith sebagai kerajaan terbesar dan terkaya, dipimpin oleh sosok yang murah hati dan dicintai banyak orang.
Semuanya ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ditugaskannya Diadum di Istana Purevalient membuat Collin memanfaatkan kesempatan langka ini untuk berlatih dengannya. Setelah jam makan pagi, ia berjanji kepada Diadum untuk bersiap diri di taman yang terdapat di wilayah kediaman raja. Namun sudah tiga puluh menit sejak jam makan pagi usai, Diadum belum juga tiba. Oleh karenanya, Collin menunggu dengan duduk di sebuah kursi berwarna putih yang terdapat di taman, bersama dengan ibunya, Andini, yang tengah merajut sambil meminum secangkir teh.
"Belum datang juga Paman Diadum," gumam Collin sambil duduk bersandar.
Andini hanya memberi tanggapan dengan senyuman kecil. Sejak hilangnya Barry, Andini menjadi lebih diam dari biasanya. Melihat sikap dari ibunya ini, Collin sesekali merasa iba dan bersalah.
"Apakah ibu melihat Nenek Mey?" tanya Collin kepadanya. Meskipun Collin sudah mengetahui dengan jelas dimana nenek Mey berada, ia tetap menanyakan hal ini kepada ibunya, hanya untuk mendengar suara Andini.
"Tidak, nak," jawab Andini sebelum kembali menatap anaknya dan tersenyum.
Collin memberikan senyuman balik. "Oh! Aku ingat!" serunya. "Kemarin nenek Mey berkata akan bangun pagi-pagi buta untuk pergi ke ladang! Hari ini waktunya panen buah beri!"
Seketika, Collin menyesali apa yang baru saja ia katakan. Rasa bersalah kembali menyelimuti diri Collin ketika Andini berhenti merajut, segera setelah ia mendengar apa yang diucapkan oleh Collin.
"M- maaf, Ibu," itulah satu-satunya kalimat yang dapat Collin ucapkan.
Andini bangkit berdiri dan mencium kening anaknya. "Tidak apa-apa nak," katanya. "Ibu akan kembali ke kamar untuk beristirahat, berlatihlah dengan baik, ya?"
Collin menghela napas sebelum membalas perkataan ibunya, "Baik, Ibu...,"
Dengan terus memandang Andini yang berjalan menjauh, mata Collin mulai berkaca-kaca. Namun sebelum air mata Collin menetes, terdengarlah seruan Diadum yang datang dari dalam bangunan istana. "PANGERAN KECILKU! AYO KITA LATIHAN!"
Mendengar seruan Diadum, Collin langsung menoleh. "Paman Diadum!"
"Kau lolos latihan pertama, Collin!" Diadum memeluk dan menepuk pundak Collin keras-keras segera setelah ia tiba dihadapannya.
"Maksud paman?" tanya Collin.
"Latihan kesabaran!" jawab Diadum sebelum tertawa terbahak-bahak.
Collin membalasnya dengan tertawa balik.
"Baiklah, sekarang, ayo, kita mulai!" kata Diadum sebelum memberikan sebuah kapak hitam yang diikatkan pada pinggangnya kepada Collin.
"B- berat sekali!" respons Collin setelah menerima kapak itu dengan tangan kanannya. Dengan spontan, tangan kirinya pun ikut membantu.
"Ya! Beratnya lima belas kilogram!" kata Diadum. "Kau harus terbiasa menggenggam kapak ini!"
"Paman Diadum, apa kau tidak merasa bahwa ini terlalu-"