Setelah rapat usai, para jenderal segera memerintahkan orang-orang terbaik mereka untuk bergabung bersama rombongan raja Varam. Meskipun tidak ikut serta dalam pertempuran, Gweihaven menyumbangkan lima ribu anak buahnya untuk mendampingi Varam. Demikian juga dengan Aubrey, yang menyumbangkan tiga ribu pasukan berkuda untuk dapat dipimpin langsung oleh sang Raja.
Jenderal Nazarella berada di baris depan. Ia dan para pasukannya telah bersiap siaga di luar tembok kota Whitefang, bersama dengan Diadum dan lima ribu pasukan berkuda miliknya, yang juga tengah berdiri tegap dengan baju zirah berwarna hitam bercorak emas.
Persiapan dilakukan dengan sangat matang, Varam pun terlihat benar-benar gagah dengan baju zirahnya yang terbuat dari batu mulia yang dilebur dengan campuran logam terbaik di kerajaannya. Dengan menggenggam tombak bermata dua miliknya, ia berdiri dengan gagah di Teras Kedua.
"Ada apa ini? Mengapa mereka lama sekali?" tanya Varam kepada Gweihaven yang berdiri disampingnya.
"Bersabarlah, yang Mulia. Sudah lama ia tidak dikeluarkan dari kandangnya," balas Gweihaven.
Varam menghela napas panjang. Ia tak bisa berbuat banyak selain menunggu apapun yang dinantikannya dengan lapang dada.
"Anna, tolong pergi dan lihatlah bilamana ada kendala," perintah Gweihaven kepada salah satu dari tujuh prajuritnya yang bersiap siaga di atas kudanya, tepat di depan Teras Kedua.
"Baik, tuan!" jawab anak buahnya sambil memacu kudanya pergi.
"Ia tidak akan bergerak jika kau memberinya perintah!" seru Varam kepada prajurit yang baru saja meninggalkan tempat. Tentunya, apa yang diperintahkan Varam sedikit membuat anak buah Gweihaven itu bingung, ia sedikit menolehkan kepala ke belakang sebelum kembali memacu kudanya pergi. "Ah, seharusnya Aubrey saja yang pergi mengambilnya," lanjut Varam.
"Maafkan aku," tanggap Gweihaven.
"Bukan salahmu," ujar Varam. "Aku hanya sedikit kesal karena waktu berjalan begitu cepat."
Tak lama setelah Varam berkata demikian, datanglah Andini bersama dengan Collin, turun dari Teras Pertama. Dirinya didampingi oleh nenek Mey, beserta tiga orang prajurit berseragam biru tua yang terlihat sibuk membawa barang-barang yang telah dikemas oleh Andini.
Mendengar suara langkah kaki, Varam segera menoleh kebelakang. "A- Andini, ada apa gerangan ini?" tanya Varam cemas.
Melihat reaksi suaminya, Andini sedikit terisak. Ia mengusap air mata yang hendak menetes dari matanya sebelum berkata, "Sesuai perkataanku, Varam. Aku akan membawa Collin pulang," sambil terus turun mendekati suaminya, Andini melanjutkan perkataannya. "Kerajaan ini sudah tidak aman."
"Andini, tolong, bersabarlah," ucap Varam, mencoba membujuk Andini dengan menggenggam kedua tangannya.
Melihat aksi ayahnya, Collin hanya terdiam sambil berjalan dan berdiri di samping Gweihaven. Sedangkan Mey, hanya memandang Andini dan Collin dengan belas kasih yang tulus, terpancar dari matanya yang berkaca-kaca.
Andini melepaskan genggaman Varam. "Aku tidak bisa... Aku-"
"Andini, sayangku, kami telah menemukan mereka. Kami telah menemukan para ghoul itu!"
Mendengar kalimat itu, Andini segera menoleh, ia memandang suaminya dengan lebih seksama. Barulah pada kala itu ia menyadari, bahwa suaminya tengah mengenakan baju zirah yang sama sekali belum pernah dikeluarkan dari gudang senjata. "K- Kau...,"
Varam mengangguk. "Aku akan turun, aku akan membasmi mereka semua, hari ini juga, kita akhiri mimpi buruk yang menghantui kerajaan ini!"
Andini sempat terdiam. Ia terlihat gusar dan kebingungan sebelum ia melirik ke arah Gweihaven dan bertanya, "Apakah Gweihaven ikut denganmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ancient's Realm: Stallions & Serpents
Fantasía=-=-=-=-= BUKU PERTAMA DARI SERIAL "ANCIENT'S REALM" =-=-=-=-= Setiap cerita mempunyai dua sisi. Orang-orang melihat kerajaan Varamith sebagai kerajaan terbesar dan terkaya, dipimpin oleh sosok yang murah hati dan dicintai banyak orang. Semuanya ter...