Chapter 12.6: Whitefang's Wail V

21 5 0
                                    

"Gweihaven menghindariku," kata Santos. "Jadi, tadinya aku berpikir untuk pergi ke Silvercliff untuk bicara dengan Aubrey,"

Cai tertawa. "Aku tak heran, Gweihaven adalah orang yang enggan berbicara,"

Santos tak menjawabnya.

"Lagipula, aku pun bertanya-tanya kenapa kau selalu mencari waktu untuk bicara empat mata dengan orang lain." lanjut Cai.

"Karena dengan cara itulah aku dapat mengenal kepribadian mereka yang sesungguhnya," kata Santos. "Mungkin itu adalah salah satu kegemaranku,"

Ketika Cai terdiam, Mey menanggapinya. "Tak semua orang dapat kau dekati dengan cara yang sama, Santos," Mey memberikan sedikit jeda. "Ada beberapa orang yang justru akan semakin terbuka ketika kau berhenti mempertanyakan mereka."

Tak lama setelah Mey berkata demikian, muncullah bau busuk yang pertama kali tercium oleh Santos. "Ini bau mereka," bisik Santos.

"D- dapatkah mereka mengetahui keberadaan kita?" tanya Cai yang mulai bernapas dengan tidak teratur.

Mey yang duduk di sebelahnya segera menggenggam tangan Cai. "Tenanglah, nak,"

Tak lama, terdengarlah suara tawa dua orang anak kecil. Suara itu terus terdengar dengan jelas dari arah perpustakaan, diikuti dengan suara beberapa buku yang berjatuhan. Kecemasan terus bertambah ketika terdengar suara langkah-langkah kaki yang mendekat.

Cai menggenggam balik tangan Mey dengan erat. "Nenek...," gumamnya sebelum terdengar suara ketukan berulang yang amat keras pada pintu masuk ruang rahasia itu.

Tak disangka, ada sebuah bayangan samar seseorang yang berdiri. Sosoknya jelas bukan Cai atau Santos, sosoknya agak bungkuk. "Nenek!" Cai yang langsung dapat menerka segera berbisik kencang.

"Nenek, mau kemana?" tanya Santos yang mendengar suara langkah kaki Mey berjalan mendekati pintu masuk.

"Cai dan Santos... setelah pintu terbuka, kalian langsung lari,"

Jawaban Mey sontak membuat Cai dan Santos terbelalak tak percaya.

Namun belum sempat mereka berdua memberi balasan, segeralah terdengar suara benturan yang sangat keras bersamaan dengan suara teriakan nyaring, datang dari arah pintu masuk. Hal itu membuat Mey menghentikan langkahnya. Tak lama, terdengar lagi suara benturan dan suara yang serupa, terulang dengan penuh gema di ruangan rahasia itu.

Baik Santos maupun Cai, sempat terperangah ketika mendengar suara itu. Mereka hanya duduk terdiam sambil mengamati pintu masuk yang masih tertutup rapat.

"CAI! KAU DISANA?" terdengarlah suara lelaki dari arah perpustakaan.

Mendengar suara itu, Cai segera bangkit berdiri dan berseru, "ARION!" Ia dengan cepat berlari sebelum mendorong pintu masuk dari ruang rahasia itu dengan kencang. Ketika cahaya perpustakaan menerangi wajah Cai yang penuh dengan sukacita, Arion, yang berdiri di ujung koridor perpustakaan, segera menjatuhkan busurnya ke lantai sebelum berlari ke arah Cai dan kemudian memeluknya dengan erat.

"Untunglah, untunglah kau baik-baik saja!" seru Arion sambil mencium kening Cai.

Dengan tetesan air mata, Cai berkata, "Kau... lagi-lagi kau menyelamatkan nyawaku... terima kasih Arion...,"

Santos keluar dari ruang rahasia dengan menggandeng Mey. Santos sempat mengamati jubah Arion yang terkoyak dan terlihat sangat kotor sebelum berkata, "Aku berhutang budi padamu, Arion,"

Dengan menatap Santos, Arion menjawab, "Sudah tugasku sebagai seorang prajurit, tuan Santos." Arion sempat menatap Mey sebelum melanjutkan perkataannya, "Aku pun lega Nenek baik-baik saja,"

Ancient's Realm: Stallions & SerpentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang