"Hei, apakah kau baik- baik saja?" Keisya mendengar suara itu pun perlahan- lahan melihat seseorang yang didepannya. Seorang wanita paruh baya, bisa dibilang berumur 40-50an? "Hei apakah kau mendengar ku?" Tanya wanita itu lagi dengan nada yang sangat khawatir.
Keisya pun yang tadi berpikir tiba- tiba terkejut dengan pertanyaan wanita itu. Dia berdiri dengan rasa kebingungan. Wanita itu pun ikut berdiri. "Kau..siapa?" Tanya keisya dengan hati-hati. "Hm...aku hanya khawatir dengan mu," jawab wanita itu sambil menepuk bahu keisya. Keisya mengerutkan dahinya," apakah kau kenal aku?" Tanya keisya lagi.
"Itu," wanita itu menunjuk tangan keisya yang sudah berlumuran darah. "Aku hanya khawatir tentang itu," tanpa peringatan wanita itu langsung menarik telapak tangan keisya. "Awww.." meringis keisya. "Tengoklah ini, apakah kau mau tangan mu infeksi? Kau mau di amputasi?!" Keisya hanya menghela napas dan terus meringis kesakitan ketika wanita itu mulai mencuci tangan keisya dengan air.
"Lukanya ini terlalu dalam, harus dijahit" bilang wanita itu. "APA DIJAHIT?!" tanpa sadar keisya langsung berteriak kepada wanita itu. Tiba-tiba dia menarik tangannya kembali dan memeluknya. mukanya langsung suram. "Sebentar dulu.. aku bahkan tidak tahu nama kamu? Kamu siapa? Apakah kamu kenal aku? Kamu tidak ada menjawab sekalipun pertanyaanku!" Wanita itu merogohkan tasnya dan memberi keisya sebuah kartu nama?
'Melly Rose, dokter bedah
Hospital Cleveland' ah...dokter ternyata. "Sekarang kau tau kan?" Keisya hanya mengangguk pelan. "Ayo ikut aku" melly langsung mengambil pergelangan tangan keisya dan memanggil taksi yang lewat.HOSPITAL CLEVELAND
"Pelan- pelan dong" bilang keisya. "Kau dibius, kau tidak merasakan apa-apa" ruangan itu sepi, sampai hanya terdengar suara jarum jam yang berdetak. Melly sangat fokus mengerjakannya sehingga membuat keisya tidak berani bersuara. Keisya tidak berani melihat tangannya yang sangat mengerikan itu
"Sudah siap, " akhirnya tangan keisya pun di perban secara rapi. "Kau datanglah setiap minggu kesini untuk mengganti perbannya". "Tapi aku gak papa, sumpah" ucap keisya. Melly langsung melototi keisya. "Ba-baiklah.."
Suasana kembali lagi hening. Canggung. Sebenarnya keisya dari tadi berpikir dengan keras. Dia hanya bingung kenapa melly rela menolongnya? Mungkin karena dia dokter? "Biar kutebak, pasti kau ingin bertanya kenapa aku ingin menolongmu" keisya hanya bengong. 'Apakah dia punya indra ke -6 apa? Menyeramkan.'
"Bagaimana kau tau?" Tanya keisya dengan ketakutan. "Wajahmu yang membilangnya" jawab Melly. Keisya hanya ber-O saja. "Sebenarnya sejak di bar tadi, aku sudah memperhatikan mu dari awal. Kau hanya terlihat suram? Mungkin? Dan tiba- tiba suara pecahan terdengar aku dan ya..aku melihat tangan mu yang berdarah. Masa aku dokter tapi tidak membantu mu?" Setelah menjelaskan panjang lebar, keisya hanya terdiam.
"Kenapa kau menolong ku?" Tanya keisya. "Bukan kah sudah kujawab? Karna aku dokter". Dokter hah. "Aku paling benci dokter" keisya langsung memalingkan kepalanya dan matanya kembali berlinang. "Aku menolongmu, dan kau bilang benci pada 'dokter'? " saat keisya hendak ingin menjawab, tiba- tiba suara handphone melly berdering. "Aku akan memaafkan mu kali ini" ucap melly.
"Halo? Iya, ibu dirumah sakit sekarang" keisya hanya mendengar suara melly dari kejauhan dan mulai melamun. Dan mengingat kejadian 3 tahun yang lalu.
"Baiklah, langsung aja keruangan ibu, ibu disini" setelah mengakhiri panggilannya, melly menghampiri keisya kembali. "Anakku mau datang, dia akan mengantarkanmu" bilang melly."Tidak usah" tolak keisya dengan ketus. Ketika dia hendak ingin pergi dan mau membuka kenop pintunya, tiba- tiba pintu itu terbuka.
Huaaaaㅠㅡㅠ akhirnyaa siap:)
Vote+ comment ya💜 jangan menjadi silence reader:")
KAMU SEDANG MEMBACA
Skyfall✔
Teen FictionAku selalu berpikir, apakah hidup ini akan selalu menjadi seperti langit biru yang sangat indah? Apakah bisa hidupku menjadi cerah seperti langit itu? Tidak, hidupku seperti langit yang menimpa diriku. berat. sangat berat. kapankah hidupku kembali s...