chapter. 22

171 12 3
                                    

Keisya duduk dan menatap langit malam yang begitu kelam itu. Tanpa bintang, bulan yang terlihat. Dia duduk dalam keheningan, butuh untuk berpikir untuk dirinya sendiri. Dia memutar kursinya dan melihat jam dinding yang sudah menunjuk pukul 02.00 pagi.

3 minggu.

Sejak kejadian 3 minggu lalu, dia telah sendiri menjalani aktifitasnya. Tanpa kehadiran Evans  yang selalu berada di sampingnya,selalu menemaninya ketika dia kelelahan atau kesusahan. Dia hanya pergi tanpa mengatakan apa-pun. Bahkan sepucuk surat atau catatan pun tidak ada. Keisya berpikir mungkin Evans hanya memberi waktu kepada Keisya untuk menenangkan dirinya. Tapi tidak. Ini sudah terlalu lama.

Keisya membuka headsetnya dengan kasar dan membantingkan ke meja sehingga menimbulkan suara yang keras. Dia menghela napasnya dengan kasar, menatap langit-langit ruangan kerjanya. Ketika dia menutup matanya, air matanya pun ikut terjatuh dengan pelan.

"Brengsek." Dia berusaha menahan semua rasa yang menyesakkan ini. "Tanpa kabar kau menghilang begitu saja? kau kira kau akan selamat? Lihat saja nanti Evans, kalau ketemu kubunuh kau," ucapnya dengan sendiri.

Dia mengambil mantelnya dan mematikan semua lampu sehingga ruangan itu pun menjadi gelap gulita yang hanya diterangi oleh lampu-lampu kota New York yang masih hidup.

_________________________________________

Cahaya yang menembus tirai kamar Keisya, membuat matanya perlahan-lahan terbuka. Suara burung berkicau membuat hati Keisya lebih tenang.

"Pagi Evans," ucap Keisya.

Dia membalikkan tubuhnya dan tidak menemukan siapa-siapa disampingnya. Terkadang, dia masih mengingat bahwa Evans selalu berada disampingnya, memeluknya dari belakang. Namun itu tidak lagi. Dia membuka smartphonenya.

3 bulan.

Sejak 3 bulan yang lalu, ternyata dia memang sudah tidak kembali lagi. Selama 3 bulan Keisya kembali lagi dengan sifatnya yang dulu. Dingin, pendiam, pemurung. Evans yang membuat dunianya berubah.

Dia mengambil buku catatan di lacinya. Dan menulis sesuatu di buku tersebut.

14 februari 2020, Friday

Hari ini begitu cerah. Menurutku hari ini akan membawa keberuntungan bagi diriku. Tiba-tiba aku teringat, setiap pagi cerah seperti ini, kau selalu malas bangun dan memelukku kuat dari belakang. Oh iya, ternyata sudah 3 bulan. Bagaimana kabarmu? Aku harap baik-baik saja. Aku harus bekerja pada hari ini. Jangan sarapan mie instan lagi ya^^

Keisya menutup bukunya dan tersenyum dengan lembut. Dan dia kembali mengambil handphonenya menelpon Evans.

Nomor yang anda tu--

"Seperti biasa." Dia turun dari kasurnya dan memakai sendal rumahnya. Setelah mandi dan bersiap-siap dia berjalan menuju pintu keluar dan tersenyum.
"Aku pergi dulu, Evans!"
Dia tetap mengucapkan itu setiap pergi kerja maupun pulang. Walaupun dia tau, tidak ada yang akan menjawab salamnya.

_________________________________________

"Apa?! Los Angeles?!" Mata Keisya membesar ketika mendengar Rose, asistennya mengatakan bahwa hari ini dia akan pergi ke Los Angeles untuk menghadiri rapat.

"Iya, kita akan pergi malam ini." Ucap Rose. Keisya menghela napasnya, dia melihat mejanya yang masih dipenuhi oleh kertas dokumen yang belum ditanda tanganinya. "Kenapa harus di Los Angeles?"

Rose hanya menghela napasnya lelah mendengar begitu banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Keisya. "Kan sudah saya bilang bahwa Mr. David ingin berlibur bersama istrinya di Los Angeles, oleh sebab itu dia tidak ingin membuang waktu, sehingga menyuruh kita pergi kesana," jelas Rose panjang kali lebar.

Skyfall✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang