chapter. 23

176 14 5
                                    


Sebaiknya membaca sambil mendengar lagunya menggunakan headphone/ headset.

Selamat menikmati!

Keisya POV

Apakah ini terlalu kejam? Setelah aku merasakan keindahan langit biru di dalam diriku, kau kembali lagi menjadi kelam dan gelap seperti langitku sebelumnya. Hujan,hujan, dan hujan. Hidupku dipenuhi dengan air mata yang tidak pernah mengenal berhenti layaknya seperti hujan yang terus-menerus berjatuhan di bawah langit biru indah itu.

Apa yang sebenarnya yang ingin kau lakukan? Jangan pernah memberiku harapan yang tidak menentu seperti ini,aku benci, aku sangat membencinya. Mungkin ini adalah bagian akhir dalam sebuah buku ku. Tidak ada siapapun yang tidak menginginkan happy ending, bukan? Tapi aku yakin, inilah ending yang akan aku dapatkan.

"K-keisya?"

Suara itu lagi. Suara yang selalu membuatku tersiksa. Suara yang selalu berada di dalam mimpiku. Tolong hentikan. Siapapun tolong aku.

"Keisya..is that you?"

Aku tidak salah. Aku tidak salah mendengar kali ini. Ini terlalu realita bagiku. Apakah kau masih memberiku kesempatan kedua untuk mengubah Ending ku? Aku berusaha melawan rasa ketakutan ku untuk melihatnya. Aku akan melakukan apa pun untuk mengubah takdirku. Namun, sepertinya aku tidak mempunyai kesempatan lagi. Dirinya, sudah bahagia bersama yang lain.

Aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri. Dia mengenggam sebuah tangan, tangan yang begitu indah sampai membuatku sesak. Aku melihat mata birunya, mata yang selalu membuatku tenang. Aku tidak perlu melihat langit biru untuk membuatku bahagia, cukup melihat mata mu saja sudah cukup bagiku.

Aku berusaha tersenyum, walaupun air mataku terus-menerus berjatuhan dari kedua mataku. Tapi, tidak apa-apa air mataku tertutupi oleh air hujan ini. Aku sangat berterima kasih.

"Lama tidak bertemu, Evans." Nama yang selalu ingin ku panggilkan, tapi kenapa sekarang kehadirannya di depanku membuat ku sakit? Dia berlari ke arahku tanpa memperdulikan wanita yang berdiri disampingnya. Dia mempayungiku dengan payung yang dibawanya.

Dia menatapku dengan penuh arti, semua terbaca dari tatapannya. Rasa kecewa,sedih,hancur, menyesal.

"Kenapa kau basah seperti ini? Kau akan terkena flu." Rasa khawatirnya yang berlebihan itu selalu membuatku aman. Dia membuka jaket hoodienya dan meletakkan di pundak kecilku. Akhirnya, tidak ada ucapan atau pun kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Kami hanya memandang satu sama lain ditengah derasnya hujan pada malam itu.

Aku tidak tahan. Aku akan mengakhiri ini semua. Aku tarik pinggangnya,memeluknya layaknya seperti tidak ada hari esok. Merasakan tangannya yang memelukku kembali, membuatku tidak ingin melepasnya.

Aku akan rindu wangi tubuh ini. Dia mencium puncuk rambutku, membuat suara yang tadi kupendam akhirnya keluar juga, membuat punggungku bergetar akibat terlalu lama menahan tangisku.

"Aku minta maaf..benar-benar minta maaf. Tidak apa-apa,keluarkan lah." Tangannya yang menepuk bahuku, semakin membuat diriku tak terkontrol lagi. Dengan rasa yang sangat berat hati, aku melepaskan tautan tanganku di pinggangnya. Dia menatap ku dengan kecewa. Jari-jari lembutnya menghapus sisa-sisa air mataku. Aku akan mengatakannya, sekarang.

"Semoga kau bahagia, selamat tinggal."

***

"Ms. Keisya!" Rose sudah memanggilnya berkali-kali sambil mengguncang-guncangkan pundaknya dengan kuat. Akhirnya Keisya terbangun. Matanya sibuk melihat sekelilingnya.

"Mari kita turun," suruh Rose.

Ternyata dia masih di dalam mobil yang tadi dia tumpangi.

Bagaimana itu bisa terjadi? Aku mimpi?

Rose pun bingung melihat Keisya masih melamun di dalam mobil tersebut. Merasa ditatap oleh Rose, Keisya langsung sadar kembali, dia turun dan langsung menuju kamarnya.

Sesampai di kamar Keisya langsung menuju kamar mandi untuk mengisi air hangat di bathubnya. Dia membuka semua pakaiannya dan memasuki perlahan-lahan tubuhnya. Dia cukup lama merendamkan dirinya di situ.

"Apakah tadi itu mimpi? Kenapa terasa sangat nyata?" Sentuhannya, air hujan yang membasahi tubuhnya, semua sangat terasa nyata. Dia tiba-tiba teringat dengan wanita yang berada disamping Evans. Keisya menggeleng kan kepalanya berusaha menyingkirkan segala pemikiran anehnya.

Dia menuangkan winenya di gelas dan menyeruputnya secara perlahan-lahan. Mungkin malam ini dia harus mabuk untuk menghilangkan semua pikiran tidak benarnya.

***

"Aduh!" Keisya memegang kepalanya dengan tangan kanannya. Kepalanya pusing setengah mati membuat dia langsung berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya.

"Wah! Lihatlah, berapa botol yang sudah anda minum Ms. Keisya? Kenapa anda tidak mengajak saya?" Tanya Rose dengan sarkastik. Tidak menyadari dengan sindiran Rose, Keisya malah tertawa dengan kuat.

"Kenapa kau tidak mengatakannya? Sayang sekali, kita akan minum bersama." Ucap Keisya masih dengan mata sayunya.

"Karena saya tau bahwa hari ini kita akan bertemu dengan MR. DAVID!"

"APA?!"

gawat,gawat,gawat. Keisya betul-betul lupa dengan jadwalnya hari ini. Sebagai ucapan terima kasih, rekannya masih ingin membawa Keisya berkeliling kota Los Angeles ini. Sangat baik.

Keisya langsung berkaca di kamar mandi, pipinya yang merona akibat panasnya alkohol, matanya hitam, dan jangan lupa sedikit kotoran di ujung kelopak matanya.

"WANITA GILA!"

***

"Apakah anda tidur nyenyak?"

"Berkat anda, terima kasih." Keisya berusaha tersenyum dengan senang hati. Kepalanya masih pusing akibat alkohol semalam.

David cukup lama melihat wajah Keisya. Agak risih dengan tatapannya, Keisya otomatis langsung memegang wajahnya, "k-kenapa?" Tanyanya dengan gugup. David malah tertawa dengan keras.

"Apakah anda minum semalam?" Tanyanya to the point. Yup, tidak bisa lagi mengelak. Keisya langsung mengiyakan ucapan David. "Apakah kau memiliki banyak pikiran?" Tanyanya kembali.

"Hm, tidak banyak juga sih,"

"Bohong. Terlihat sekali dari wajahmu."

Keisya hanya tertawa canggung setelah ketahuan berbohong. Dia paling tidak pandai berbohong. Tiba-tiba David menepuk tangannya seperti mendapatkan ide baru.

"Pas sekali, aku menyuruh dokter untuk datang. Dia adalah dokter psikologis ku. Dia sangat baik. Apakah kau ingin aku untuk mengenalkannya?" Tawar David.

Keisya langsung menggeleng kepalanya dan menolak dengan sopan. "Tidak apa-apa aku tidak perlu sampai ke dokter. Ini hanya masalah kecil."

"Mr. David!"

"Oh itu dia sudah datang," riang David ketika melihat dokternya sudah datang.

Keisya pun membalikkan tubuhnya, bola matanya langsung membesar, jantungnya langsung berdegup kembali dengan cepat.

"Evans?"

________________________________________

Akhirnya gaes! Jangan lupa vote+comment ya💜❤🖤

Skyfall✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang