chapter. 21

193 12 3
                                    


Chapter ini akan panjaang amat:) santai, ambil cemilan, rebahan and enjoy!

________________________________________

Flashback

New York, 20 mei 2017

Lelaki itu keluar dari kampus dengan langkah yang girang. Bagaimana tidak, dia mendapatkan nilai praktek A+. Dia mengeluarkan hpnya dan memencet salah satu kontak.

"Mom!! Aku mendapatkan nilai praktek A+." dengan senyuman yang tidak pernah pudar di wajahnya dia terus berbicara tanpa memberi jeda sedikitpun.

Sadar ibunya tidak bersuara. Evans melihat kembali hpnya,apakah masih tersambung.

"Evans..."

"Suara ibu kenapa? Ibu sakit?"

"Sakit,sakit." Rintihan melly terdengar di suara hp itu. Mendengar itu pun membuat Evans khawatir. Dia langsung berlari dengan cepat dan menaiki motornya dengan kecepatan yang tinggi.

"Bertahanlah, aku lagi dijalan."

Sesampai dirumah evans, dia langsung menggobrak pintunya dan mencari keberadaan ibunya. Dia tergesa-tergesa dan matanya terus berputar mengelilingi rumahnya.

Di dapur, dia melihat kaki seseorang yang tergeletak di lantai. "Mom!" Evans lamgsung bergegas dan terkejut melihat keadaan ibunya.

Darah, darah yang banyak sekali keluar dari mulutnya Melly. Evans langsung menunduk dan mengangkat kepala ibunya ke dalam pelukan hangat. Dia menepuk pipi melly secara pelan. Namun tak bangun juga. Evans mulai panik. Matanya kabur akibat air mata yang sudah tergenang di matanya.

Dia mengeluarkan hpnya dan menelepon 119.

"Apakah ini ambulan?"

"Iya, apa yang terjadi?"

"Ibuku, di-dia pingsan d-dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya."

"Baiklah kami kesana dalam 5 menit." Jawabnya. "Kumohon, cepatlah!"

_____________________________________

Evans bolak-balik berjalan di lorong tersebut dengan rasa yang sangat gelisah. Ibunya sekarang lagi berada di UGD namun sepertinya keadaan ibunya semakin parah.

Dokter tersebut membuka tirainya dan berjalan menuju evans. Melihat dokter itu berjalan menujunya, evans langsung menanya kepada dokter itu.

"Bagaimana keadaan ibuku?"

Dokter tersebut tampak berpikir.
"Mr. Evans bisakah kita bicara diruanganku?"

Berjalan menuju ruangan dokter tersebut membuat evans khawatir. Dari tadi jantungnya tidak mau tenang. Dokter tersebut pun membuka pintu ruangannya dan mempersilahkan Evans untuk duduk.

Dia membuka dokumen-dokumen dan memperlihatkan semua hasil pemeriksaan tadi. "Mr. Evans, apakah kau melihat sebuah gumpalan disini?".
Evans memanglah ingin menjadi dokter tapi bukan dokter spesialis dalam seperti di depannya ini sekarang.

Dia memerhatikan yang ditunjuk dokter ini.

"Ibumu, mempunyai kanker stadium 2."

Mata Evans membesar. Apakah dia salah dengar? "Apa? Kanker kau bilang?"

Dokter itu menghela napasnya. "Iya, sepertinya ibumu sudah tau. Dia sudah mengonsumsi obat-obatan.Tapi, apakah kau tau tentang ini?"

Kepala Evans menggeleng. Dia sama sekali tidak tau. Ibunya selalu terlihat baik-baik saja. Ibunya pekerja keras. Bahkan kelihatan sakit aja tidak pernah. Mendengar perkataan dokter itu membuat terkejut sesaat pada Evans.

Skyfall✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang