16. Penguntit

12.2K 844 12
                                    

Happy reading 😊😊

~Mengertilah, Sayang!~

Senyum bahagia tak lepas terpancar dari wajah Sena. Ia terus mengelus cincin emas yang tersemat di jari manisnya. Bahagia? Tentu saja, hal itu tidak perlu ditanyakan lagi. Ia benar-benar sangat bahagia. Tidak pernah terbayangkan, jika hari di mana Bang Chan melamarnya adalah hari ini. Ini adalah kado ulang tahun terindah dalam hidupnya.

Tadi saat berdua di balkon kamar hotel dan membicarakan tentang pernikahan, Sena sempat terkejut saat Bang Chan bilang ingin bertemu ibunya. Bersyukur ia punya alasan yang pas untuk mengurungkan niat pria itu.

"Ibuku ada di Jepang bersama bibiku. Kau tahu kan bibiku yang ada di Jepang? Bibiku mengajaknya untuk berlibur. Dia menetap cukup lama, sekitar dua bulan. Aku tidak tahu apa urusannya hingga membuat dirinya begitu betah di sana," ucapnya tadi dan Bang Chan dengan mudah percaya.

Ponsel Sena berbunyi, satu pesan singkat masuk. Ia membukanya dan melihat ada pemberitahuan dari Bank, jika baru saja ada yang mentransfer uang senilai 1 M ke rekeningnya.

"Oh, apa ini Taeyong? Dia benar-benar menggajiku? Wah ... dia sangat kaya!"

Untuk seorang Taeyong, uang satu miliar itu tidak ada artinya.

Sena tersentak kaget saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia mengerutkan dahi, siapa yang datang berkunjung ke kamarnya.

"Ai!" Panggilnya, tapi tidak ada sahutan.

Selain Sena dan Bang Chan semua orang memiliki teman sekamar. Ai dan Soo Hyun serta Chan Soo dan Dong Soo. Mereka memiliki kamar tersendiri karena keduanya adalah orang spesial di perusahaan. Walaupun keadaan sebenarnya, Sena dan Bang Chan tidak begitu nyaman dengan hal itu.

Sena melangkah menuju pintu. Ia kemudian membukanya. Matanya membesar saat melihat pria yang amat dikenalnya sekarang berdiri tepat di depannya.

"Taeyong!"

Pria itu memasang wajah sangar. Tanpa persetujuan dari Sena, Taeyong masuk ke dalam kamar itu. Ia mengambil alih kunci kamar. Mengunci pintunya rapat, kemudian menyimpan kuncinya di saku celana jeans-nya.

"Bagaimana bisa kau berada di sini?" tanya Sena sedikit shock.

Taeyong menyeringai. "Kau terkejut? Apa kau begitu tidak mengharapkan kedatangan suamimu ini? Ingat, di manapun aku berada, itu terserah diriku," jawabnya ketus.

"Apa maumu? Kenapa kau datang ke kamarku?"

Taeyong menatap Sena tajam. Ia mendorong wanita itu---menyudutkannya ke dinding.

"Untuk memastikan, apa pria itu berada di kamar ini bersamamu," kata Taeyong.

"Maksudmu? Bang Chan? Memangnya kenapa jika di berada di kamarku? Itu bukan urusanmu," seru Sena ketus.

Taeyong mencengkram lengan Sena kuat membuat wanita itu berontak. "Itu urusanku! Kau ingin selingkuh dariku?!"

Sena mendorong tubuh Taeyong menjauh dengan kasar. "Kau bukan suamiku!" bentaknya keras.

Sena menatapnya nyalang. "INGATLAH, PAK CEO KELUARGA ROYAL GRUP YANG TERHORMAT, PERNIKAHAN ITU ADALAH PALSU. TOLONG ANDA INGAT!" Sena menekan setiap kalimat yang ia ucapkan dengan emosi.

Taeyong mendengkus kesal.

"Kau sudah setuju jika tidak akan melarangku untuk berhubungan dengan siapapun. Maka tolong tepati janjimu itu," seru Sena lalu melangkah pergi menuju kamar mandi.

Taeyong menggeram kesal. Ia menendang sofa di sampingnya, lalu menyesal sedetik kemudian karena itu membuat kakinya sakit.

"Apa dia tidak mengerti perasaanku?" gumamnya sambil cemberut.

***

Sena sedang asik menyampo rambutnya saat air di shower tiba-tiba mati.

"Ya, ada apa? Kenapa airnya tiba-tiba mati?" Ia langsung berpikir, mungkin ini ulah Taeyong.

Sena segera mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya lalu beranjak keluar dari kamar mandi. Ketika sampai di luar, ia melihat Taeyong tertidur pulas di ranjangnya.

"Bukan dia!"

Sena kemudian berjalan pelan ke sisi sebelah ranjang di mana pesawat telepon berada di sana. Sedikit was-was, berharap Taeyong tidak bangun. Jika bangun, pria itu akan melihat penampilannya yang seperti ini, itu amat berbahaya bagi dirinya. Sena menekan beberapa nomor lalu panggilan tersambung.

"Halo! Air di kamar 1970 mati. Aku sedang mandi, tolong segera diperbaiki! Baik, aku tunggu," seru Sena lalu mematikan panggilan.

Sena menoleh dan langsung memekik terkejut hingga handuknya terlepas saat melihat Taeyong bangun. Ia dengan cepat menutup mata pria itu dengan tangannya.

"Jangan melihat macam-macam! Akan kubunuh kau!"

Taeyong tersenyum jail. "Bukankah kau sendiri yang membuatku melihat yang macam-macam!"

Sena mencoba mengambil handuknya yang jatuh dengan sebelah tangan. Setelah berhasil, ia segera memakainya kembali.

Suara ketukan pintu mengangetkan mereka.

"Siapa?" teriak Sena dengan tangan yang masih setia menutup mata Taeyong.

"Kami petugas hotel. Kami datang untuk memperbaiki kran airnya," sahutan suara pria dari luar.

"Ok, tunggu sebentar!" Sena melangkah menuju pintu, tapi Taeyong menahannya.

Pria itu mengambil selimut lalu ia gunakan untuk menutupi tubuh Sena yang hanya terbungkus oleh handuk.

"Hanya aku yang boleh melihat tubuhmu," ucapnya lalu menggantikan Sena pergi untuk membuka pintu.

Petugas itu masuk dan langsung mengerjakan tugasnya. Selama petugas hotel tersebut memperbaiki kran air di kamar mandi, Sena dan Taeyong menunggu di luar. Wanita itu terus waspada terhadap Taeyong di sampingnya.

Taeyong tersenyum jail lalu memainkan tangannya mencoba memberitahu Sena, jika ia sedang memikirkan tubuh Sena yang seksi. "Luar biasa," goda Taeyong sambil memainkan lidahnya.

Sena menyeringai jijik. Ia menendang tulang kering Taeyong membuat pria itu meringis sambil meloncat-loncat kesakitan.

"Sudah selesai, Nona!" Petugas itu keluar dari dalam kamar mandi.

"Maaf telah membuat Anda tidak nyaman, saya pamit!" Petugas itu berpamitan lalu melangkah pergi meninggalkan kamar.

"Terima kasih," seru Sena sambil membungkuk sopan.

Ia kemudian kembali melirik Taeyong dengan sinis. "Pergi dari kamarku sekarang juga," ucap Sena ketus seraya membuang selimutnya ke wajah pria tersebut.

Taeyong mendengkus sebal. "Wanita yang tidak berperasaan!"

***

TBC

824-10619/821-050422

See you next part 👋👋

The Real Husband || LEE TAEYONG✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang