Happy reading 😊
~Tolong katakan jika pertemuan ini hanyalah sebuah ilusi semata agar aku tidak terlalu banyak berharap~
Dua ekor burung tampak asik mencari makan di taman belakang. Taeyong duduk di sebuah kursi kayu seraya memandang dua burung itu dari dinding kaca dengan segelas teh yang masih terasa hangat di genggaman tangannya. Hanya ada dirinya di tempat itu, menikmati senja yang sebentar lagi akan menghilang.
Seorang laki-laki paruh baya datang. Dengan jas rapi dan kacamata khasnya, ia berjalan dengan kaki panjangnya menghampiri Taeyong. Hyun Shik, kepala pelayan yang begitu setia pada keluarga Taeyong, semenjak dirinya kecil. Tiga tahun telah berlalu, tapi perawakan pria berkepala enam itu tak pernah berubah. Mungkin, perubahan yang terlihat dari Hyun shik hanyalah kumisnya yang sekarang menutupi atas bibirnya.
Pria itu membungkuk sopan, dibalas anggukan oleh Taeyong.
"Sore, Tuan! Mereka sebentar lagi sampai. Apakah ada hidangan yang Anda inginkan untuk makan malam nanti?" tanya Hyun Shik.
"Cukup makanan seperti biasanya saja. Nasi hangat beserta lauk pauknya. Tidak ada yang bisa menandingi kelezatan itu semua," jawab Taeyong.
Hyun Shik mengangguk mengerti.
"Baiklah, kalau begitu saya akan menyuruh para pelayan untuk memasaknya. Saya pamit!" Hyun Shik membungkuk rendah sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan ruangan Taeyong.
Taeyong kembali melihat keluar. Terdengar helaan napas panjang darinya.
'Tidak ada yang bisa menandingi semangkuk nasi panas beserta lauk pauknya!' Kata-kata milik Sena itu terngiang di ingatan Taeyong.
Aku merindukanmu, Sena!
Sudah tiga tahun berlalu setelah kepergian Sena. Taeyong tidak pernah mendapat kabar apapun dari wanita itu. Bahkan ia juga tidak bisa menemukan keberadaannya. Semua cara Taeyong lakukan, tapi nihil. Tidak ada yang bisa menemukan Sena.
Yang dirinya bisa lakukan sekarang hanyalah menunggu. Menunggu kapan Tuhan berkehendak mempertemukan dirinya lagi dengan Sena.
Sejak kepergian Sena, Taeyong memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Hubungannya dengan keluarganya kurang baik. Ia memilih untuk tinggal sendiri di rumah miliknya yang dulu sempat ia beli dan ingin diberikan pada Sena sebagai hadiah pernikahan. Tapi, sebelum Taeyong sempat memberikannya, Sena pergi terlebih dahulu meninggalkannya.
Taeyong masih bekerja sebagai CEO di perusahaan milik keluarganya. Walaupun sebenarnya, ia sudah tidak menginginkan posisi itu, tapi kakeknya meminta agar Taeyong tetap bertahan untuk sementara sampai Mark menyelesaikan kuliahnya dan siap menggantikan Taeyong. Karena hanya Taeyong lah yang bisa diandalkan untuk perkembangan perusahaan Royal Grup sekarang.
Ting tong!
Taeyong tersentak kaget saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, beberapa orang yang sangat dikenalinya, berdiri di sana.
"Taeyong!" seru Ten bersemangat langsung memeluknya erat.
Taeyong yang risih dengan kelakuan Ten, segera mendorong tubuh Ten menjauh untuk melepaskan pelukannya dan menjauh darinya.
"Jangan berlebihan! Kita baru tidak bertemu 1 tahun. Dasar menjijikkan," seru Taeyong membuat wajah Ten langsung merengut.
"1 tahun itu waktu yang lama. Aku sangat merindukanmu!" Ten kembali ingin memeluk Taeyong, tapi segera mendapat tatapan tajam dari pria itu.
Yang ditatap langsung mengurungkan niatnya. Ya, Taeyong dan teman-temannya memang sudah setahun tidak bertemu. Taeyong terlalu sibuk dengan segala pekerjaannya di luar negeri, yang mengharuskannya menetap setiap beberapa bulan di negara-negara yang ia kunjungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Husband || LEE TAEYONG✔
Romansa(Telah terbit di Cahaya Pelangi Media) My Perfect Husband Lee Taeyong telah berganti judul. Pertemuan pertama yang berawal dari ciuman mendadak lalu berlanjut ke cinta satu malam yang romantis bersama guling dan selimut. Sangat Absurd! #1- Medis 29...