31. Come Back

13.8K 667 62
                                    

Happy reading 😊

~Jangan katakan selamat tinggal~

"Luka tusukannya mengenai arteri, dia kehilangan banyak darah. Cepat bawakan kantong darah tambahan," seru Sena yang sudah berada di dalam ruangan operasi.

"Siap dokter!" Seorang suster segera melangkah pergi keluar, menuruti perkataan Sena.

Yah, benar. Sena mengambil alih operasi Taeyong. Ia menerobos ruang operasi saat mendengar jika detak jantung suaminya berhenti. Dengan keahliannya, ia melakukan sesuatu pada tubuh itu lalu mengembalikan detak jantung Taeyong. Ia meminta pada Ai dan dokter lainnya dengan sangat, agar ia bisa mengoperasi dan menyelamatkan Taeyong.

"Aku tidak mau kehilangannya Ai! Aku tidak mau kehilangan orang yang kucintai untuk kedua kalinya! Kumohon biarkan aku yang melakukannya!"

Ai berdiri berhadapan dengan Sena. Ia bertugas sebagai asisten wanita itu. Ai menatap sendu pada sahabatnya yang terlihat berusaha menahan tangisnya. Mencoba kuat sambil mengoperasi tubuh suaminya yang terbaring lemah di hadapannya.

Aku bisa! Aku pasti bisa menyelamatkanmu. Kau harus kembali padaku. Sena mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Ia sesekali menatap Taeyong yang terlihat tertidur pulas, seakan pria itu tidak ingin membuka matanya.

Kau tidak boleh meninggalkanku!

"Gunting!"

"Sedot!"

"Jarum!"

Taeyong mendapat tusukan yang cukup dalam di bagian arterinya dan itu membuatnya kehilangan darah cukup banyak. Patah di bagian kaki dan retak di bagian kepala juga membuat pria itu berada di keadaan yang benar-benar kritis.

Aku tidak akan membuat kesalahan dua kali!

Dengan serius Sena menjahit luka di bagian perut pria itu. Sesekali ia meminta agar perawat di sampingnya menghapus air mata yang sesekali lolos dari kedua kelopak matanya. Dia akan menyelesaikan operasi itu hingga akhir.

"Gunting!"

Ai mengambil gunting lalu memutus benang jahit terakhir. Dan operasi itu selesai.

Sena menghela napas panjang seraya jatuh terduduk di lantai saat operasi selesai. Tangis yang ia tahan dari tadi lepas sudah. Isak demi isakan terdengar menyakitkan. Ai langsung memeluk sahabatnya itu.

"Dia akan baik-baik saja! Kau telah berhasil!"

***

Sena menatap putus asa pada sosok yang terbaring lemah di hadapannya. Taeyong dengan tubuh penuh luka yang dibalut perban, hanya menggantungkan hidupnya dengan segala macam alat bantu medis yang menunjang di sana. Seolah-olah hanya itu harapan terakhir Sena untuk mempertahankan nyawa pria itu pada tempatnya.

Hingga kemudian wanita itu merasa belaian lembut pada rambutnya. Ia menoleh dan mendapati Ibu dan Ayah Taeyong di sana. Yoo Na mengusap punggung Sena.

"Dia akan bertahan."

"Tentu, dia akan baik-baik saja!" Kalimat itu seolah ditunjukkan untuk menguatkan dirinya sendiri.

"Kami harus pulang. Jika kau membutuhkan sesuatu, hubungi kami," kata Tae Min di jawab anggukan oleh Sena.

Ayah dan ibu Taeyong akhirnya pergi meninggalkan Sena kembali pada keheningan yang teramat menyiksa.

Didekatinya pembaringan Taeyong seraya menggenggam telapak tangan pria itu. Diamatinya dalam-dalam jemari yang biasanya akan langsung merespon bila mendapat sentuhan barang sedikit saja, meski kini tidak lagi.

Sebutir kristal bening mengalir tanpa izin. "Bangunlah, Sayang! Aku sudah banyak menangis hari ini. Tidakkah kau ingin menciumku seperti biasanya dan memakan masakan kesukaanmu?"

Sudah hampir sebulan setelah operasi itu, Taeyong belum bangun dari komanya. Membuat Sena semakin putus asa. Seharusnya pria itu sudah bangun sejak lama.

Tubuhnya bergetar saat isakan makin mendera. Tak pernah terbayang dalam benaknya, jika kerinduan bisa menyiksanya seperti ini.

Sena begitu merindukan sosok Taeyong. Pria yang selalu pandai menggodanya. Yang selalu membuatnya tertawa. Yang amat posesif padanya. Yang selalu ia marahi, jika sudah mencuri-curi ciuman kecil dan berbuat nakal padanya. Yang selalu mengatakan 'Aku mencintaimu!' setiap pagi.

Aku sangat merindukanmu!

"Istirahatlah, Sayang. Kau terlihat lelah." ujar ibu Sena yang hadir di sana. Menatap iba pada putrinya yang tidak beranjak sedikitpun dari pertama kali Taeyong dipindahkan ke ruang intensif.

Sena menggeleng dibalas ibunya dengan helaan napas panjang. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk membujuk naluri kekhawatiran seorang istri.

"Baiklah, aku akan keluar membeli makanan untukmu," ucap Soo Young lalu melangkah pergi keluar ruangan.

Sena balas mengangguk pelan. Ia kembali menatap lekat wajah suaminya.

"Sadarlah, Tae, Kumohon!" Sena meremas tangan Taeyong seakan ingin menyalurkan ketakutannya. Ketakutan pada kesendirian.

"Aku membutuhkanmu! Aku butuh kau disisiku!"

Isakannya berubah menjadi raungan yang menggema memenuhi isi ruangan bersamaan dengan tubuhnya yang merosot dan berlutut di sisi pembaringan Taeyong.

"Kumohon! Jangan tinggalkan aku sendiri. Jangan biarkan ia tumbuh tanpamu! Aku hamil. Bayi ini membutuhkanmu!"

***

TBC

685-111219/644-070422

Sampai Jumpa di Ending!

The Real Husband || LEE TAEYONG✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang