Bagian 7

1.3K 69 0
                                    

Zea mengalihkan pandangannya pada dua orang yang terlihat dekat itu. Taiga yang melihat Zea melakukan hal ini, ia mencoba melepaskan wanita itu darinya.

Ada rasa sakit dihatinya.

Ya Allah, cobaan apa lagi ini... harus sesakit inikah?

"Ayumi, lepaskan...kau menggangguku dan Zea!" Bentak Taiga.

"Siapa Zea? Ayolah Taiga dalam waktu dekat kita akan bertunangan, aku saaangat merindukanmu... Bagaimana kalau malam ini..." Wanita itu menggoda Taiga yang terlihat tak nyaman.

Wanita itu ternyata adalah Ayumi, calon tunangan Taiga.

"Zea adalah calon istriku, jadi pergilah Ayumi!" Sahut taiga secara tegas sambil tiba-tiba memegang lengan Zea sangat erat hingga Zea tak bisa mengelak.

"Tidak Taiga, kita akan bertunangan...keluarga kita sudah saling setuju, kau pasti bercanda, ah kau menggodaku, hahaha wanita aneh ini tak mungkin jadi pendampingmu bukan, candaanmu tak lucu Taiga." Ayumi menjelaskan.

"Apa aku terlihat bercanda?" Dengan nada serius yang pernah Zea dengar Taiga menjawab.

Ayumi hanya bisa melihat Zea dengan sinis seakan matanya penuh dendam yang kemudian langsung pergi.

Zea hanya bisa diam menahan hatinya yang ia rasa telah tersayat-sayat dengan ketidakpastian rasa.

Zea bingung perasaan macam apa ini, padahal tugasnya adalah berpura-pura tetapi kenapa hatinya tak bisa ia ajak untuk kerja sama?

"Maafkan aku Zea... Ayumi dulu teman masa kecilku, aku tak pernah berhubungan apapun dengannya. Sejak awal aku memang tak menyukainya, sungguh." Taiga mencoba menjelaskan pada Zea yang tampak tak peduli dan tak mendengar penjelasan Taiga.

"Hey, coba lihat pria muda itu wajah arabnya tampan sekali, bukan? Wah, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana ya, ayo coba kita hampiri!" Ungkap Zea sambil mencoba tersenyum mengalihkan topik.

Zea melihat seorang pria yang pernah ia lihat sebelumnya, di mana? Entah, sepertinya otaknya sudah penuh dengan pria yang baru saja telah membuat hatinya pedih akan ronanya hati wanita lain padanya.

"Baiklah." Taiga mencoba menuruti Zea

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, Ika?" Pria muda itu menyapa Zea.

"Kau kenal adikku?" Zea bingung karena pria itu memanggilnya dengan nama adiknya.

"Owh, MasyaAllah...maafkan aku, Anda sangat mirip dengan temanku Ika. Dia adik Anda? Sepertinya Ika pernah cerita...Zea?"

"Yap benar sekali, sepertinya kau dekat dengan adikku...siapa namamu?" Tanya Zea dengan lembut.

"Namaku Umar, oh tunggulah di sini ya Zea aku akan memanggil beberapa temanku yang juga mengenal Ika." Umar terlihat senang.

"Hebat sekali bukan, adikku bisa mengenal pria seperti Umar." Ucap Zea pada Taiga yang berdiri di sampingnya seolah terlihat tak senang dengan Zea yang begitu mudahnya tersenyum pada orang asing, tak seperti padanya.

"Zea, ini Abdulah, Malik, dan Hasan..." Umar kembali dengan membawa teman-temannya yang wajahnya pasti memikat hati para wanita yang melihatya.

Pria-pria itu sangat mempesona, mata mereka yang bulat dan indah, bulu mata yang panjang, dan bekas cukuran pada setiap sisi rahang yang membuat mereka tampak gagah, dan dewasa.

"Oh iyaya, aku sepertinya pernah melihat kalian semua. Oh ya Ika pernah mengirim foto kelompoknya. Kalau tak salah, ada kalian semua di sana ya?" Zea tertarik pada mereka.

Kelopak Sakura di Jabal Rahmah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang