Bagian 3

1.6K 82 0
                                    

Keesokan harinya, Rossy berangkat kuliah meninggalkan Zea yang menonton acara televisi tanpa tahu apa maksud dari suara tv itu karena semuanya berbahasa jepang.

Zea sangat bosan, kembali melihat ponselnya berulang-ulang tak ada hal yang menarik hatinya sama sekali. Pagi itu mereka sarapan sederhana hanya dengan telur mata sapi.

Zea sangat ingin Rossy membawanya keliling, namun Rossy disibukkan oleh tugas-tugas kuliahnya. Berjam-jam terlarut, dan Zea tambah bosan. Selintas terpikirkan untuk berjalan-jalan sejenak tak salah bukan. Ia mengganti baju dan mengenakan hijabnya.

Musim semi dan bunga sakura yang mekar, Ia sangat terhibur dengan warna merah jambu dan putih seakan berlomba siapa yang tercantik, terindah, yang paling memesona yang tak pernah dilihatnya di Negara asalnya. Zea mengenakan kemeja hitam panjang yang bagian bawah di atas lututnya terdapat sulaman bunga-bunga kecil yang manis. Ia memakai celana kain pucat dan tas kecil merah yang anggun.

Sebagai orang asing di tempat yang asing.

Berjalan menyusuri jalanan Jepang yang terbatasi oleh tembok-tembok pagar rumah yang rapat dan bersih. Tempat itu hampir mirip seperti kotak-kotak labirin yang membingungkan, namun Zea mencoba menghafalnya. Kemudian ia melihat sekelompok anak-anak kecil yang keluar dari sebuah gerbang, menarik menurutnya.

Taman Kanak-Kanak kah?

Ketika sampai di depan gerbang itu ponselnya berdering dan ketika dia mengangkatnya Rossy terdengar bingung.

"Zea, kamu di mana?" Tanya Rossy.

"Aakku di, hemm gak tau sih...nanti kalau tersesat aku hubungi, santai gak usah khawatir kayaknya aku hafal jalannya."

Tiba-tiba ada seorang anak lelaki yang memeluknya mengagetkannya. Anak lelaki itu tak mau melepaskan. Zea mencoba menjelaskan kepada Rossy dengan sedikit kaget karena anak itu dan kemudian segera menutup telepon.

"Hei, ada apa? Apa kau baik-baik saja?" Yang bisa Zea lakukan hanya menggunakan bahasa Inggris dan berlutut mengelus kepala anak yang manis itu.

"Apa Anda mau menemaniku sampai Papaku menjemputku?" Jawab anak itu dengan lembut dan memohon dengan bahasa inggris pula, sehingga Zea merasa bersyukur bisa berkomunikasi dengannya.

"Baiklah." Sekejap ketika Zea menjawab, anak itu menarik tangan Zea dengan lembut dan tingkah imutnya membuat Zea menurutinya.

Mereka duduk pada sebuah kursi yang semua permukaannya hampir tertutupi oleh rontokan bunga sakura yang berada diatasnya.

Anak itu tak mau melepas tangan Zea, ia membalasnya dengan erat sambil tersenyum.

Anak itu sangat manis, matanya yang tak terlalu sipit, rambut hitamnya yang lembut tersisir rapi, pipinya yang memerah, sangatlah imut. Heran dengan sikap anak itu, Zea mencoba bertanya perlahan.

"Anak manis, siapa namamu?"

"Toma, nama Anda, Miss?" Tanyanya balik sangat sopan.

Mereka duduk sangat dekat pada kursi itu. Semerbak sakura menenangkan hati orang yang berteduh di bawahnya.

Rontokkan bunga-bunga yang indah menutupi setiap jejak kesedihan anak itu.

"Panggil saja Zea, apa kau baik-baik saja?" Jawab Zea sambil mengusap pipi anak itu yang terlihat bekas tangisan.

"Ini hari pertamaku di sekolah, semua menjauhiku karena tak mengerti apa yang aku katakan. Aku hanya bisa bahasa Inggris dan ketika aku mendengar Anda bicara tadi aku merasa sangat senang." Ungkap anak itu sambil terisak dan kemudian tersenyum perlahan.

"Benarkah? Aku senang kalau bisa membuatmu senang. Aku juga tak bisa bahasa Jepang, berarti kita sama. Kita bisa belajar bersama berarti, nanti kau pasti mendapatkan teman... anak baik sepertimu." Ucap Zea perlahan sambil memeluk anak itu.

Kelopak Sakura di Jabal Rahmah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang