Taiga merasa sangat bersalah pada Zea.
Malam itu ia sangat marah pada wanita itu.
Ia bertanya-tanya apa yang telah dilakukan Haruto hingga membuat wanita itu menolaknya. Yang sangat ia ingat adalah ketika akhirnya dia bisa mencuri kesempatan untuk memeluk Zea dengan hangat. Walau hal itulah yang menyebabkan rasa sekarang ini.
Masalahnya juga adalah Taiga harus pergi ke Kyoto untuk menemui tamu dari Mesir dan ia meninggalkan Zea sampai besok sore.
Taiga yang mengetahui bahwa Zea akan segera pergi, semakin mencuat rasa bahwa ia sangat ingin berada di sampingnya sampai Zea pergi. Tentu saja dari lubuk hati terdalam, sebenarnya ia tak mau Zea pergi.
Pada pertemuan ini empat orang yang disukai Zea juga ikut. Sebenarnya Taiga sudah tak memusingkan mereka lagi, yang ada dipikirannya hanyalah Zea seorang.
Wanita itu mencintainya juga.
Pertemuan itu berlangsung tak terasa lamanya.
Malamnya, Taiga duduk bersama Tanaka di lobi hotel.
"Tanaka, aku merasa ada hal yang mengganjal."
"Kerjamu bagus hari ini Taiga, apa yang kau risaukan?"
"Entahlah?" Taiga memucat.
"Pasti tentang Zea? Ada apa lagi dengan kalian..." Tanaka penasaran dengan hubungan mereka, memang ia merasa ada hal aneh yang mengganggu temannya ini. Sejak pagi ia semakin memucat hingga malam ini.
"Hei Mr. Taiga, selamat malam..." Sebuah suara mencoba masuk pada pembicaraan mereka.
"Malam, Umar." Taiga menjawabnya dengan nada yang lemah seakan mencemaskan sesuatu.
"Anda sangat hebat Mr. Taiga...suatu kehormatan bisa memegang tanggung jawab dari Anda di Kairo. Kenapa Anda terlihat pucat? Apa Anda sakit, atau ada yang Anda sedang khawatirkan?"
"Hmm...mungkin karena akhir-akhir ini aku kurang tidur." Senyuman Taiga yang penuh dengan kharisma itu membuat Umar percaya saja.
"Oh... ngomong-ngomong, bagaimana dengan Zea?"
"Well, dalam beberapa hari dia akan kembali ke Indonesia."
"Cepat sekali, mungkin sempat untuk makan malam bersama?" Umar tampak sangat ingin bertemu dengan wanita ini.
"Sepertinya tidak, tetapi entahlah itu semua tergantung Zea." Setiap kali menyebutkan nama Zea, Taiga terlihat sedih.
"Apa yang terjadi pada wajah Anda, Mr. Taiga? Sebenarnya saya dan teman-teman sangat penasaran dengan hubungan kalian berdua yang aneh. Bagaimana kalian bisa bertemu?"
"Entahlah...kami hanya bertemu di bandara dan kemudian dia sekarang tinggal di rumahku." Jawab Taiga yang merasa ia bisa mendengar pendapat pria muslim yang dikenalnya ini.
"Zea di rumah Anda? Bagaimana bisa? Apa yang sedang terjadi? Wanita seperti Zea..." Umar kaget dengan hal yang Taiga bicarakan.
"Tenanglah Umar, kau pasti tahu Zea wanita yang sangat baik. Dia tak ingin mengatakan apapun bahwa sebenarnya ia sedang membantuku. Ia tak ingin ada yang tahu. Jadi aku mohon padamu jangan mengatakannya pada siapapun. Aku percaya padamu." Taiga mulai merubah ekspresi murungnya.
"Baiklah Mr. Taiga, saya juga percaya Anda dengan Zea. Tetapi seorang wanita muslim tak baik jika serumah dengan Anda menurutku... seperti bagaimana ia makan?"
"Tentu saja aku mengusahakan kehalalan makanannya. Umar, wanita itu membuat perjanjian denganku agar aku menjaga jarak dengannya. Zea sangat menjaga dirinya. Aku sangat mencintainya, tapi─"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelopak Sakura di Jabal Rahmah [END]
Romance"Ya Allah berikan kebahagian pada semua orang yang mencintaiku karena-Mu, dan lindungilah hati ini dari cinta yang tidak dicintai untuk Engkau." "Sepertimu yang datang padaku saat mereka bermekaran dan pergi dariku saat mereka telah berguguran." "Wa...