Percakapan yang ringan mulai berlalu menuju percakapan inti pembicaraan. Ada apa dengan Zea, yang tampak tak sebahagia orang-orang di sekitarnya. Dalam benaknya ada sesuatu yang masih disimpannya dalam-dalam hingga ia teringat dengan hal tersebut saat ini. Sebuah masalah yang meringkuk dalam balutan segala emosi yang menutupi. Ketika emosi perlahan memudar, mengupas, lalu menerbitkan hal itu dalam benaknya. Ada satu hal yang kurang, hal ini mempengaruhi keputusan Zea, mempengaruhi masa depannya dan Taiga.
Zea membiarkan Toma bermain dengan Ika di luar rumah.
Menikah dengan orang mana saja gak papa Zea, yang penting muslim...
Teringat ucapan ayahnya dulu padanya, dan ya sekarang terjadilah.
"Jadi bagaimana Zea, menerima lamaran Taiga?" Pertanyaan dilemparkan pada Zea yang duduk termenung.
"..." Menatap wajah Taiga yang berbinar-binar. "Maafkan aku, tapi... aku belum bisa..." Menggigit bibirnya, menahan.
"Zea," Taiga memanggil namanya, "Apa kau yakin?" Tegas Taiga penuh harap.
"..." Tanpa memunculkan alasan yang jelas. Jika diijinkan ingin sekali Zea meneriaki Taiga agar segera meninggalkannya, seperti yang dipikirkannya sebelum-sebelumnya, dalam-dalam.
Taiga melihat air mata Zea mulai menyalahkan dirinya.
"Aku tak bisa." Perlahan mengatakannya. "Hmm Ayah, bisakah aku berbicara empat mata dengan Taiga saja?"
"Baiklah." Memberikan sedikit ruang untuk mereka berdua, kedua orang tua mereka berpindah ke ruang tamu sebelah.
Taiga berlutut, bersimpuh di hadapan Zea, mencoba menggenggam tangannya tetapi tangan Zea menjauh.
"Taiga, maaf." Sekian air mata jatuh kembali.
"Hei...Zea, jelaskan atau aku tidak bisa mengerti."
"Taiga, apa kau tak sadar, alasan kenapa aku ingin mengakhiri hubungan ini?"
"Bukankah karena kau ragu karena belum direstui oleh orang tuamu? Zea sekarang orang tuamu sudah setuju, lalu-"
"Taiga, berapa kali kau berbohong?"
"Zea kapan aku bohong coba ingatlah lebih jelasnya..."
"I just don't know how to explain... Okey, petama, kau datang sangat tiba-tiba Taiga, aku merasa tidak dihargai atau apa... kenapa kau tidak menjelaskan sebelumnya karena ini hal yang serius, this is not funny, Taiga. Aku sudah merasa aku harus menyerah tentang kita dan aku mulai berusaha, dan sekarang apa... aku bingung."
"I am very sorry, My Love."
"Second, Taiga, you touch me."
"..." Pipi Taiga memerah, memberi tanda ia sedang mengingat yang dilakukannya di bawah Wisteria.
"I mean sejak awal aku mengatakan jangan menyentuhku, berapa kali kau menggenggam tanganku?" Sentakan Zea pada Taiga.
"Ah, tangan-" Zea masih belum sadar, belum tahu sama sekali berarti dengan apa yang Taiga lakukan di bawah Wisteria? "Baiklah, aku meminta maaf sebesar-besarnya. Aku...aku tidak bermaksud apapun Zea, sulit meninggalkan budaya tapi ya benar itu salahku... Maaf."
"Seperti awal kita ketemu, alasan-alasan manismu...aku merasa selalu dipermainkan. Kenapa kau selalu membawa orang lain untuk berbaikan denganku, saat itu Toma, sekarang juga kedua orang tuamu...Kau membuatku tak bisa menolakmu dengan itu... Why-"
"No, Zea... Aku sangat mita maaf tentang semua ini. Aku juga tidak tahu bahwa aku akan menjadi sebodoh ini jika tentang seorang wanita yang sudah terlalu aku cintai yaitu kau, Zea. Aku tidak pernah mencintai sebelumnya, jadi aku bingung harus bagaimana... aku selalu mencoba menunjukkan kasih sayangku, tapi kau pergi. I am just too afraid of losing you again."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelopak Sakura di Jabal Rahmah [END]
Romance"Ya Allah berikan kebahagian pada semua orang yang mencintaiku karena-Mu, dan lindungilah hati ini dari cinta yang tidak dicintai untuk Engkau." "Sepertimu yang datang padaku saat mereka bermekaran dan pergi dariku saat mereka telah berguguran." "Wa...