Bagian 2

1.8K 84 1
                                    

Beberapa hari kemudian, Zea berangkat ke Jepang dan setelah melewati berjam-jam dalam pesawat yang melelahkan dia sampai di Bandara Narita. Zea seperti mulai gila karena ia sangat memimpikan hal ini. Pikirannya penuh dengan rekahan bunga-bunga, hanya tentang keindahan negeri sakura.

Wanita ini berpenampilan sangat manis dan sopan. Dengan kardigan merah maroon yang Rossy berikan padanya di ulang tahunnya, dan celana kulot coklat yang manis, juga pashmina coklat yang menutupi kepala sampai dadanya.

Walau Ia belum bisa bahasa Jepang, bermodalkan bahasa inggris yang lumayan dikuasainya ia memberanikan diri. Rossy yang telah ia hubungi pasti menunggu di luar bandara. Ia yakin Rossy akan mengajarinya beberapa bahasa Jepang.

Zea menarik napas panjang dalam-dalam kemudian membuangnya kembali, rasa senangnya tak bisa ia ungkapkan hingga ia meneteskan air matanya sambil berjalan keluar dengan perlahan menikmatinya.

Disisi lain Taiga yang sudah tak sabar bertemu dengan Toma berjalan dengan cepat dan Tanaka mengikutinya dengan berlari dibelakangnya. Tanaka tampak sangat kelelahan mengejar Taiga sambil menggeret kopernya. Toma pasti menunggunya di rumah pikirnya.

Tiba-tiba tak dilihatnya seorang wanita yang berjalan santainya dari sisi kanannya dan ia tak bisa menghentikan lajunya sendiri. Mereka tak sengaja bertabrakan dan wanita itu jatuh didepannya, tak seperti Taiga yang masih berdiri tegak karena keseimbangan tubuhnya.

Jatuh.

Zea yang terbuai oleh pikirannya terjatuh, tertunduk dan malu, ia merasa tak sakit apapun tapi malu karena memang mungkin ia yang melamun dan ini di negeri orang.

Untungnya saat itu tak ada yang meghiraukan mereka, Taiga yang merasa bersalah langsung berlutut dan mengulurkan tangannya pada wanita yang ada di depannya itu.

"Sumimasen, daijoubu desu ka?" Dengan nada suara pria terlembut yang pernah Zea dengar.

Zea langsung memandang asal suara lembut itu, seorang pria tengah berlutut mencoba menolongnya. Mungkin karena Zea yang bisa dikatakan pendek sehingga pria yang tinggi itu harus berlutut untuk menolongnya.

Allah, indah sekali salah satu ciptaanmu ini...

Melihat alis yang kelihatan kaku namun terbiaskan oleh matanya yang hangat, bulu mata yang meredupkan kesilauan kharisma, garis hidung yang tegas, bibir yang terlihat selalu dihiasi oleh senyuman, kulit yang halus semuanya tumpah ruah pada pancaran rambut hitamnya yang sedikit acak-acakan. Pakaiannya rapi walau tanpa dasi tak seperti pria yang menunggunya sambil terengah-engah di belakangnya.

Zea menyesal telah menatap, ia langsung menunduk dan beristighfar di dalam hatinya.

"Maafkan aku, aku yang seharusnya tidak melamun, Sir." Jawab Zea yang langsung berdiri sendiri sambil menunduk.

Hanya dalam bahasa inggris mereka berkomunikasi.

Sebelumnya saat Zea menatap Taiga, entah hal ini sangat mengganggu Taiga. Wanita itu tertutup dari kepala sampai kaki, wajahnya entah kenapa ada hal yang berbeda seperti ada cahaya walau ia tak melihat senyuman apapun.

Matanya terlihat bahwa ia bukan orang Jepang tetapi sangat sederhana, menurutnya indah seakan ia tak mau berhenti untuk melihatnya. Pasang mata itu membiaskan titik-titik bekas air mata yang tak diketahui asalnya. Sebuah aliran dalam palung benak, mengalir sederas alir detak jantung Taiga dengan pertanyaan; apakah ia telah menyakiti wanita ini sebelumnya? Semakin dalam dan dalam, saling nan saing, memanggil sesuatu dalam batinnya.

Ia sendiri tak sadar bahwa pasang mata miliknya sendiri memberikan makna lain pada kesan dalam hati wanita itu.

Namun ketika wanita itu tertunduk ia menemukan bagian lain dari wanita itu, sangat manis.

Kelopak Sakura di Jabal Rahmah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang