Seperti pada malam minggu biasanya, yang Zea lakukan hanya duduk santai di meja belajar apartemen yang sudah satu tahun ia tinggali saat pertama masuk dunia kerja. Cuaca di Indonesia memang menunjukkan musim kemarau, tetapi percikan air dari langit sedikit demi sedikit turun dengan pelan nan perlahan mengisi lubang-lubang tanah yang menunggunya. Mungkin telah banyak yang berdoa tentang hujan di malam ini.
Ruangan itu sangat rapi dan terlihat nyaman. Sprei merah jambu yang bermotif bunga itu sedikit mengganggu Zea, mencoba menariknya dalam dekapan hangat mimpi yang menunggunya. Mungkin telah banyak doa miliknya, sebelumnya tuk malam ini beristirahat.
Zea memakai baju tidur panjang yang longgar, rambutnya tergerai yang mulai kering setelah ia cuci itu sangat harum. Semerbak bersautan wangi-wangi lainya disekitar wanita itu, hingga yang paling tercium hanya aroma mawar favoritnya. Rambutnya panjang, dengan menyisakan helai-helai pendek dekat sisi-sisi wajahnya. Sesekali ia tepis dengan lembut.
Dalam ketenangan ini, ia mengingat usaha keras yang telah ia lalui seperti projek kerjanya yang beberapa waktu lalu telah terselesaikan. Dalam pengerjaannya, ia sejenak meluangkan waktu untuk membayangkan waktu ini datang. Sekarang giliran saat ini, ditengah bersantai, ia meniti kembali ingatan-ingatan tersebut.
Secangkir coklat kopi kesukaannya yang selalu setia menemani di malam yang tenang.
Tenang bagi sebagian orang, tidak bagi sebagian orang.
Hujan malam ini, air yang jatuh, itu saja. Namun, ada kata jatuh terkait dengan cinta. Tenang tapi menghanyutkan kerinduan yang teruap oleh cahaya memori yang dimilikinya. Kata beruntung muncul, karena dalam cahaya memori tersebut belum ada secercah hal tentang cinta. Selain keluarga, persahabatan, dan pertemanan.
Zea hanya membuka laptop, dengan background sakura yang manis, ia melihat beberapa dokumen yang ada. Terusik oleh sebuah folder memori dengan teman dekatnya sejak SMA yang sedang melanjutkan kuliahnya di Jepang.
Zea melihat-lihat betapa polosnya saat-saat itu, betapa lamanya saat-saat itu, betapa berlalunya saat-saat itu.
Tiba-tiba ponselnya berdering nada panggilan.
"Selamat malam Zea, ada kabar bagus nih!"
"Malam Kak, ada apa ya?" Tanya Zea heran.
"Permintaan cutimu diterima, dan ditambah juga kamu sudah menyelesaikan program duluan dan sangat baik, cutimu bisa ditambah jika kamu memang butuh─" Jawab seorang atasannya bersemangat.
"Wah, terima kasih banyak infonya." Dengan rasa senang ia membalas.
"Iya sama-sama, kalau bukan karenamu, project-nya ga akan selesai-selesai, nanti aku kirim lengkapnya, Happy Holiday yaaaaa...!" Ungkapan terakhirnya dan langsung menutup telepon.
Alhamdulillah
Siapa yang tidak senang saat mendapat liburan. Ia tidak menyangka ia mendapatkannya, bahkan ia belum merencanakan apapun.
Kali ini pikiran Zea penuh oleh pertanyaan untuk ke mana menghabiskan liburan itu dan bersama siapa? Pergi ke mana? Melakukan apa? Semua teman Zea pastinya telah sibuk masing-masing.
Pasangan? Zea sama sekali belum memikirkan hal itu. Zea melipat tangannya di atas sisi mejanya dan menempelkan dahinya pada tangannya yang ada di atas meja itu.
Sendiri? Zea sudah sering menghabiskan waktu sendirian.
Kebingungan yang memeluknya dalam tunduknya.
Ya Allah, beri aku kemudahan untuk memikirkan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelopak Sakura di Jabal Rahmah [END]
Romance"Ya Allah berikan kebahagian pada semua orang yang mencintaiku karena-Mu, dan lindungilah hati ini dari cinta yang tidak dicintai untuk Engkau." "Sepertimu yang datang padaku saat mereka bermekaran dan pergi dariku saat mereka telah berguguran." "Wa...