• Enjoy Reading •
Kenapa merebahkan tubuh di ranjang itu sangat nyaman sekali? Seolah benda empuk ini tidak memberikan akses untuk bangkit barang sejenak saja, seperti sudah diberi lem perekat sebelumnya, agar para pemilik bisa terus leluasa dan merasa nyaman di atas tumpukan-tumpukan busa, dan tidak bisa bangkit setelah berada diatasnya.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Seoyun dan Euna baru saja usai melakukan latihan rutin. Keduanya lebih memilih untuk cepat-cepat kembali ke dalam kamar, lebih ingin menidurkan diri daripada mengisi perut, kendati perut keduanya kini tengah bergumuruh hebat, meronta-ronta meminta untuk diisikan makan.
"Yun, aku akan pergi keluar sebentar. Akan mencari camilan atau makanan. Kau akan ikut atau menitip saja?" Belum ada sepuluh menit Euna berbaring, tapi perutnya sudah bersuara sangat kencang, sedikit banyak menghasilkan rasa pedih di dalam sana.
Seoyun menimang-nimang, sudah dipastikan ia tidak akan ikut, cuaca hari ini begitu panas luar biasa, "Aku akan menitip saja, tolong belikan aku milkshake choco ya? Oh, dan satu bungkus ramen juga jika boleh."
"Jadi aku harus pergi ke supermarket, huh?"
"Kumohon," Seoyun menautkan kedua telapak tangan, memasang air muka yang begitu memelas, ia berpikir hanya dengan ini Euna akan menerimanya.
"Ah, baiklah."
Usai berkata begitu, Euna langkahkan kedua kakinya menuju pintu kamar, hendak memotek gagang pintu namun ia teringat akan satu hal.
"Jangan tertidur ya, aku tidak membawa kartu kamarku. Aku malas," Titah Euna seraya menghilang diri dari ambang pintu.
Kepergian Euna beberapa detik yang lalu, sempat menghadirkan suasana yang begitu senyap, hening, hanya menyisakan suara gesekan dahan yang bersentuhan mesra, cicitan burung-burung kecil yang bertengger manis pada ranting pohon, pun tak lupa dengan suara hiruk pikuk kota Seoul yang merangsek masuk melalui ventilasi kamarnya.
Sejatinya, kedua mata Seoyun sudah enggan untuk tetap terbuka. Namun, mengingat perintah Euna beberapa menit yang lalu, ia urungkan niatnya untuk terpejam setelah lelahnya melakukan latihan.
Daripada harus merasakan pukulan gemas dan celotehan layaknya seorang Ibu yang tengah kehilangan tempat bekalnya, Seoyun lebih memilih untuk menjelajahi setiap sosial media yang sudah tersedia di dalam ponselnya. Namun tidak ada yang begitu menarik, berita hari ini cukup membosankan, hanya itu-itu saja yang tertera di setiap beranda. Kali ini, Seoyun memutuskan untuk bermain video game.
Percayalah. Semenjak menggenggam ponsel pintar, Seoyun tidak pernah berminat untuk bermain video game atau apapun yang berkaitan dengan itu. Tapi, si anak Jeon itu dengan paksanya mengajarkan Seoyun untuk belajar cara bermain. Seoyun sempat menolak, tapi si anak kelinci itu bersikukuh ingin mengajarkannya. Dan siapa sangka? Berkat Jeon Jungkook, seorang Lee Seoyun kini sudah mahir bermain video game, bahkan hingga ke akar-akar.
Memang benar ya, Jeon Jungkook itu suka meracuni hal-hal yang menyenangkan tapi juga menyesatkan.
Pupil cokelat itu bergerak liar kesana lemari, melihat sudut layar ponsel dari selatan hingga ke utara, dari barat hingga ke timur. Oh atau mungkin sebaliknya. Ibu jarinya pun tak kalah liar, tatkala harus menekan-nekan tombol yang diarahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction[ Revisi Setelah Tamat ] Bohong jika Seoyun merasa senang berpura-pura menjadi kekasih Kim Taehyung. Menjadikan dirinya sebagai bualan untuk mantan kekasihnya yang kerap mengganggu hidup pemuda bermarga Kim itu. Belum lagi ia mendapatkan kenyataan...