Page 29

61 7 2
                                    

• Enjoy Reading •

Genap tiga puluh hari terlewati, terlampau cepat sampai-sampai tidak bisa Seoyun sanggah. Musim semi tiba, karakteristiknya tumbuhan yang tertanam cantik di sepenjuru tanah kini mulai memunculkan tunas-tunasnya–setelah lamanya rontok akibat musim gugur.

Tawa yang merekah tak turut luntur dari bibir manis Seoyun. Musim semi kali ini sungguh berbeda, apalagi kalau bukan adanya kekasih. Tapi selain itu, ada hal yang justru sangat kontras dengan musim semi tahun lalu. Seoyun bukan pulang ke Busan, apalagi menginap di gedung asramanya. Melainkan pergi bersama Taehyung ke huniannya, rumah nenek Taehyung lebih tepatnya.

Sedikit tidak percaya akan apa yang terjadi, selama sebulan ini pun agaknya Seoyun dan Taehyung mulai terbiasa dengan hubungan yang terjalin. Apalagi saat mengetahui Taehyung yang benar-benar tulus menyatakan perasaannya, berkata jujur kalau-kalau dirinya sudah jatuh hati pada wanita Lee ini.

Tidak perlu ditanya lagi seperti apa bahagianya Seoyun saat itu, tentu saja gembira bukan main. Bagaikan bom atom yang meledak-ledak, seperti itu yang jantung Seoyun rasakan. Berdentum-dentum hebat di dalam rongga dada.

Libur selama satu pekan sudah diumumkan resmi oleh Universitas Haneol, pengungumannya tadi, saat pagi hari. Hari ini sudah tidak ada latihan, para atlet olahraga di persilahkan untuk beristirahat dan berkemas bila akan pulang ke hunian masing-masing.

Berbeda dengan yang lain, Seoyun dan Taehyung memilih pergi saat pengunguman massal itu usai. Memakai mobil Jungkook tentu saja.

Tujuan mereka hanya satu, perusahaan ayah Taehyung.
Pria itu kini tengah membawanya pergi untuk menemui sang ayahanda, sepertinya tidak akan jauh-jauh dari memperkenalkan diri dan meminta izin. Paling-paling kalau sudah hanya berbincang-bincang santai di tumpukan sofa empuk.

"Turunlah, kita sudah sampai."

Keasyikan melamun sendiri, Seoyun sampai-sampai tidak menyadari keberadaan dirinya dan Taehyung yang sudah berada di basement perusahaan ayahnya.

"O-oh iya."

Taehyung turun lebih dulu, meninggalkan Seoyun yang masih tergesa melepaskan seatbelt yang sedari tadi melilit tubuh mungilnya.

Sudah menutup mobil, ia langkahkan kaki, mendekati sang pria yang menunggunya seraya memasukkan kedua lengan ke dalam saku celana. Jujur saja, Seoyun masih dilingkupi rasa gugup yang besar. Masih takut-takut bila ayah Taehyung tidak menyukai dirinya.

"Tidak perlu takut, ada aku."

Seolah mengerti dengan ketakutan yang Seoyun rasakan, Taehyung menempatkan tapak tangan besarnya pada pucuk surai wanitanya, mengusaknya penuh ketenangan nun lembut. Mendapatkan perlakuan yang kecil namun manis, Seoyun paksakan tersenyum tenang, padahal dalam relung hati ia ingin sekali berlari terbirit-birit untuk melarikan diri dari ketakutan yang sejak pagi tadi menyelimuti raga juga hatinya.

Tanpa bertutur kata, Taehyung memaparkan lengannya ke udara, mengisyaratkan bahwa telapak tangan ini siap untuk memberi kehangatan juga ketenangan untuk Seoyun.

Mengerti akan hal itu, Seoyun tersenyum bersama dengan lengan mungilnya yang bertengger manis diatas milik Taehyung. Menggenggamnya penuh sayang, menjalarkan banyaknya kehangatan merasuk cepat ke sekujur daksanya.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang