• Enjoy Reading •
"Baiklah kalau begitu, aku dan Euna akan pulang lebih dulu. Sampai jumpa besok Pelatih Haneul" Tubuhnya membungkuk sembilan puluh derajat, mengukirkan senyum yang tak kalah manis dari milik Pelatihnya itu.
Seo Yun dan Euna melangkah keluar dari gedung latihan, langsung disuguhi oleh mentari yang memancarkan sinarnya di garis cakrawala. Sorot mata Seo Yun melihat jarum yang bergerak memutar di lengan kirinya, ini sudah pukul empat sore. Hari ini Seo Yun dan Euna melakukan latihan sebanyak dua kali, pagi dan sore hari. Seo Yun dan Euna tidak masalah dengan itu, lagi pula mereka kuliah disini untuk melakukan latihan bukan?
"Aku akan ke supermarket, sepertinya stok barang-barangku sudah habis. Kau mau ikut tidak?" Mendengar tawaran Seo Yun, Euna hanya menggeleng pelan sebagai jawabannya, menolak halus tawarannya.
"Tidak perlu Yun, barang-barangku masih ada. Lagipula aku lelah, tidak apa-apa kan kalau aku tidak ikut?" Saking lembutnya suara Euna, daun-daun pun jatuh luruh ke permukaan bentala, tertiup-tiup hiliran angin yang melewatinya tanpa disengaja.
Seo Yun hanya menggangguk mantap, "Tidak apa-apa Jung, aku bukan anak kecil lagi yang harus kau tuntun" Tawa renyah Euna memasuki rungu Seo Yun dengan merdu, sepertinya Seo Yun tidak salah memilih teman untuk kali ini.
Arloji Seo Yun menujukkan jarum berputarnya pada angka setengah lima petang, membuat dirinya lebih cepat melangkahkan kaki rampingnya. Pejalan kaki sepertinya tengah menikmati angin sore, juga tak lupa dengan cahaya mentari berwarna kuning yang bergradasi dengan jingga, siapapun yang melihatnya merasa tenang. Tapi kali ini tidak dengan Seo Yun, ia bergegas pergi ke supermarket, lantaran tidak ingin pulang larut malam.
Sesampainya di supermarket, Seo Yun segera mengambil troli belanjaan. Berjalan diantara rak-rak yang berisikan sabun mandi, yah sabun mandinya sudah habis. Mengambil botol sabun dengan ukuran besar, agar bisa ia pakai hingga satu bulan kedepan. Kakinya berjalan ke rak yang berada disisinya, mencari pasta gigi lantaran yang di asrama sudah sekarat.
Tapi Seo Yun stagnan ditempat kala melihat pribadi yang cukup familiar, surainya yang digulung rapih membuat sorot mata Seo Yun memeta jelas durjanya, juga tubuh yang hampir serupa dengan dirinya tak jauh beda, Seo Yun mengusap-ngusap lantas mengerjap-ngerjap kedua matanya, memastikkan apa yang ia lihat benar atau tidak.
Hyun Jae terlihat bertingkah mesra dengan pria yang berada di sampingnya, Seo Yun tidak tahu siapa pria itu. Yang jelas satu pertanyaan tiba-tiba muncul di benak Seo Yun, menimbulkan kerutan tipis di kening mulusnya.
Bukankah Hyun Jae itu kekasih Taehyung?
Sebenarnya Seo Yun ingin berpikir positif bahwa pria yang berada di samping Hyun Jae adalah saudara kandung ataupun sepupu kandungnya, bukan asal menuduh. Tapi Seo Yun bisa membedakan mana yang benar-benar menyikapi saudara kandung dan mana yang bukan. Terlihat bagaimana pria itu merangkul Hyun Jae penuh afeksi, menguncinya rapat-rapat seolah tidak ingin kehilangan.
Kendati Seo Yun tidak bisa melihat jelas durja lelaki itu, tapi setidaknya ia bisa mengingat postur tubuh dan gaya rambut yang melekat pada pria tersebut. Memori ingatannya cukup baik bila digunakan untuk mengingat sesuatu, walaupun hanya di keadaan tertentu, seperti sekarang misalnya.
Sudah cukup Seo Yun mengamati dua sejoli itu, tangannya terulur masuk ke dalam saku coat miliknya, mengambil ponsel pintar lantas mencari kontak seseorang disana, deringan suara telfon itu cukup membuat dengungan di rungunya, tapi semua itu berakhir kala suara seseorang menyahut dari sebrang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction[ Revisi Setelah Tamat ] Bohong jika Seoyun merasa senang berpura-pura menjadi kekasih Kim Taehyung. Menjadikan dirinya sebagai bualan untuk mantan kekasihnya yang kerap mengganggu hidup pemuda bermarga Kim itu. Belum lagi ia mendapatkan kenyataan...