Page 16

90 8 1
                                    

• Enjoy Reading •

"Totalnya menjadi sepuluh ribu won."

Jungkook mengangguk, merogoh saku celananya, mengambil dompet yang cukup tebal guna mengambil beberapa selembaran uang. Diberikannya kertas berharga itu pada wanita yang berkerja sebagai pramuniaga di supermarket tersebut.

"Silahkan untuk barangnya tuan," Tangan wanita itu terulur untuk memberikan dua buah kantung plastik milik Jungkook, ya benar sekali, pria ini usai berbelanja.

Melihat satu kantung plastik itu terulur padanya, Seo Yun hanya merotasikan bola mata jengah, mengapa pula dia harus membawanya, lagi pula kan dia ini hanya mengantar, bukan untuk menjadi pesuruh.
Terlebih lagi Jungkook laki-laki, seharusnya kan dia yang membawa barangnya sendiri, laki-laki kan lebih kuat daripada wanita.

"Tidak akan kemana-mana lagi kan?"

"Eum, tidak tahu," jawab Jungkook seraya mengedikkan kedua bahu.

Percayalah, seharusnya Seo Yun tidak disini, tidak bersama Jungkook, seharusnya ia sedang merebahkan dirinya diatas ranjang. Namun, pria yang satunya itu sedang sibuk latihan dan mengajarkan para juniornya, hingga tidak bisa mengantarkan Jungkook untuk pergi berbelanja. Ya, siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung.

Mengapa tidak bersama Euna?
Jangan tanyakan dia, gadis perawan itu masih saja berjalan-jalan di alam mimpi di siang bolong begini.
Sudah seperti koala saja.

"Menjawab itu yang benar Jeon, kalau sudah tidak ingin kemana-mana lagi ayo kita cepat pulang, aku ingin menidurkan tubuhku," Keduanya berjalan beriringan keluar pintu supermarket, cahaya mentari menyentuh lembut pada epidermis masing-masing, pun dengan sapuan semilir angin.

"Kau ini sudah tua ya? Kenapa kerjanya hanya tiduran melulu? Oh tidak-tidak, bahkan pria dan wanita tua bangka saja masih bisa mengikuti lari marathon di siang hari," sindir Jungkook enteng.

"Ya! Kau tidak tahu saja betapa nikmatnya merebahkan diri diatas tempat tidur," Seo Yun kesal, bagaimana bisa kegiatan yang memiliki kenikmatan duniawi itu diolok-olok dengan sangat enteng?

"Ya ya, terserah katamu. Yang penting aku tidak terkena amukkanmu," Baru juga berkata begitu, satu tonjokkan keras mutlak mengenai lengan atas Jungkook, menghasilkan ringisan pelan yang mendadak muncul dari mulutnya.

Seo Yun hanya tertawa penuh kemenangan, melihat Jungkook lemah begini rasanya senang sekali, seakan-akan dirinya lah yang paling kuat diantara keduanya, tapi malah kenyataan berbicara sebaliknya.

Tentu saja Jungkook lebih kuat, terpampang jelas pada kedua lengannya yang besar lantaran ada otot-otot yang timbul, bagi Jungkook Seo Yun hanya seperti sebuah agar-agar puding, lembek sekali.

"Yun, sepertinya aku harus kembali ke dalam. Ada barang yang lupa untuk kubeli," Sebelum melangkah pulang, Jungkook memeriksa kantung plastik terlebih dahulu, namun saat memeriksa ternyata ada barang yang kurang.

"Astaga! Ya sudah, cepat sana!" Titah Seo Yun kelewat geram.

Cengiran khas Jungkook yang menampilkan gigi kelincinya itu segera lenyap kala dirinya cepat berlari masuk kembali ke dalam supermarket. Meninggalkan Seo Yun yang tengah melangkah pelan kearah kursi panjang yang terpatri di depan gedung supermarket ini.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang