• Enjoy Reading •
Hawa dingin cuaca menghantarkan jutaan titik-titik beku menusuk epidermis, menimbulkan getaran hebat kala sapuan hembusan angin mengenai kulit yang tidak diselimuti oleh sehelai kain.
Tidak panas, tidak pula hujan. Hari ini begitu berawan, sejauh mata memandang, tidak ada satu pun celah untuk memanjakan mata dengan birunya langit. Setiap sudut bentangan cakrawala itu di tutupi oleh cantiknya gumpalan-gumpalan awan yang menggelembung.
Seoyun kembali merunduk setelah usai mendongak memantau keadaan langit. Kembali disibukan oleh biji-biji yang harus dimasukkan ke dalam tanah yang mencekung, lantas menyiraminya dengan air. Genap empat hari Seoyun berlibur, pula menginap di kediaman Taehyung. Hari ini dirinya sedang sibuk berkebun dengan Nyonya Kim, hanya membantu menanam-nanam saja.
"Seoyun, apakah sudah selesai?" Nyonya Kim berjalan mendekat dengan sebuah topi lebar yang menghiasi tempurung kepalanya.
"Terisa satu lagi nek, aku akan segera menanamnya."
"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu disana," Telunjuk keriput milik Nyonya Kim menunjuk pada sebuah dua bangku kosong dengan meja bundar sebagai pemisah diantaranya. Melihat itu, Seoyun hanya mengangguk sebagai jawaban hingga akhirnya ia ditinggal pergi oleh sang nenek.
Tangan Seoyun cekatan menanam satu biji tanaman yang terisa, menanamnya dengan begitu cepat namun penuh dengan kehati-hatian. Menyiramnya sedikit setelah benar-benar tertanam apik di bawah tanah tersebut. Seoyun mendesah lega, kegiatan berkebunnya sudah selesai. Tubuhnya bangkit, menyeka peluh keringat yang mengucur di sekitar pelipis dengan pergelangan tangannya. Tungkainya terasa kebas setelah berlama-lama berjongkok di depan tanah, tapi itu bukan masalah. Lagi pula, Seoyun senang saat berkebun.
"Lelah ya?" Nenek Choonhee tertawa kecil saat sorot matanya menatapi presensi Seoyun yang tengah berjalan gontai menghampiri dirinya.
"Sedikit."
Daksanya ia jatuhkan pada bangku besi yang sedikit berkarat, menghembus nafas saat merasakan kelegaan pada sekujur tubuh. Ia mengipas-ngipas bagian kepala juga lehernya dengan sebuah topi lebar yang sempat Nenek Choonhee pinjamkan beberapa jam yang lalu.
"Minumlah, aku sudah menyiapkannya untukmu."
"Apa ini?"
"Teh hangat."
Lengan Seoyun berangsur mengambil secangkir teh yang tersimpan diatas meja bundar, menyeruputnya dengan pelan, sebuah kehangatan mengalir dari rongga mulut hingga sampai ke dasar lambungnya. Begitu hangat dan enak.
"Bagaimana keadaan orang tuamu?"
"Mereka baik-baik saja, aku sempat bercakap-cakap dengan mereka di telfon kemarin malam."
Tidak ada lagi konversasi, Seoyun dan Nenek Choonhee lebih memilih diam menikmati segarnya semilir angin yang melintas. Memberikan kesejukkan disaat-saat tubuhnya merasa letih dan berkeringat.
Detik-detik Seoyun akan membuka mulut dan ingin menanyakan satu hal, tiba-tiba saja ia urungkan kala mendengar sebuah teriakan melengking dari dalam rumah.
"Nenek! Eonni! Kalian dimana?!" Itu Yoora, gadis kecil itu pasti baru pulang dari acara pembelajarannya.
"Di belakang!" Teriak Nenek Choonhee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction[ Revisi Setelah Tamat ] Bohong jika Seoyun merasa senang berpura-pura menjadi kekasih Kim Taehyung. Menjadikan dirinya sebagai bualan untuk mantan kekasihnya yang kerap mengganggu hidup pemuda bermarga Kim itu. Belum lagi ia mendapatkan kenyataan...