• Enjoy Reading •"Kemana katamu? Biseulan?" Seo Yun yang tengah memainkan ponsel seketika menengok kearah Euna yang baru saja ikut duduk di tepian ranjang miliknya. Gelakkan tawa terdengar merdu darinya, menghilangkan mata kecilnya, membuat kerutan-kerutan kecil pada area matanya. Memangnya apa yang lucu?
"Biseulsan Yun, bukan Biseulan" Euna kembali menertawakan kesalahan Seo Yun, membuatnya dongkol lantas mencubit pinggannya.
"Aww! Kau ini kenapa?" Masih dengan sisa tawanya Euna menatapi Seo Yun yang tengah dongkol terhadapnya.
"Jangan seperti itu, kau ini! Menyebalkan sekali" Kembali tertawa membuat Seo Yun semakin dongkol dan akhirnya menyerah, merebahkan tubuh sembari memainkan ponselnya. Menghiraukan Euna yang masih saja menatapi Seo Yun gemas, entah itu gemas dalam artian lucu atau ingin menyiksa.
Helaan nafasnya terdengar berat usai tertawa renyah, menatapi Seo Yun yang masih mengacuhkannya. "Memangnya kau tidak mau ikut Yun? Ingin tetap disini selagi aku pergi nanti? Padahal seru loh" Tangannya menggutik pelan paha Seo Yun, membuatnya kembali menatapinya dengan geram.
"Jauh tidak?"
Euna menimbang-nimbang, mengetuk-ngetuk telunjuk pada dagunya, menengadah seraya berpikir. Lantas berujar, "Lumayan sih, tapi kan ini akan seru Yun! Kau benar-benar tidak mau ikut, hum?" Sekali lagi dia menggutik paha Seo Yun, geram diperlakukan seperti itu membuat Seo Yun meletakkan ponselnya, lantas bangkit terduduk diatas ranjang milik Euna.
"Duh, iya-iya. Aku akan ikut, tapi berhentilah untuk menggangguku" Kembali terkekeh, tetapi kali ini lebih pelan dari pada sebelumnya. Merotasikan bola matanya jengah, lantas kembali merebahkan dirinya di ranjang empuk.
Selepas itu, Euna pergi ke mejanya. Duduk disana, mengambil ponselnya yang sempat ia charge sebelumnya. Memainkannya, mengetikkan sesuatu, menggeser-geser layarnya, terus saja seperti itu sampai Seo Yun membuka suara. "Kapan kita akan pergi?" Meletakkan ponsel, lantas terduduk menyila diatas ranjang, seraya menunggu Euna menjawab pertanyaan.
Masih terpaku dengan ponselnya, ia berujar, "Besok, dini hari" Kedua bola mata Seo Yun membulat sempurna, mulutnya pun menganga lebar-lebar, memperlihatkan wajahnya yang nampak seperti orang bodoh. Tatkala Seo Yun sangat membenci jika pergi kala pagi buta, membuat tidurnya terasa terganggu. Tidak bisakah pergi saat mentari sudah naik?
"Haruskah sepagi itu Jung?" Mata Seo Yun menyipit, kala bertanya pada Euna yang masih terfokus pada layar ponselnya. Kali ini ia menjawab lebih lama, membuat Seo Yun geram dibuatnya. Saat Seo Yun hendak bertutur kata, Euna akhirnya menjawab pertanyaan.
"Eoh, tentu saja. Kalau pergi saat siang hari, kita akan sampai disana saat sore hari. Memangnya kau mau?"
Kali ini ia melirik kearah Seo Yun, hanya sekejap. Lantas kembali menatap layar ponselnya, yang membuatnya terlihat begitu sibuk dengan benda pipih miliknya.Merasa terus saja diabaikan, Seo Yun kembali merebahkan dirinya. Memainkan kembali ponselnya yang sebenarnya tidak ada apa-apanya, memancarkan sinar biru yang membuatnya sedikit pening. Mengusap-ngusap matanya pelan, kembali lagi meletakkan ponselnya, menatapi langit-langit kamar Euna. Tiba-tiba sesuatu tersirat di dalam benaknya, "Siapa saja yang akan ikut dengan kita Jung?"
"Lihat saja besok"
▪︎▪︎▪︎
Ini masih pukul setengah lima pagi, Seo Yun dan Euna berada di depan rumah Nenek Euna. Bahkan mentari belum terbit, ini masih sangat gelap. Kami menunggu kehadiran kekasih Euna yang hendak menjemput, Seo Yun lupa siapa siapa namanya, Kimin? Yimin? L... Ah sudahlah, Seo Yun tidak ingin mengingatnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction[ Revisi Setelah Tamat ] Bohong jika Seoyun merasa senang berpura-pura menjadi kekasih Kim Taehyung. Menjadikan dirinya sebagai bualan untuk mantan kekasihnya yang kerap mengganggu hidup pemuda bermarga Kim itu. Belum lagi ia mendapatkan kenyataan...