Page 20

74 6 0
                                    

Before reading, i wanna say so sorry. Page ini kayaknya terlalu cringe dan tidak mengesankan.

But, i hope you like it! ♡

Spesial update because bangtan has appeared on TV Indonesia 👏 Thnk u so much for tokopedia, hari ini aku tidak harus mencari link haram :)

So ya, here we go!

• Enjoy Reading •

"Aku tahu rasanya saat tidak memiliki Ibu, bedanya untukku. Aku tahu rasanya tidak memiliki keduanya."

Usai menatapi tanah yang dibaluti dengan bongkahan semen rata itu, Seoyun menoleh pada sang pujaan hati yang diiringi dengan senyum palsu. Menyemayamkan kembali cairan asin itu pada belakang matanya, seolah Seoyun tidak akan mengizinkannya lagi untuk muncul.

Tercengang, begitu satu kata yang dapat mencerminkan Taehyung saat ini juga. Sempat terbelalak beberapa detik yang lalu, berusaha mencerna situasi dan kalimat yang Seoyun lontarkan sebelumnya, "Yun..."

"Kau pasti terkejut ya? Begitu pun aku. Kemarin, adalah hari dimana aku merasakan arti kehilangan yang sesungguhnya, melihat dua pemakaman yang begitu menyayat hati. Pas sekali, kemarin juga sedang hujan. Sepertinya dunia mendukungku untuk rapuh. Bahkan, aku belum pernah melihat wajah keduanya."

Tersenyum lagi, kali ini lebih kecut dan terkesan pahit. Sangat pahit, hingga cairan asin itu kembali lagi menampakkan diri. Kendati Seoyun yang sudah memaksanya untuk tetap diam di dalam sana, tapi agaknya mereka sama sekali tidak mendengar itu, dan lebih memilih turun dengan deras dan bebas.

Dengan tangkas Taehyung merengkuh wanita yang tengah gundah itu, mendekapnya penuh penangan, membiarkan kain bajunya yang kini sudah terbasahi oleh buliran-buliran air mata, "Kau tidak seharusnya pura-pura kuat seperti itu," Taehyung menjeda ucapannya untuk mengelus punggung Seoyun yang kini sudah terasa semakin kurus, terasa sekali tulang punggungnya itu, hingga sedikit banyak membuat Taehyung khawatir, "Keluarkan saja semuanya kepadaku, menangislah semaumu, berteriaklah sekeras yang kau mau, itu akan jauh lebih baik ketimbang kau yang terus-menerus tersenyum saat hatimu sedang sakit."

Dan terjadi lagi. Seoyun kembali rapuh di dalam dekapan seseorang, membuat atmosfer di sekeliling ini menjadi lebih sendu daripada sebelumnya. Seoyun pikir, ia adalah wanita hebat, ia adalah wanita kuat, dan ia adalah wanita pemberani. Namun, kalimat itu sudah berangsur pergi kala kenyataan sudah menampar keras hatinya dan digantikan oleh kata-kata yang seharusnya Seoyun tidak miliki.

Rapuh, cengeng, penakut. Ya, menyedihkan sekali. Tiga kata yang bahkan tidak pernah Seoyun kira akan melekat kuat di dalam batin juga raga. Menghampiri secara tiba-tiba tanpa ada kata permisi sebelumnya, membiarkan wanita ini terjerumus masuk ke dalam jurang yang begitu menghimpitnya pada sebuah kesakitan dan penderitaan.

"Jadi, mau terus menangis atau bercerita padaku, hum?" Tanya Taehyung begitu lembut.

Kepala Seoyun menengadah, menatapi paras tampan pria yang berada di hadapannya, tersenyum manis pada Seoyun yang tengah ditangkup kedua rahangnya. Ibu jari Taehyung bekerja menyapu lembut kulit terluar pipi Seoyun, menghilangkan segala sisa-sia air mata yang nyaris mengering disana, berusaha untuk membuat wanita rapuh ini kembali tersenyum seperti biasanya.

"Sudah tenang kan? Ayo lah, bercerita padaku. Seoyun yang ku kenal tidak sependiam ini soalnya," Rengek Taehyung seraya menggerak-gerakkan tangannya asal.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang