• Enjoy Reading •
"Apakah ini sebuah fakta yang Ibu coba untuk sembunyikan dariku?" Tanya Seoyun penuh sarkastik.
Jaehwa merasakan dirinya yang seolah dihempas begitu kasar, ke dalam dasar jurang yang lembab nan gelap. Jaehwa terkejut bukan main kala melihat sebuah selembaran foto yang sengaja Seoyun paparkan padanya, Jaehwa merutuki kebodohannya yang malah mungkin akan menimbulkan sebuah perdebatan dan sesak yang sangat hebat di malam hari.
"Aku tidak bodoh Ibu, aku tidak bodoh!" Seoyun seperti tengah di setrum oleh beberapa kabel listrik, tubuhnya bergetar hebat bersama rasa pedih yang membuncah di dalam sana. Lututnya melemas, berakhir dengan tubuh yang terlihat semakin kurus itu terduduk pasrah di permukaan ubin porselen kamarnya.
Hati Jaehwa terus digorogoti oleh rasa bersalah yang setiap detiknya kian membesar. Jaehwa merasa dirinya begitu buruk, hingga rasanya lidah ini tidak bisa bergerak untuk melontarkan sebuah penjelasan. Mulutnya lebih memilih tertutup rapat, masih merutuki kebodohan diri sendiri, dirinya sungguh ceroboh.
Tentang foto ini, Jaehwa memang akan memberi tahu kepada Seoyun. Tapi nyali di dalam dirinya seolah menciut bersemayam, takut-takut jika Seoyun akan membencinya dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Tubuhnya ikut terjatuh bersamaan dengan air mata yang lolos tanpa diminta, membawa tubuh Seoyun ke dalam dekapan, memeluknya begitu erat seolah akan kehilangan malaikat kecilnya ini saat esok hari. Pundak Seoyun masih bergetar begitu kencang, ia meraung-raung seperti kesetanan dalam dekapan Jaehwa. Berteriak begitu keras, Seoyun tidak indahkan pita suaranya yang kini sudah perih luar biasa. Matanya pun masih terpejam erat, enggan melihat keadaan sekitar yang manakala akan membawa dirinya jauh lebih menyakitkan.
"Seoyun... dengarkan Ibu," Telapak tangan itu menepuk punggungnya lirih, namun begitu penuh afeksi yang seringkali Seoyun dapatkan dari sosok Jaehwa. Alih-alih Seoyun merasa lebih tenang, kini suaranya malah semakin menggelegar berteriak hebat. Seoyun meracau tidak jelas, seperti balita yang baru saja belajar untuk berbicara.
Jaehwa menangkup rahang putrinya, memeta setiap sudut durja Seoyun yang kini sudah tidak dapat di deskripsikan lagi. Air mukanya nampak begitu keruh, cairan asin yang ada dimana-mana membuat anak rambutnya yang sengaja tidak digulung itu menempel lekat disana, pun dengan warna wajahnya yang kini memerah padam. Tidak, Seoyun tidak malu. Lebih tepatnya ia geram, kesal, dan begitu tersulut emosi yang membara. Ingin mencabik-cabik tubuh siapa saja yang mengganggunya.
"Seoyun, dengarkan Ibu nak," Persetan dengan nyali yang lemah! Jaehwa sudah tidak bisa menyembunyikan ini semua. Jaehwa masih menjeda ucapannya, masih harus mengumpulkan keberanian yang ia sudah siapkan dari beberapa tahun yang lalu. Namun sama saja, malam ini Jaehwa masih sulit untuk mengatakannya. Hembusannya terdengar begitu kasar, Seoyun merasakannya, angin yang hangat itu menyapu kulit hidung yang kini sudah memerah bak seorang badut, "Ibu akan menjelaskan semuanya, tapi tolong... Ibu mohon, jangan pernah membenci Ibu saat semuanya sudah terdengar begitu jelas."
Perih, perih sekali. Bila mana membayangkan Seoyun yang nanti akan mengacuhkannya yang masih berada di dalam satu atap yang sama. Jaehwa tidak pernah bisa membayangkan itu semua, tidak akan pernah bisa.
Kedua tangan Jaehwa merengkuh tubuh kecil gadisnya ini, membawanya duduk diatas ranjang, guna agar lebih nyaman. Ibu jarinya masih terus mengusap pelan air mata yang terus-menerus luruh tidak mau berhenti, Jaehwa masih tetap berusaha menangkan Seoyun sebelum semuanya terbongkar secara cepat. Sesekali, Seoyun masih terisak pedih. Dirinya pun tidak bisa memungkiri bahwa hatinya sudah seperti hilang entah kemana, menyisakan segala kepedihan yang bahkan hadir secara tiba-tiba.
Dua menit terlewati, Seoyun sudah berhenti terisak. Namun, masih menyisakkan tampungan likuid yang berada di kelopak mata. Perlahan tapi pasti, Jaehwa meraih selembar foto yang masih berada di dalam genggaman Seoyun. Seoyun tidak berontak, tangannya pun membiarkan selembaran itu diambil alih oleh sang ibu. Menatapinya masih dengan rasa ingin tahu. Tersemat bentuk bibir yang melengkung disana, kendati sangat tipis, namun Seoyun masih dapat melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction[ Revisi Setelah Tamat ] Bohong jika Seoyun merasa senang berpura-pura menjadi kekasih Kim Taehyung. Menjadikan dirinya sebagai bualan untuk mantan kekasihnya yang kerap mengganggu hidup pemuda bermarga Kim itu. Belum lagi ia mendapatkan kenyataan...