Page 33

64 5 0
                                    

• Enjoy Reading •

Harum sebuah roti panggang menusuk menuju penghidu, kala seorang pelayan cantik tengah meletakkan satu piring kecil yang berisikan sebuah roti cokelat panggang yang hangat, pun dengan secangkir cokelat panas.

Kafe minimalis ini tidak menyediakan milkshake choco, sebagai ganti Seoyun memesan cokelat panas. Cukup mirip bukan?

"Ada tambahan lain nona?"

Kepala wanita Lee itu menoleh, melihat profil wanita cantik dengan surai hitam legam yang membingkai, sebelum melontarkan beberapa patah kata, Seoyun menarik kedua sudut bibir kearah yang berlawanan, "tidak ada, ini sudah cukup."

Tubuh wanita ramping itu membungkuk, menyimpan nampan cokelat besar itu pada celah diantara lengan
dan pingganya. Lantas berbicara sopan, "kalau begitu saya permisi nona, selamat menikmati."

Dengan hak tinggi yang menyelimuti tapak kaki, wanita yang bekerja sebagai pelayan itu berjalan pergi meninggalkan Seoyun seorang diri. Ketukan langkah hak tingginya cukup menggema dan berirama, lantaran kafe minimalis yang indah ini sepi pengunjung.

Bibir yang dipoles oleh lipstick merah muda itu menyesap sedikit coklat panas, meneguknya beberapa kali sebelum akhirnya ia simpan kembali diatas meja.

Punggungnya ia hempas pada sebuah kursi, menghembuskan nafas banyak ketika kelopaknya mulai memejam. Ini sudah hampir genap dua puluh menit ia menunggu jenuh di dalam kafe, menunggu kekasihnya datang untuk melakukan kencan.

Sorotnya tidak henti begerak mengelilingi sekitaran interior yang bisa dikatakan sederhana namun mewah, Taehyung ternyata tidak buruk dalam memilih sebuah tempat.

Situasi senyap, pun ditambah dengan pikiran yang kini terasa dingin dan tenang, mengakibatkan Seoyun terhantar oleh sebuah lorong yang bergelombang, menuntunnya pergi menuju dunia yang ia buat sendiri.

Ia kembali terhanyut dalam sebuah lamunan gelap dan kelam, memori-memori satu tahun yang lalu sempat berhasil masuk untuk berputar dan melampirkan apa yang sebenernya tidak ingin ia ingat.

Benar sekali, ini sudah satu tahun berlalu semenjak kematian Jimin.

Seoyun tenggelam, dirinya tenggelam dalam lautan hitam yang menyesakkan. Menenggelamkan dirinya bersama dengan sebuah kenyataan pahit yang sangat tidak sengaja ia dengar setahun lalu, juga sebuah kenangan pahit yang bahkan tidak pernah ia ingat sebelumnya.

Satu tahun lalu, saat dirinya tengah menuruni belasan anak tangga, saat dirinya tengah membawakan secangkir teh hangat untuk Taehyung. Seoyun tidak sengaja mendengar sebuah suara yang amat ia kenal berteriak keras disertai dengan pukulan tangan yang mungkin saja mengenai dinding.

Niatnya ingin memberikan secangkir teh hangat kepada Taehyung itu pupus saat tahu bahwa kakak kandungnya tengah berkecamuk dan terselimuti oleh angkara. Siapa pula yang tidak penasaran bukan? Langkahnya pun kini berbalik dan melawan arah, ia mengayunkan kedua kaki secara perlahan dengan kedua tangan yang masih menggenggam cangkir putih.

Nyatanya, Seokjin tidak sedang sendiri. Pria yang menjabat sebagai Presdir itu tengah melakukan konversasi bersama Jungkook. Tidak ingin ketahuan, Seoyun pun cepat-cepat menyembunyikan diri di balik pilar yang cukup untuk menutupi dirinya yang mungil.

Kedua pria itu kembali melanjutkan konversasi, tanpa mengetahui bahwa ada seseorang yang lain tengah mengamati. Namun, setelah Seokjin mengucapkan sebuah rentetan kalimat yang diyakini membuat Seoyun terkejut setengah mati, keduanya menoleh kearah sumber suara saat terdengar ada sebuah barang yang jatuh dan pecah.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang