• Enjoy Reading •
Pukul empat sore hari, Jungkook dan Taehyung baru saja menyelesaikan latihan. Hari ini mereka mendapatkan jadwal yang serupa, ya walaupun materi yang diajarkan tidak akan sama.
Jungkook menghempas kasar daksanya pada ranjang yang tengah kosong melompong, seketika memberikan rasa nikmat yang selalu ia dapat kala melakukan hal ini. Masa bodoh dengan keringat yang akan menempel pada sprei miliknya, tubuhnya terlalu lelah jika harus melakukan aktivitas lainnya.
"Kau tidak akan mandi sekarang?"
Sorot mata Jungkook melirik pada pribadi Taehyung yang kini tengah membereskan barang-barangnya, Jungkook menggerakan kedua tangannya pada tempurung kepala, menjadikan kedua tangannya itu sebagai tumpuan, "Kau saja duluan, aku masih lelah."
Taehyung sama sekali tidak menoleh, ia masih terfokus untuk membereskan isi dari tas yang ia pakai untuk latihan sebelumnya. Usai dengan semua itu, ia melangkah pada lemari besar yang terpatri di sisi kanan ruangan, mengambil beberapa pakaian yang hendak ia pakai untuk malam ini.
"Jangan berlama-lama berada di atas kasurmu itu, kau tidak tahu betapa bencinya hidungku mencium bau keringatmu itu."
Suara itu samar-samar menghilang kala ceklekan gagang pintu tersaring jelas dalam rungu Jungkook, menyisakan suara deruan nafas yang masih tidak normal akibat melakukan latihan yang tidak bisa dikatakan mudah.
Kelopak mata Jungkook menutup, sedikit banyak ia merasakan kantuk. Namun, mengingat dirinya yang belum bersih dengan peluh keringat yang masih melekat di sekitar area tubuhnya itu, mengharuskan Jungkook untuk bangkit dari acara baring-berbaringnya.
Menghela nafas berat, ia merasakan otot-ototnya itu pegal luar biasa. Jungkook memijat dirinya sendiri, dari mulai tungkai hingga jenjang leher yang masih dibasahi oleh air yang keluar dari pori-porinya itu. Tak jarang Jungkook merasakan ini, sampai-sampai ia harus menahan rasa sakit yang terkadang sulit untuk sembuh.
Kala ia masih menikmati pijatan hasil dirinya sendiri, dentingan suara ponsel di dalam tasnya mengalihkan penuh atensi Jungkook. Tangannya meraih tas besar yang tergeletak diatas permukaan ubin kamarnya, meraih benda pipih yang sebelumnya berdenting nyaring.
Jungkook menyalakan layar ponsel, seketika cahaya biru itu memancar jelas pada pandangannya, terlihat sebuah pesan singkat disana. Sangat singkat dan tidak dapat Jungkook kenali pemilik nomor tersebut.
Unknown
Hi, Jeon Jungkook!Pesan ini, pesan singkat ini, sama persis seperti pesan yang pernah Euna dapatkan beberapa minggu yang lalu. Refleks Jungkook mengetikan sebuah balasan, kinerja jantungnya kembali bertalu dengan cepat, pun disertai dengan hembusan nafas yang keluar secara kasar.
Jungkook
Beraninya kau kembali!
Dasar keparat sialan!Gelisah, takut, kesal. Semua itu Jungkook rasakan sekarang, sedikit banyak ia ingin membanting benda-benda yang tak bersalah di sekitarnya. Sudut-sudut bola matanya kian memerah, adapun air asin yang tengah tergenang berbinar disana. Tidak! Jungkook tidak boleh menangis! Dia ini lelaki, tidak boleh cengeng!
Ia kembali menatap layar ponsel kala suara notifikasi pesan masuk terdengar mengudara. Terkesiap, Jungkook sangat yakin bahwa lawan bicara yang tengah ia hadapi ini adalah Min Yoongi, ya siapa lagi kalau bukan pria jelmaan iblis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction[ Revisi Setelah Tamat ] Bohong jika Seoyun merasa senang berpura-pura menjadi kekasih Kim Taehyung. Menjadikan dirinya sebagai bualan untuk mantan kekasihnya yang kerap mengganggu hidup pemuda bermarga Kim itu. Belum lagi ia mendapatkan kenyataan...