'Brak'
'Ckit'
"MINGYU!!!..."
kok ngak sakit yah
'Plak'
Kok malah perih pipi gue.
"KAU INGIN MATI BODOH!!!..." perlahan gue buka kedua mata ,Ah om Lucas.
"Hiks...Lucas... Hiks....huhu...
huwa...hiks...hiks..." Persetan sama semua harga diri gue yang setinggi langit, gue lebih butuh pelukan seseorang untuk nenangin gue."Ngak mau ngomong...hiks...
gendong...""Kita masuk mobil..." Ajak Lucas dengan gendong tubuh gue.
"Ngak mau...hiks...maunya digendong sambil jalan..." Ucap gue sambil ngedusel dileher Lucas ngehirup aroma tubuh Lucas yang nenangin.
"Ya sudah...kenapa kamu ngak mau naik mobil?..." Tanya om Lucas sambil jalan.
"Mau digendong aja..." semua rasa lelah gue perlahan hilang.
"Om Lucas...gimana keadaan taeyong...."Gue tatap wajah dia
"Lumayan...dia sudah tidak terlalu sedih lagi..."Jawab om Lucas kalem.
" Oh..."Cuma bisa ber 'oh' ria aja.
"Rumah kamu masih jauh?..." Tanya om Lucas lembut
"Jangan pulang..." Ucap gue dengan tatapan kosong ketika inget bagaimana gue nyakitin keluarga gue.
"Kenapa?..." Tanya om Lucas sambil ngerutin dahi.
"Mingyu boleh tinggal di rumah om Lucas?..."
"Ada masalah apa?..."
"..."
"Ngak mau jawab..."gue makin ngedusel dileher om Lucas
" kamu ada masalah apa?...saya tau saya bukan siapa-siapa kamu...saya bukan orang yang selalu ada untuk kamu...tapi kamu bisa mempercayai saya dalam menyampaikan keluh kesah...kamu ada masalah?..."
"..."
"Jika tidak mau bercerita tidak apa-apa... Ayo kita ketaman sebentar...saya sedikit lelah mengendong kamu...hahaha... Kamu tidak berat tapi saya saja yang cukup berumur..." Gue tau itu alibi om Lucas untuk ngehibur gue.
"Mingyu diusir dari rumah..." Lirih gue dengan semakin meluk erat bahu om Lucas.
"Mingyu nyakitin hati mama untuk kesekian kalinya...mama bahkan bukan cuma ngusir...mama bilang dia ngak punya anak yang kelakuannya kayak iblis..." Jelas gue dengan nutup mata dan nikmatin hembusan angin malam nerpa wajah gue, tanpa bisa gue cegah satu tetes air mata dengan lancangnya keluar dari mata gue.
"Om Lucas..." panggil gue.
"Om Lucas bener...mingyu itu iblis...monster...Mingyu nyakitin hati banyak orang ...bahkan Taeyong kehilangan baby karena Mingyu... Maaf yah om Lucas karena Mingyu selalu gagal bunuh diri..." Lanjut gue sambil tersenyum dan mandang wajah Lucas dari samping.
"..." Ngak ada jawaban om Lucas ngak ngerespon.
"Harusnya Mingyu dulu waktu mau potong nadi dipergelangan tangan harus lebih dalem..." Ingetan tentang dua tahun lalu muncul begitu aja. Ingetan dimana gue mau akhirin penderitaan gue satu bulan setelah diperkosa .
'Papa sama mama kenapa belum pulang...Mingyu takut dipukul mereka lagi...'
Malam itu gue nunggu dan terus nunggu dengan tangan yang masih memegang surat keterangan bahwa gue hamil ,didepan pintu berharap salah satu dari mereka pulang dan nenangin gue.Tapi bahkan sampe pagi gue hanya bisa duduk didepan pintu dengan gobloknya dan berharap mereka pulang dan meluk gue sambil bisikin kata-kata penenang.
Namun nyatanya saat siang hari malah gue dapet pesan jika mereka semua liburan kerumah kakek dan nenek.
'Hahahaha...'Sumpah itu hal paling lucu yang pernah terjadi dihidup gue.
Gue ketawa keras sampek rasanya dada gue sesek dan mau meledak,ngetawain betapa gobloknya gue.
Dengan tatapan kosong gue ambil pisau buah yang ada dimeja .perlahan gue sayat pergelangan tangan gue, gue lihat darah yang perlahan keluar mengalir dari pergelangan tangan gue.
"Astaga tuan muda...kenapa bisa seperti ini..." pekik bibi han salah satu pelayan disini, panik ngelihat darah yang semakin banyak ngalir dari luka sayatan itu.
"Apa ini sakit tuan muda..." Tanya bibi han dengan telaten mengobati luka sayatan itu.
"Hiks...sakit..." Adu gue dengan natep kosong kearah depan.
"Maaf...tuan muda..." Panik bibi han ketika isak gue kian keras.
"Sakit...bibi...sakit...hiks...sakit... Sakit sekali...hiks..." Adu gue sambil nunduk dan ngusap kasar air mata yang kian deras keluar.
"Tuan muda..." Gue bener-bener butuh pelukan dan gue dapet pelukan walau bukan dari keluarga gue.
"Sakit bibi...hiks...sangat sakit... Hiks...sakit..." Rengek gue dalam pelukan bibi han.
Rasanya sakit, sakit sekali.
Bukan, bukan sakit dari luka sayat tapi sakit dari kekecewaan atas sikap mereka.
"Hiks..." Isak gue dengan meluk Lucas semakin erat dan erat karena bayangan rasa takut dan sakit yang gue rasain saat itu.
"Jangan menangis..." Ucap Lucas, perlahan dengan dudukin gue disalah satu kursi taman.
"Jika sakit menangis lah.....jika sesak berteriak lah...dan jika sudah batas menjerilah...luapkan apa yang kau rasakan..." Jelasnya sambil tersenyum lembut dan menghapus air mata yang masih dengan lancangnya mengalir.
"..." Tidak ada kata-kata yang bisa keluar hanya dengan menatap matanya dalam-dalam gue bisa merasakan jika dia adalah rumah yang tuhan kirim untuk gue pulang.
"Hidup itu tidak adil...sungguh... tapi karena ketidak adilan itu hidup ini akan semakin berwarna...saling melengkapi dalam ketidak adilan...itu adalah kunci dari kesempurnaan hidup..." Satu tetes air mata meluncur ketika melihat senyum tulus darinya.
Pelukan senyum hangat dan tatapan tulus darinya menjadi penyempurna dari jawaban dan atas perjuangan dalam rasa sakit yang terjadi selama ini.
'Grep'
Tanpa peringatan gue menghambur dalam pelukan hangatnya, menangis sekeras yang gue bisa dalam dekapan hangat dan menenagkan.
"Saya adalah rumah kamu untuk pulang...tidak peduli sejauh mana kamu melangkah...saya akan tetap menunggu dan menjadi tempat untuk kamu pulang...jika kamu lelah melangkah...kamu bisa kembali kerumah mu ini ketika kamu sudah lelah melangkah....saya adalah rumah kamu..." Bisiknya penuh kelembutan disertai satu kecupan lembut dipucuk kepala setelah mengakhiri ucapannya
'Cup'
Tidak selamaya yang diinginkan akan didapat, cukup dengan memerima. Mengharap itu baik tapi dalam harapan sudah pasti ada resiko kekecewaan yang menyertai.
T
B
C
KAMU SEDANG MEMBACA
Origami
Romance"Inget gue KANG MINGYU...anak hasil persetubuhan Kang Sehun dan Xi Luhan paham lo..."-Kang Mingyu " Kamu tetap akan menjadi Mingyu... Kamu kembali lagi sayang..."-Lucas "TERSERAH LO NJING..."-Kang Mingyu " Jangan pernah pergi lagi..."-Lucas "Mampus...