pertama dan terakhir

826 69 12
                                    

"Hei mark...kau basah kuyup begini?...ini pakai jaket ku agar kau tidak kedinginan...." Ucap jeno manusia dengan bentuk mata minimalis.

    Dia tampan banyak yang menyukainya karena ketampanannya , namun otaknya tak sebagus wajahnya . Jeno kadang idiot buktinya sekarang dia memberikan jaketnya ketika dideoan gerbang dan secara otomatis jaket itu basah.

"Jeno..." panggilku.

"Iya..."balasnya dengan tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit yang indah.

" lebih baik kita masuk... Aku takut otakmu semakin sakit... Renjun dan nana pasti sudah menunggu kita..."

"Ah... Iya..." Ditariknya tanganku dengan semangat menuju kelas.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

  "Kalian baru datang?..." Tanya Jaemin .

  "Iya.." jawab jeno.

"Ayo kita menunggu kalian...
yang lain sudah di aula..." ucap Renjun seraya menarik tanganku dan yang lain tak peduli aku dan jeno yang basah kuyup.

"Apa sangat penting tamunya?..." Tanya jeno , mewakili ku yang juga ingin bertanya itu . sungguh penasaran karena demi menyambut tamu tersebut sekolah mempersiapkan semua sejak satu minggu yang lalu.

"Sangat penting..."Ucap Nana.

" siapa?..."tanyaku.























"Wong Yukhei atau Lucas wong...mari beri dia sambutan yang meriah...." kali ini suara dari arah aula yang menyambut kami begitu kami sampai.














'Deg'








     Kulihat seorang laki-laki paruh baya namun masih terlihat tampan dan berwibawa yang berdiri di depan sana.

    Laki-laki yang ku tau betul siapa dia, laki-laki yang kukenal dengan betul walau kami tak pernah bertemu.




    


Dia










Ayahku








   Ah bukan. Dia adalah alasan ibuku menderita dan menanggung malu.
    Dia alasan ibu sakit dan membenciku.
     Dia alasan ibu kehilangan senyumnya selama ini.



Dia orang yang paling ingin ku buat berlutut dan mencium kaki ibu.


"Ayo mark duduk..." Tarik Renjun ketika menyadari aku hanya berdiri didepan pintu aula dan menatap Lucas yang tengah berpidato didepan sana.

    Ketika kami duduk ditempat dan mendengarkan Lucas tengah mengatakan omong kosong tentang kunci kesuksesannya itu membuatku muak.

  "Aku mau kekelas saja... Aku muak mendengarkan omong kosong dari badut bernama Lucas itu..." Ucapku agak keras dan membuat banyak orang melihat kearah kami, seketika ruangan penuh dengan bisik-bisik .

"Cih anak itu mencari perhatian...menjijikkan..."ucap seorang siswi didepanku dengan menatapku rendah.

" anak tanpa ayah seperti dirinya itu suka mencari perhatian... Seperti ibunya yang jalang itu...kudengar ibunya hamil saat masih remaja...makannya ibunya sekarang gila..."Timpal seorang siswa dengan kencang.

'Buk'

    Karena emosi kutendang saja wajahnya dan kulempar kursi tepat dikepalanya, membuat darah mengalir dengan derasnya.

  "DASAR SIALAN!!! KAU BERANI MENGHINA IBUKU!!! KUBUNUH KAU !!!...LEE JENO LEPAS TANGANKU!!! KUBUNUH KAU BAJINGAN!!!...AKKKK...SIALAN.."
raungku ketika melihat sibajingan kecil itu dilbawa keluar oleh siswa lainnya dan guru sedangkan diriku ditahan oleh Jeno dan yang lain.











'Grep'









    Tiba-tiba kurasakan pelukan yang sangat menenangkan, kulihat siapa yang memelukku
.
.
.
.
.

Lucas

       Seketika aku mencoba memberontak dari pelukannya, namun dia lebih kuat memelukku.

"Tenanglah...siapa namamu?..." Tanyanya masih dengan memelukku dan mengelus rambutku.

"Aku membencimu..." Ucapku dengan mendongak dan menatap matanya langsung.

   Perlahan tanpa kusadari satu tetes air mata jatuh.

"Tak apa..."bisiknya .

" aku tau rasanya tak punya ayah...aku tau kau menderita dengan ucapan dan perlakuan orang-orang seperti itu..." Ucapnya berhasil menghancurkan hatiku yang sudah sangat hancur sejak kecil.

' kau ayahku bodoh...kau ayahku...tapi kau juga bukan ayahku...kau penyebab aku menderita selama ini bodoh...'

    Ingin rasanya aku berteriak kata-kata itu didepannya tepat pada mukanya namun tak sanggup .
    Lidah ini rasanya kelu dan susah untuk ku ucap.


   Hanya isak tangis yang sangat kelas yang bisa ku keluarkan tanggis paling keras dalam hidupku. Tangis kekecewaan dan rasa sakitku selama sepuluh tahunku.

      Ku tatap wajahnya sebentar setelah itu kubenamkan wajahku pada dadanya. Sungguh aku akan bahagia bisa dalam pelukan ayah walau ayah tak mengenal dan menyadariku.

   Jujur aku kecewa tapi tak apa
   Jujur aku hancur tapi tak apa
   Jujur aku mati rasa tapi tak apa

Aku bisa hidup dan menahannya seorang diri.



   Kupeluk tubuh hangatnya dengan erat, aku tau sangat tau ini pelukan pertama dan ini juga pelukan terakhir .

"Aku membencimu..." walau engan lepas dari pelukannya namun aku harus.

    Kulepas pelukan itu dan berjalan keluar dari aula ,meninggalnnya di sana .


.
.
.
.
.
.
.

T



B



C

OrigamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang