pergi

837 79 14
                                    


     Hari itu seharusnya gue mati, tapi tugas gue belum selesai oleh sebab itu ketika jantung gue berhenti berdetak tuhan ngasih gue kesempatan kedua.

     Tepat setelah satu jam gue dinyatakan meninggal gue bangun dengan keadaan meluk bayi kecil yang nangis dalam dekapan gue.

     Mark namanya dia sumber dari kebahagiaan dan dia dunia gue saat ini, sekarang, dan selamanya. Malaikat dan langit gue untuk menatap dan mengagumi mencintai tanpa rasa sakit.

       Dan mulai saat itu gue sadar tugas gue sekarang hanya membahagiakan Mark bukan yang lain.

      Hari ini tepat satu bulan setelah kejadian itu dan gue memutusksn untuk pergi dari semua kenangan. Gue memutuskan melepas segalanya dan pergi untuk memulai semua dari awal lebih baik dengan Mark.

    Gue sudah memutuskan untuk pergi, jadi semua keluarga gue hanya bisa mengantar gue sampai bandara tanpa ada yang boleh ikut, sebenarnya bunda Luhan punya trauma akan kepergian gue tapi bagai mana juga ini keputusan gue yang ingin hidup bebas mandiri tanpa orang lain.

"Saya pergi...terima kasih sudah menjadi keluarga saya selama ini..." aku memutuskan berubah begitu mendapat kesempatan kedua, dan sisitulah langkah awal untuk langsung menjauh. Menjaga jarak dari semuanya karena sadar jika kehadiranku selama ini  hanya memberi luka dan lebih baik perlahan-lahan dilupakan.

    Dan langkah awal paling baik adalah menjauh , menjauh dari segalanya. Dan merubah diriku menjadi lebih baik lagi hingga mereka lupa apa saja rasa sakit dan malu yang ku torehkan pada mereka.

"Ayah sayang kamu...jika adek lelah rumah selalu terbuka untuk adek...Jaga Mark dengan baik... ayah percaya dengan adek..."Ucap ayah dengan mengusap rambutku sayang dan lembut rasanya begitu hangat.

" Hiks...jangan pergi..."lirih bunda dengan menangis, bunda orang yang paling nentang keras kepergian ini.

"Saya harus pergi...maaf..." ucapku seraya membungkuk agak pelan karena ada Mark dalam gendongan .

     Jika masih disini dengan mereka kemungkinan akan tidak jadi pergi akan semakin besar. Jadi kulangkahkan kakiku untuk berdiri agak menjauh dari mereka dengan membawa mark dalam gendongan.

"Kami pergi...selamat tinggal..." ucapku dengan perlahan melangkah pergi meninggalkan mereka.

"KANG MINGYU!!!...AKU TIDAK MEMBERIMU IJIN UNTUK KAU PERGI DARI HIDUPKU!!!..." Teriak seseorang yang sangat ku kenal.
Ku tutup mataku untuk menghalangi air mata yang akan keluar. Dengan penuh percaya diri dan tanpa keraguan ku langkahkan kakiku untuk pergi memasuki bus yang akan mengantar menuju pesawat.

'Grep'

"Jangan pergi..." dapat ku rasakan nada putus asa dan penuh rasa sakit dalam nada suaranya.

"Anda telah kehilangan hak anda...jangan membuat diri anda terlihat menyedihkan...tak apa...benar sungguh tak apa jika hanya saya yang tersakiti...berbahagia lah... Saya sudah melepas anda...jadi lupan saya..." perlahan ku lepas pegangan tangan Lucas padaku.

   Ku berikan senyum seperti senyum yang dia sukai dariku dan kim Mingyu.

"Maaf...kita mulai dari awal...maaf menghancurkan mimpi dan impianmu...aku mohon kembali....aku tak bisa hidup tanpamu...tanpa pelukanmu...tanpa senyum darimu...hiks...tanpa belaian tanganmu ketika aku memiliki banyak pikiran...aku tak bisa berhenti menangis tanpa usapan lembut dan kecupan darimu...aku tak bisa menghadapi dunia tanpamu...hiks...aku mencintaimu... Jangan pergi..." Perlahan ku lihat air mata keluar dari mata indah dan teduh miliknya.

"Jangan menangis...Anda orang yang baik...sejak awal saya sudah rusak...jangan buang air mata untuk saya...terima kasih sudah mencintai saya sebesar itu..." Ku usap air mata yang mengalir membasahi wajahnya itu.

"Saya tidak memberikan kamu ijin untuk pergi..." ucapnya kekeh  seperti anak kecil yang tidak rela mainannya diambil orang.

"Lucas..." panggil ku pelan .

"Tidak boleh!!! ... Kau tidak ku beri ijin!!!..." bentaknya.

"Lucas..." kupanggil dia dan ku pandang wajahnya .

"Tidak...Wong Mingyu!!!..." Masih dengan nada membentak.

"Tatap wajahku..." pintaku dengan menatap matanya dalam.

"Apa kau mencintaiku?..." tanyaku dan segera ia balas dengan angukan.

"Apa kau ingin aku bahagia?..." tanyaku lagi dan jawab dengan anggukan lagi.

"Maka bebaskan aku..." ucapku.

"A-aku ingin kau bahagia... Tapi tak bisa melepasmu..."

"Kenapa?...itu egois..." ucapku.

"Seberapa jauh saya pergi... Keluarga adalah tempat paling tepat untuk pulang..."lanjutku.

" aku melepasmu..."ucapnya dengan memelukku erat .

"Aku berterima kasih..." dapat kurasakan ada air yang membasahi rambutku ketika Lucas menyandarkan dagunya dikepalaku, aku tau dia menangis.

"Aku dan mark menyayangimu..." lirihku
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

     Jika kami memang berjodoh sejauh apapun kami pergi melangkah tempat berhenti untuk kembali dan rumah  adalah keluarga.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

T

B

C

OrigamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang