Author POV
Vixtoria meninggalkan Chanyeol sendiri di gerbang kampus dan ia pergi ke tempat yang bisa membuat dirinya sedikit tenang. Laut. Chanyeol mengikutinya dengan mobil yang ia bawa secara diam-diam.
Mobil yang dulunya diisi oleh dua orang sekarang terasa lebih sepi. Tidak ada suara tawanya lagi yang mengisi keheningan. Tak ada lagi tatapannya yang hangat. Tidak ada senyum yang membuatnya senang. Semua hilang karena satu tindakah bodoh yang Chanyeol lakukan.
Vixtoria mengatakan bahwa ia tidak suka melihat Chanyeol yang memegang benda tajam dan benda-benda yang tak sedap dipandang mata. Chanyeol membuang semua benda-benda yang Vixtoria tidak suka kecuali pisau lipatnya dan membuat rumahnya nyaman untuk dilihat Vixtoria.
Chanyeol melihat sebuah motor yang berhenti didekat Vixtoria dan ia mengenali motor tersebut milik siapa. Sahabatnya sendiri, Kai. Mengapa Kai terlihat akrab sekali dengan Vixtoria? Pertanyaan tersebut terus memenuhi pikiran Chanyeol.
Yang membuat Chanyeol merasa marah, Kai mengajak Vixtoria untuk pergi bersama. Chanyeol mengikuti kemana mereka berdua pergi begitu juga saat pulang. Seharusnya yang pergi bersama Vixtoria adalah dia bukan Kai.
Kai menyadari akan kehadiran Chanyeol yang mengikutinya sedari tadi. Kai mengantar Vixtoria sampai di lobby Apartmentnya. Kai menahan tangan Vixtoria dan menarik tenguknya sehingga yang Chanyeol lihat seperti sedang bermesraan. Vixtoria masuk kedalam dan Kai melirik mobil Chanyeol yang tidak jauh dari dirinya. Ia tersenyum sinis.
Chanyeol keluar dari mobilnya dan menghampiri Kai yang sedang duduk dimotornya.
"Lu ngapain cium cewe gue?!" Ucap Chanyeol, ia menarik kerah baju Kai.
"Hah? Gue gak salah dengar? bukannya barusan kalian putus?" Ucap Kai dengan senyum sinisnya. Chanyeol terdiam.
"Dunia ini keras Chanyeol. Lu lengah sedikit, apa yang lu punya akan hilang. Jadi hati-hati aja" Ucap Kai sambil menepuk pundak Chanyeol lalu pergi meninggalkannya sendiri.
Chanyeol tidak bisa menahan emosinya. Naluri membunuhnya timbul kembali.
Vixtoria POV
Gue masuk kedalam apartment gue. Kepala gue terasa berat sekali, mungkin akhir-akhir ini gue terlalu banyak pikiran. Gue menyalakan lilin aroma terapi agar gue sedikit rileks. Gue melihat kearah jendela dengan tatapan kosong lalu gue menutup mata gue sebentar dan menghela nafas gue dengan berat.
Bell Apartment gue berbunyi. Siapa yang datang malam-malam seperti ini? Gue membukakan pintu dan terkejut melihat sahabat-sahabat gue datang dengan membawa beberapa kantong plastik super market dan membawa tas sekolah mereka.
"Kalian ngapain datang kesini?" tanya gue yang bingung dengan kehadiran mereka
"Duh, kita tuh tau kamu sedang bergalau ria. Itu kenapa kita kesini!" ucap Erin
"Dari pada nge-galau yang tidak ada ujungnya mendingan kita makan mie yang sudah kita beli" ucap Rei yang mengangkat kantong ditangannya.
"Kita hari ini menginap disini dan besok langsung ke kampus bareng?"
Gue mengangguk dan mempersilakan mereka semua masuk. Mereka menaruh belanjaan yang telah mereka beli tadi diatas meja makan gue dan menyuruh gue untuk memasak mienya karena hanya mie masakan gue dengan kematangan yang pas.
Mereka hanya melihati gue dari belakang seperti anak kecil yang menunggu ibunya selesai masak. Gue menyajikan mie yang telah gue masak tadi disebuah mangkuk besar dan membagikan mangkuk kecil beserta sumpit kepada mereka.
Mereka menyantap makanan gue dengan lahapnya. Gue hanya tertawa kecil melihat tingkah mereka saat makan. Gue beruntung memiliki sahabat seperti mereka walaupun terkadang ada saja perkelahian kecil.
Erin sedari tadi mengerakan kakinya seperti ada sesuatu yang mengganggunya saat kami makan. Dia menegok kebawah untuk melihat apa yang mengganggu kakinya lalu ia hanya berteriak dan naik keatas bangku sambil menunjuk ke arah lantai.
Lantas gue dan sahabat yang lainnya melihat kebawah dan melihat binatang kecil berwarna hitan dan memiliki antena dikepalanya. Kami berlima reflek naik keatas bangku karena kami semua takut pada binatang itu.
"Vix! Tolong usir!" ucap Erin yang sangat ketakutan.
"Masalahnya gue juga takut rin! Kalau enggak mah udah gue usir!"
"Lu yang paling berani disini Vix ngusir binatang itu!"
Kami semua merasa takut padahal binatang itu sama sekali tidak bergerak. Gue melihat benda yang bisa gue gunakan untuk mengusir binatang itu. Sapu.
Gue mengambil sapu yang tidak jauh dari meja makan gue dengan cepat lalu kembali naik ke bangku dengan memegang sapu ditangan. Gue mengarahkan sapu gue agar tepat diatas binatang itu lalu memukulnya sekali.
"Jangan diangkat! lu angkat kita gak temenan lagi" ucap Rei
"Terus gimana gue buangnya!"
"Seret keluar!"
Gue menyeret binatang tersebut keluar dari apartment gue dan binatang itu lari tidak tahu kemana. Gue masuk kedalam apartment gue lagi dan mengeluarkan ibu jari gue tanda gue sudah berhasil.
Gue balik ke tempat duduk gue dan melihat mereka yang masih berada diposisi yang sama sejak tadi. Gue menyuruh mereka untuk kembali ke posisi duduk tetapi mereka menolak karena alasan takut jadi sampai kami selesai makan mereka berada diposisi yang sama.
Setelah kami selesai makan, kami menghabiskan waktu dengan bermain game di handphone kami hingga tengah malam. Kami berlima mulai tidur dikamar gue yang tidak terlalu sempit tetapi cukup untuk kami berlima. Sebelum tidur, kami memasang alarm dengan jam yang sama agar suaranya bisa membangunkan kami.
Pagi harinya yang bangun pertama kali adalah Roz dan yang kedua adalah gue. Sisanya masih berada dialam mimpi. Gue dan Roz mandi dan bersiap-siap terlebih dahulu agar nantinya kami tidak berebutan. Gue mulai membangunkan mereka yang masih tertidur lelap dan menyuruh mereka mandi.
Kami semua sudah rapih dan siap berangkat ke kampus. Kami menaiki bus yang sering gue pakai untuk pergi ke kampus.
Ternyata berita tentang gue dan Chanyeol putus sudah terdengar hingga seluruh kampus. Banyak mahasiswa yang menghampiri gue dan menanyakan apakah berita itu benar atau tidak, gue hanya menjawab seadanya saja lalu mengajak sahabat gue pergi menjauh dari mereka ke kantin.
Gue duduk dikursi kantin. Sumpah mood gue jadi turun banget karena tadi. Sahabat gue berkata agar gue tidak menghiraukan perkataan mereka tadi dan menjalankan hari gue seperti biasanya saja.
Kami berlima berpisah karena jam pelajaran kamu sebentar lagi akan dimulai. Gue mulai berjalan kekelas gue dan menenteng buku ditangan kanan gue.
Beberapa junior datang kepada gue dan membawa bekal ditangannya. Gue menanyakan mengapa mereka datang kepada gue.
"Kita mau kasih bekal ini ke Chanyeol tapi dia berkata harus izin sama eonni dulu" ucap mereka yang membuat gue bingung. Kenapa harus izin dengan gue dulu sedangkan gue dengan Chanyeol sudah tidak ada hubungan apa apa.
"Ya kasih saja. Jangan terlalu banyak minyak lain kali" ucap gue. Mereka berloncat-loncat senang dan mereka mengucapkan terima kasih kepada gue.
Gue sampai dikelas gue lalu duduk dibangku yang kosong. Gue memeriksa kembali buku gue apakah ada tugas yang tertinggal atau tidak. Gue merasa seperti ada yang duduk disebelah gue tetapi gue menghiraukannya. Yang gue lihat dari ekor mata gue hanya seorang laki-laki dengan rambut blonde.
Dia menyapa gue yang membuat gue menoleh kerahnya. Gue membulatkan mata gue karena gue tidak percaya dengan apa yang gue lihat sekarang.
Chanyeol with blonde hair?!
Oh God...
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Psychopath Boyfriend
Mystery / Thriller" Jangan Sentuh Dia sedikitpun atau lu bakal mati di tangan gue " - Chanyeol Highest Rank #16 in Thriller #26 in Thriller #45 in Thriller