"Kalian balikan?" Ucap Lea dengan nada tidak percaya, Dia menyilangkan tangannya didepan dada dan menatap gue dengan senyum sinis.
"Kalau iya memangnya kenapa?" Jawab gue hingga mengundang perhatian mahasiswa lain.
"Kenapa sih Yeol? Kamu mau sama perempuan seperti ini? Cantik juga enggak mending sama aku" Ucap Lea yang membuat gue cringe seketika.
"Percuma lu cantik kalau dia maunya sama gue!"
"Gue cinta pertama dia!"
"Gue tunangan dia!"
Mereka semua terdiam dan melihat kearah jari gue yang memakai cincin dijari manis, padahal ini cincin gue.Sial. Pakai acara ngomong tunangan Chanyeol lagi.
"Memang kamu beneran tunangan sama dia, Chanyeol?" Tanya Lea dengan nada yang berbeda saat berbicara dengan gue. Semua orang menantikan jawaban yang keluar dari mulut Chanyeol.
"Kalau iya memangnya kenapa? Ada masalah?" Jawaban Chanyeol membuat mahasiswa berteriak histeris. Alay banget dah.
"Ini pasti bohongkan?" Ucap Lea untuk memastikan lagi.
"Kalau gue bilang yang sebenarnya lu juga gak akan percaya, Bisa liatkan dijari dia ada cincin dari gue?"
Chanyeol menggenggam gue dan meninggalkan parkiran. Gue sedari tadi diam karena malu banget. Kenapa coba gue bilang dia tunangan gue? Gue hanya bisa merutuki kebodohan gue ini. Gue langsung masuk kelas diikuti dia dibelakang gue. Menutup wajah gue yang mungkin sudah memerah dengan kedua tangan gue.
"Kamu kenapa? Sakit?" Tanya dia, Gue menggelengkan kepala gue sebagai jawabannya dan masih menutup wajah gue. Dia terus menggoyangkan tubuh gue dan dia menarik tangan gue. Please, jangan liat wajah gue. Chanyeol hanya tersenyum, dia mencubit pipi gue.
"Gemes banget sih"
"Udah ah, malu tau"
Gue mengeluarkan buku binder dan alat tulis karena gue tidak membawa buku yang digunakan hari ini. Menuliskan hal-hal penting yang diajarkan dosen gue.Berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggu ini.
Jam kuliah gue selesai juga. Gue memasukan buku dan alat tulis gue kedalam tas begitu juga dengan Chanyeol. Kami berdua memutuskan untuk ke kantin. Chanyeol menyuruh gue duduk saja dan membiarkan dia yang membeli makanan.
Gue memainkan Handphone sembari menunggu Chanyeol datang. Tiba-tiba seorang laki-laki yang gue tahu dia adalah adik kelas gue, menghampiri gue dan memberikan gue kotak makan. Gue menatap dia dengan aneh.
Dehaman Chanyeol menyadarkan gue. Dia meletakan nampan yang ia bawa tadi dengan dibanting dan duduk dengan wajah marah yang ia sembunyikan. Gue tersenyum melihat wajah dia. Gemes banget kalau lagi kesal begini dia.
"Bawa kotak makannya dan pergi sekarang" Ucap Chanyeol dengan dingin. Adik kelas tersebut dengan terburu-buru membawa kembali kotak makanannya dan duduk tak jauh dari meja makan gue.
Chanyeol memakan makanannya dengan kesal. Dia menimbulkan suara bising dari sendok dan sumpit yang ia gunakan.
"Hey? Udah ya jangan marah lagi" Ucap gue menenangkan dan memegang tangan dia. Chanyeol menghentikan makannya, dia menyilangkan tangannya dan melihat adik kelas tadi. Mengeluarkan senyum kecil. I have a bad feeling...
Gue membuyarkan tatapan Chanyeol dan menyuruhnya melanjutkan makan. Gue harus mencegah hal-hal buruk terjadi. Gue menyuruh Chanyeol mempercepat makannya agar segera meninggalkan kantin. Dia yang ditatap, gue yang deg-degan.
Handphone gue berdering dan menampilkan nama Rei. Gue mengangkat telfon tersebut.
"Hallo?"
"We need to talk, Meet me in your apartment" Ucap Rei lalu dia menutup telfonnya sepihak. Apa lagi ini...
Gue dan Chanyeol pergi menuju apartment gue. Gue membuka kunci apartment gue dan menemukan mereka ber-4 didalam apartment gue. Mereka menatap gue dengan tatapan tajam.
Mereka mempersilakan gue duduk dibangku yang sudah disediakan diikuti oleh Chanyeol disebelah gue, padahal ini apartment gue sendiri ya...
"Kalian beneran tunangan?" ucap Rei. Gue bingung harus menjawab apa.
"Engg-"
"Iya"
Gue menatap Chanyeol, Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu dengan tenangnya.
"Kamu apa-apaan sih" bisik gue
"Kalau kamu mau berbohong, bohong sampai akhir sayang" bisik Chanyeol disebelah telinga gue dan dia tersenyum. Merinding parah...
"Kalau memang iya, gak apa-apa. Tapi gue takutnya ada yang berlain hati tiba-tiba" Ucap Rei yang menyindir Chanyeol.
"Itu tidak akan terjadi lagi"
"Ya kita lihat saja kedepannya, tidak ada yang tau kan?" Ucap Erin dengan tersenyum sinis
"Mungkin gue yang paling lemot disini, tapi kalau urusan ini gue gak akan diam aja" Ucap Roz
Seketika gue merinding mendengar mereka berbicara seperti itu. Kita berdua seperti disidang dalam tahanan penjara. Chanyeol sih tenang-tenang aja, gue nya yang gak bisa diam sendiri. Setelah beberapa jam ditanya-tanya, mereka pulang dan akhirnya gue bisa bernafas dengan lega. Gue butuh udara segar.
"Kamu kenapa?" Tanya Chanyeol.
"Gak apa-apa, jalan-jalan diluar sebentar yuk?"
"Oh yaudah aku ambil mobil sebentar"
"Gak usah, kita jalan kaki aja"
Gue mengambil dua buah pakaian tebal untuk gue dan Chanyeol Karena cuaca diluar semakin gelap semakin dingin. Kita berdua pergi ke taman yang tak jauh dari apartment. Gue berlari ke arah ayunan yang sedang kosong. Duduk dan mengayunkan kaki. Chanyeol menyusul dan dia membantu gue mengayunkan.
"Kaya anak kecil ih kamu" Ucap Chanyeol sembari mendorong gue dengan pelan.
"Biarin, kapan lagi bisa main ayunan"
"Main yang lain mau?"
"Main apa?"
Chanyeol berhenti mengayunkan gue dan menarik gue untuk berdiri.
"Biar otak kamu gak lemot, Kalau tangan aku mengepal kamu merem, kalau jari telunjuk aku mengarah kebawah kamu jongkok, kalau jari telunjuk aku mengarah keatas kamu tutup telinga, kalau aku buka telapak tangan aku kamu melakukan semuanya sekaligus. Yang salah dahinya kita sentil, Gimana?"
Gue berfikir sejenak, sepertinya seru juga. Gue mengiyakan permainan tersebut. Sebelum bermain kita melakukan suten dan ternyata dia yang menang :(
Permainan pertama baik-baik saja hingga ke permainan ke dua. Chanyeol mengepalkan tangannya tetapi gue malah loncat karena gue terlalu terburu-buru. Gue mendesah kesal lalu menaikan rambut gue yang siap siap menjalani hukuman. Dia menangkup wajah gue dan gue menutup mata gue agar mengurangi rasa sakit. Gue merasakan sesuatu benda lembut menyentuh dahi gue. Dia cium gue dong. Mau terbang aja rasanya. Dia hanya melihat gue dengan senyum lebarnya. Gue mencubit perutnya dengan pelan.
"Cari kesempatan dalam kesempitan!" Ucap gue membelakangi dia sambil menutupi senyum yang merekah diwajah gue. Chanyeol memutar balikan badan gue lalu memeluk gue dan meletakan kepalanya dibahu gue.
"So lucky to have you, remember the order that I gave to you, Okay? Maybe we can play next time" bisik Chanyeol yang membuat senyum gue semakin merekah.
Udara semakin dingin, gue mengajak Chanyeol untuk pulang ke apartment. Chanyeol menyuruh gue menunggu sebentar di taman karena ia ingin membeli minum sebentar. Gue menunggunya sambil bermain hp.
Gue sudah menunggu selama 10 menit tapi dia gak kembali. Chanyeol kemana sih? Perasaan gue jadi tidak enak. Handphone gue berdering tanda pesan masuk.
'He's with me right now and he's under my control. Come to the location that I gave. See you'
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Psychopath Boyfriend
Mistério / Suspense" Jangan Sentuh Dia sedikitpun atau lu bakal mati di tangan gue " - Chanyeol Highest Rank #16 in Thriller #26 in Thriller #45 in Thriller