Siapa Dia Sebenarnya ?

8.8K 442 3
                                    

Aku menelurusi lorong-lorong menuju kamar-kamar pasien. Tiba-tiba aku melihat dokter Antoni berjalan menuju kamar pasien tengil itu. Dia berjalan beriringan dengan ibunya Adrian.

Apa mungkin dokter Antoni datang untuk jadwal visitnya ke pasien? Tapi, kok tidak mengabariku? Dan kalau dilihat-lihat, keduanya tampak begitu akrab. Ah, mungkin mereka adalah teman.

Ku tepiskan fikiranku, ku lanjutkan pekerjaanku.

Kini tinggal obat Pak Adrian. Ku langkahkan kaki menuju kamarnya. Perlahan ku ketuk-ketuk kamarnya berulang kali. Pintu kamar mulai terbuka.

Ku lihat dokter Antoni sedang berbincang dengan Adrian. Mereka terlihat begitu akrab. Tapi aku tidak peduli apa hubungan mereka, aku harus fokus ke kerjaanku.

"Maaf Pak, mengganggu waktu istirahatnya."

"Iya, kenapa, Sus?" tanyanya.

"Saya mau menyuntikkan obatnya, ini sudah jadwalnya, pak" jelasku sambil mempersiapkan alat.

"Baiklah, silahkan" jawabnya datar.

'Tumben nurut gini, biasanya dia ngoceh dulu'

Ku lihat wajahnya berubah jadi pucat pasi. Oh, rupanya Tuan tengil ini sepertinya phobia sama suntikan. Aku tersenyum.

Aku mulai membersihkan area suntikan dengan kapas alkohol. Ku lihat ia mulai memalingkan wajahnya. Tangannya dingin. Padahal, tadi aku berniat untuk mengerjainya, aku jadi tak tega.

Ku tusukkan jarum ke dalam selang infus, tangannya bergetar. Aku berinisiatif mengelus-ngelus punggung tangannya. Aku bukan modus, tapi aku hanya memberikan manajemen pengendalian nyeri.

Perlahan-lahan obat itu masuk. Aku menyuntikkannya secara hati-hati. Ku lihat, wajah yang tadi pucat kembali nomal. Dia memperhatikanku, aku tahu itu. Aku tetap fokus dengan kerjaannku.

Selesai.

Aku lalu pamit keluar, lalu tersenyum ramah pada dokter Antoni. Lalu kembali ke ruanganku.

*
"Maaf sus, boleh bertanya ?" tanya seorang wanita cantik.

Aku memperhatikannya, benar-benar sangat cantik. Rambut tergerai panjang kecokelatan, wajah oriental, dan modis. Sepertinya dia seorang model.

"Sus?" Lamunanku buyar.

"Eh.. iya, mau nanya apa ya, Mba?"

"Kamar pasien atas nama Adrian Brawijaya dimana ya, Sus? "

Adrian ? Apa dia pacarnya Adrian ? Terus kenapa selama ini dia seperti itu sama aku ? Ah, mungkin hanya iseng. Mana mau dia sama aku. Dibandingkan dengan wanita ini, aku kalah jauh. Eh.. mikir apa sih ?

"Oh, Pak Adrian? Itu kamar paling ujung kanan."jelasku sambil menunjuk kamar Adrian.

"Makasih ya sus " jawabnya dengan tersenyum lalu berlalu.

Aku kembali melangkahkan kaki menuju ruangan.

*
Jam sudah menunjukkan pukul 14.00, saatnya operan jaga lagi.

Kami memasuki satu-persatu kamar, berakhir di kamar Adrian.

Kami pun masuk untuk operan jaga. Ku lihat wanita itu sedang menyuapi Andrian. Sebisa mungkin aku bersikap biasa ajah.

Kok lama banget sih operannya ? Mana mesra banget lagi. Aku tertunduk. Kenapa juga aku mikirin. Dia cuma pasien. Lusa dia juga balik, dan kita gak akan ketemu lagi kan ? Jadi ngapain di fikirin.

Operan selesai, kamipun beranjak. Segera ku raih tas dalam loker, siap-siap beranjak pulang.

Tiba-tiba gawaiku berbunyi. Ada telfon masuk, ku cek ternyata kak Reno. Segera ku geser icon warna hijau.

Perawat HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang